Sukses

'Demam' Kubus Rubik Melanda China

Seorang bocah penggemar kubus Rubik di China berlatih sangat giat sehingga jari-jarinya pun menjadi perih.

Liputan6.com, Beijing - Penggemar Rubik tidak memandang usia. Di Beijing, China, seorang anak bernama Wang Qiang (6) bahkan mampu menyelesaikan tantangan Rubik dalam waktu kurang dari 30 detik.

Ia mulai melakukan kubus Rubik saat masih di taman kanak-kanak dan pertama kalinya mengikuti pertandingan The Asian Championship yang diikuti oleh hampir 1.000 orang penggemar Rubik. Tapi, ternyata ada peserta yang lebih muda dan masih berusia 4,5 tahun.

Dikutip dari CNN pada Rabu (5/10/2016), Wang menjadi bagian dari generasi pengkubus (cuber) baru di China dan juga seluruh dunia.

Teka-teki 6 sisi itu diciptakan oleh perancang Erno Rubik dari Hungaria pada 1974. Kubus itu pernah menjadi mainan paling laku di dunia dan sekarang sedang kembali naik daun.

World Cube Association (WCA) yang didirikan pada 2004 menggelar puluhan pertandingan setiap bulan. Bahkan pesohor seperti Will Smith dan Justin Bieber pernah pamer kemampuan melalui situs video berbagi.

Seorang bocah penggemar kubus Rubik di China berlatih sangat giat sehingga jari-jarinya pun menjadi perih. (Sumber Serenitie Wang/CNN)

Di China, kelas-kelas Kubus Rubik diadakan untuk memberikan keunggulan kompetitif.

Wang Jianfeng, ibu dari anak tersebut, mengatakan bahwa main Rubik merupakan kegiatan luar sekolah yang paling digemari anaknya. Di Beijing saja ada sekitar 200 sekolah pelatihan.

 "Menurut saya kelas ketrampilan kubus sepadan dengan bayarannya. Ia menjadi terobsesi dan kubus itu menjauhkannya dari telepon pintar," kata Jiangfeng.

"Kami ingin menemukan sesuatu bagi putra kami untuk main dan belajar secara bersamaan. Saya rasa kegiatan ini menjadi alat yang hebat untuk mengembangkan daya pikirnya."

Chris Krueger, seorang delegasi dari World Cube Association, mengatakan bahwa komunitas cubing di China telah membludak dalam beberapa tahun belakangan.

Hanya ada 100 peserta dalam acara resmi WCA perdana pada 2007. Olah raga itu juga bertumbuh secara berbeda dibandingkan dengan di Amerika Serikat (AS). Di AS ada banyak pemain, tapi hanya sedikit kesempatan pelatihan kelompok.

Kejuaraan Asia yang berlangsung di Beijing pada akhir pekan lalu menjadi kompetisi cubing terbesar sedunia hingga saat ini, demikian menurut panitia.

Seorang bocah penggemar kubus Rubik di China berlatih sangat giat sehingga jari-jarinya pun menjadi perih. (Sumber Serenitie Wang/CNN)

Para peserta lomba disuguhi 18 kegiatan berbeda, termasuk penyelesaian kubus-kubus berbeda ukuran. Mereka juga menyelesaikan tantangan dengan satu tangan, ketika mata tertutup, maupun dengan menggunakan jempol kaki.

Banyak peserta mencoba meniru Sun Hongye, seorang pengkubus profesional dan pemenang tayangan realitas "The Brain" di televisi. Ia kemudian menggunakan ketenarannya untuk memulai bisnis di tingkat nasional.

Menurut Sun, "Menurut kami, masih ada potensi untuk perkembangan di kota peringkat 2, 3, atau 4, karena kubus murah harganya dan orang cenderung mengikuti tren."

Merujuk kepada buku baru diterbitkannya, Sun menuliskan 7 manfaat bermain kubus. Ia mengatakan bahwa permainan itu dapat membantu rasa percaya diri, meningkatkan kekuatan dan fokus, meningkatkan koordinasi tangan dan mata, memperkuat ingatan, menguji ketabahan, dan membuat pertemanan.

Wang, peserta cilik dalam awal laporan, bertanding dalam 4 even turnamen, yaitu kubus baku 3x3x3, kubus kecil 2x2x2, pyraminx yang berbentuk piramida, dan skewb—kubus dengan versi miring.

Seorang bocah penggemar kubus Rubik di China berlatih sangat giat sehingga jari-jarinya pun menjadi perih. (Sumber Serenitie Wang/CNN)

Ketika ditemui CNN, bocah itu sedang berada di sekolah cubing bersama dengan 13 'murid' lain. Ia menyelesaikan 6 warna pada 6 sisi kubus dalam kecepatan tinggi. Ia berlatih sangat giat sehingga jari-jarinya pun menjadi perih.

Tapi ada hasilnya. Ia adalah peserta termuda yang maju ke babak ke dua untuk lomba pyraminx.

Katanya, "Saya senang cubing. Saya juga senang kelas cubing."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini