Sukses

1.000 Orang Protes Penembakan 2 Pria Kulit Hitam oleh Polisi AS

Protes damai yang terlihat tegang itu tampak jelas setelah penembakan Philando Castile.

Liputan6.com, New York - Unjuk rasa terhadap penembakan pria kulit hitam di Amerika Serikat oleh polisi terjadi. Orang-orang berkumpul di beberapa tempat untuk memprotes insiden tersebut.

Para pengunjuk rasa di Chicago, New York dan St Paul, Minnesota, turun ke jalan pada Kamis 7 Juli 2016 waktu setempat, mengekspresikan kemarahan setelah penembakan fatal kedua oleh polis terhadap seorang pria kulit hitam di Amerika Serikat dalam dua hari.

Protes damai yang terlihat tegang itu tampak jelas setelah penembakan Philando Castile. Pria 32 tahun itu ditembak oleh polisi di dekat St. Paul pada Rabu 6 Juli. Pacarnya,  Diamond Reynolds, memosting video setelah penembakan tersebut di Facebook Live, yang kemudian beredar luas di dunia maya.

Castile, yang mengemudi, ditembak saat Reynolds dan putrinya yang berusia 4 tahun di dalam mobil. Video itu menunjukkan darah mengalir melalui kemeja Castile saat ia tampak kehilangan kesadaran.

Reynolds mengatakan polisi bahkan tidak mencoba untuk memeriksa apakah pacarnya masih hidup setelah mereka menembaknya. Paramedis baru datang memeriksa setidaknya 15 menit kemudian.

"Tidak satu, dua atau tiga tembakan, tapi lima tembakan," beber Reynolds pada konferensi pers. "Mereka tidak memeriksa denyut nadi di TKP."

Berdasarkan data dari The Washington Post mengutip Castile, setidaknya 506 orang dan 123 orang Afro Amerika ditembak dan dibunuh oleh polisi sejauh ini di tahun 2016.

Di Chicago, demonstran menutup hamparan Dan Ryan Expressway -- salah satu arteri utama Chicago -- selama sekitar 10 menit pada hari Kamis.

Di New York, beberapa ratus pengunjuk rasa memblokir lalu lintas di Times Square di jantung Manhattan, meneriakkan "Angkat tangan, jangan menembak." Polisi akhirnya dibersihkan persimpangan 7th Avenue dan 42nd Street untuk menormalkan lalu lintas.

Di St Paul, sekitar seribu orang berkumpul di luar rumah Gubernur Mark Dayton, meneriakkan "Hey hey, ho ho, polisi-polisi pembunuh harus mati," dan slogan-slogan lainnya.

Gubernur Minnesota Mark Dayton kemudian muncul untuk memecah kerumunan. Sebelumnya pada hari itu, ia mengatakan penyelidikan negara sudah berlangsung.

"Apakah ini terjadi jika pengemudi dan penumpang berkulit putih? Saya tidak berpikir itu tak akan terjadi," ucap Dayton. "Jadi aku terpaksa menghadapi bahwa jenis rasisme itu ada, dan wajib bagi kita semua untuk bersumpah dan memastikan bahwa hal itu tak akan terjadi lagi dan tak terus terjadi."

Dayton menyerukan Departemen Kehakiman AS untuk membuka investigasi sendiri, tetapi departemen tersebut menyatakan pada hari Kamis bahwa mereka akan membantu penyelidikan negara jika diperlukan.

Saat ini Departemen Kehakiman AS tengah membuka penyelidikan atas penembakan Baton Rouge.

Kematian Castile ini terjadi dalam satu hari penembakan Alton Sterling. Pria berusia 37 tahun yang ditembak polisi di Baton Rouge, Louisiana.

Sterling tewas dalam perselisihan dengan dua petugas polisi kulit putih. Video insiden penembakan yang kemudian tersebar, memicu protes besar di media sosial.

Petugas Dibebastugaskan

Menurut pihak berwenang terkait, saat ini petugas yang terlibat telah berada pada status cuti administratif, seperti prosedur standar untuk Falcon Heights, yaitu sekitar 6 mil (10 km) timur laut dari kota Minneapolis.

Peejabat Minnesota yang ikut dalam konferensi pers pada Kamis sore mengaku tengah mengidentifikasi petugas yang menembak Castile.

Situs kota Falcon Heights mengatakan, departemen kepolisian Saint Anthony Village bekerja sama dengan Minnesota Bureau of Criminal Apprehension dan lembaga penegak hukum lainnya dalam penyelidikan kasus tersebut.

Sementara serikat buruh yang mewakili petugas yang menembak Castile mendesak masyarakat untuk memberikan suara atas pengadilan kasus itu.

"Kita tahu bahwa orang-orang itu marah, putus asa dan patah hati," kata Sean Gormley selaku Direktur Eksekutif Penegakan Hukum Jasa Tenaga Kerja dalam sebuah pernyataan. "Kami mendukung penyelidikan terbuka, menyeluruh dan objektif yang kami percaya akan memberikan jawaban atas pertanyaan yang kita semua miliki."

Ibu Castile, Valerie Castile, menggambarkan putranya sebagai sosok rajin yang bekerja sebagai supervisor kantin sekolah dan senang bermain video game. "Dia memiliki izin untuk membawa senjata tersembunyi," ucapnya kepada CNN.

Presiden AS Barack Obama mengatakan pembunuhan itu tragedi.

"Semua dari kita sebagai orang Amerika harus terganggu oleh penembakan ini, karena ini bukan insiden terisolasi. Mereka adalah gejala dari perbedaan ras yang ada dalam sistem peradilan pidana kita," katanya dalam sambutannya setelah tiba di Polandia untuk KTT NATO.

Penggunaan kekuatan oleh polisi terhadap kaum Afro-Amerika di kota-kota Ferguson, Missouri, Baltimore dan New York memicu protes periodik. Kadang-kadang berujung pada kekerasan dalam dua tahun terakhir dan melahirkan sebuah gerakan yang disebut Black Lives Matter.

Kemarahan mereka memuncak ketika petugas yang terlibat dalam insiden penembakan tersebut dibebaskan di pengadilan atau tidak dihukum sama sekali.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini