Sukses

Trump: Saya Lebih Paham UU Pajak Dibanding Siapapun

Donald Trump sama sekali tidak membantah atau membenarkan laporan New York Post yang memuat informasi terkait pajaknya.

Liputan6.com, Washington, DC - Melalui media sosial, Twitter, Donald Trump merespons laporan New York Times yang menyebutkan ia tidak membayar pajak federal selama 18 tahun. Bukannya membantah atau membenarkan, calon presiden Amerika Serikat (AS) asal Partai Republik itu justru memiliki jawaban sendiri.

"Saya lebih paham tentang undang-undang pajak kita yang rumit dibanding siapapun yang pernah mencalonkan diri sebagai presiden dan hanya saya yang bisa memperbaikinya," cuit Trump seperti dikutip dari The Guardian, Senin (3/10/2016).

Sebelumnya, New York Times memuat laporan yang mencantumkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Trump pada 1995 silam. Oleh tim kampanye Hillary Clinton, data itu disebut kejutan luar biasa dan mereka mendesak Trump untuk merilis laporan pajaknya secara utuh.

Mantan kandidat calon presiden AS dari Partai Demokrat, Bernie Sanders juga mengomentari laporan tersebut. Ia mengatakan, laporan itu merupakan bukti "sistem politik yang korup di AS".

"Jika setiap orang di negara ini jenius seperti Trump dan tidak membayar pajak, maka kita tidak akan memiliki sebuah negara," tegas Sanders kepada ABC.

Ekspresi Capres dari Partai Republik Donald Trump saat mendengarkan debat Capres dari Partai Demokrat, Hillary Clinton pada debat pertama pemilu Amerika Serikat di Hofstra University, Hempstead, New York, Senin (26/09). (AP Photo/David Goldman)

"Inilah yang menyebabkan banyak orang Amerika frustrasi. Mereka marah, mereka jijik dengan apa yang mereka lihat, sebuah sistem korupsi politik di negara ini," kata Senator Vermont tersebut.

Tak sampai disitu Sanders menyerang Trump terkait isu pajak.

"Kita memiliki pekerja kelas menengah yang bekerja lebih lama namun memiliki upah rendah, mereka membayar pajak. Mereka menyokong sekolah, infrastruktur, militer, namun miliarder? Tidak. Mereka merasa tidak perlu melakukannya karena memiliki teman di Capitol Hill," ujar politisi Partai Demokrat itu.

"Jadi, Trump datang dan mengatakan, "Hai, saya bernilai miliaran, saya seorang pebisnis sukses, tapi saya tidak membayar pajak apapun. Anda yang mendapat upah US$ 15 yang harus membayarnya. Karena itulah orang marah dan menginginkan adanya perubahan di negara ini," imbuhnya.

Sementara Trump tidak menolak data pajak yang dikirimkan oleh sumber anonim kepada Susanne Craig, wartawan New York Times.

Craig kepada CNN menyebutkan bahwa pihak Trump mengancam akan menuntut media tersebut karena telah membocorkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan atau tax return yang diklaim bersifat rahasia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dibela Para pendukung

Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Sabtu malam, tim kampanye Trump menyikapi tuduhan yang dimuat New York Times.

"Satu-satunya persoalan di sini adalah bahwa dokumen dugaan pajak lebih dari berusia 20 tahun itu diperoleh secara ilegal. Sikap New York Post layaknya media kebanyakan, merupakan perpanjangan tangan dari tim kampanye Hillary, Partai Demokrat, dan kepetingan khusus mereka secara global," tutur tim kampanye Trump.

"Trump adalah seorang pengusaha yang sangat terampil yang memiliki tanggung jawab fidusia kepada bisnisnya, keluarganya, dan para pegawainya untuk tidak membayar pajak lebih dari yang dibutuhkan secara hukum. Trump telah membayar ratusan juta dolar dalam bentuk pajak properti, pajak penjualan dan cukai, pajak real estate, pajak kota, pajak negara, pajak karyawan dan pajak federal, disertai dengan kontribusi amal yang sangat besar," tambah mereka.

Calon presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump (kiri) menyapa rivalnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton jelang acara debat capres pertama di Hofstra University, New York, Senin (26/9). (REUTERS/Mike Segar)

Laporan New York Times disebut tidak menuding Trump terlibat dalam praktik ilegal, namun media kenamaan AS itu mengutip analisis para ahli pajak. Mereka berpendapat, dengan mendaftarkan kerugian sebesar US$916 juta, pengusaha bisa membatalkan pendapatan yang dapat dikenakan pajak setara dengan jumlah yang harus dibayarkan hingga 2013.

Dengan cepat serangan terhadap miliarder AS itu ditanggapi oleh pendukungnya, Gubernur New Jersey, Chris Christie. Kepada Fox News, ia mengatakan cerita itu sangat bagus bagi capres AS tersebut karena menunjukkan "Donald Trump sangat jenius".

Mantan Wali kota New York, Rudy Giuliani menjelaskan kepada CNN bahwa jika analisis para ahli pajak tersebut benar maka tidak ada yang salah dengan tindakan Trump.

"Sebagai pebisnis dia memiliki kewajiban untuk mengambil keuntungan dari dan untuk menggunakan pemotongan sah serta keuntungan pajak yang tersedia bagi Anda. Pria itu adalah seorang jenius, dia tahu bagaimana mengoperasikan kode pajak bagi kepentingan orang-orang tertentu," kata Giuliani.

Jack Mitnick, seorang 'semi pensiunan' akuntan yang menurut New York Times menangani persoalan pajak Trump selama 30 tahun mengatakan bahwa taipan properti itu "kurang ajar dan tidak disiplin". Ia mengaku ketika menandatangani formulir pajak nyaris selalu Ivana--mantan istri-- Trump yang mengajukan pertanyaan.

Trump memiliki sejarah dalam mengkritik orang-orang yang tidak membayar pajak. Salah satunya adalah melalui cuitannya di Twitter pada 2015 lalu.

"Orang-orang hedge fund harus membayar pajak yang lebih tinggi sesegera mungkin. Praktis, mereka tidak membayar apapun. Kita harus mengurangi pajak untuk kelas menengah!," cuit Trump kala itu.

Selama ini, ayah lima anak itu menolak untuk membuka Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan dengan alasan masih diaudit. Sikapnya ini berbeda dengan Hillary yang telah merilis data pajaknya pada 1977. Selama ini diketahui tidak ada aturan yang melarang pemublikasian data tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.