Sukses

Pejuang Kurdi Anti-ISIS Pulang Kampung ke Australia

Padahal undang-undang jelas mengatakan siapapun yang ke Suriah dan kembali ke Australia akan ditahan untuk diinvestigasi.

Liputan6.com, Melbourne - Seorang pria Australia yang bergabung dengan kelompok milisi Kurdi di Suriah telah dibebaskan kepolisian Australia sepulangnya dia dari medan pertempuran.

Ashley Dyball, sempat ditahan di Jerman pekan lalu saat jeda dari pertempuran di Suriah. Di sana, pria berusia 23 tahun itu bergabung dengan milisi Kurdi YPG yang melawan kelompok ISIS.

Keluarga Dyball percaya bahwa pemerintah Australia seharusnya memberikan ia pengampunan karena telah berangkat ke Suriah kendati untuk melawan ISIS.

Di bawah undang-undang Negara Benua Kanguru, adalah kriminal apabila warganya bergabung dengan grup militan di Timur Tengah.

Undang-undang itu dibuat untuk melindungin warga Australia dari mereka yang teradikalisasi oleh ISIS jika mereka kembali pulang.

Di Facebook-nya yang atas nama Mitchell Scott, Dyball mengatakan pada minggu lalu, ia ditahan di Jerman saat transit ketika ingin pulang ke negerinya. Oleh Jerman, ia dideportasi ke Australia dengan 5 dakwaan.

Namun, ia sampai pada Minggu 6 Desember 2015 sore dan disambut oleh keluarganya di bandara Melbourne. Belum jelas apakah kedatangannya di Australia disebabkan dia telah dideportasi pemerintah Jerman.

Setiba di bandara, aparat Australia kemudian membawanya untuk diinterogasi. Belakangan, dia dilepaskan tanpa dikenai dakwaan. Dyball lalu bertolak ke rumahnya di Brisbane.

Ayah Dyball, Scott, mengatakan putranya adalah pahlawan dan seharusnya pemerintah Australia memberikan amnesti.

"Bagaimana Anda bisa mengatakan kejahatan dan kebaikan adalah hal yang sama. Sama sekali berbeda. Yang kami inginkan hanyalah amnesti," kata Scot seperti dilansir dari BBC.

"Yang kami inginkan adalah amnesti, pengampunan," tambahnya.

Pejuang Kurdi Anti-ISIS dari Australia Pulang Kampung Tak Ditahan. Ashley Dyball, depan kanan berkacamata hitam (Brisbane Times)

Sang ibu menceritakan bahwa selama di Suriah, anak laki-lakinya itu melumpukan ranjau darat jadi orang bisa pulang ke rumahnya dengan tenang.

"Aku tidak melihat adanya tindakan kriminal dengan dengan menolong orang dengan mencari ranjau darat dan melumpuhkannya," kata sang ibu.

Berbeda Perlakuan 

Australia kini sedang berada dalam waspada tinggi atas radikalisasi, termasuk mereka yang berangkat berperang ke Timur Tengah. Polisi Federal sudah meyakinkan publik  dalam pernyataannya bahwa siapapun warga Australia yang teridentifikasi mengancam keamanan akan diinvestigasi.

"Kami juga konsisten dengan peringatan siapapun yang terlibat di konflik luar negeri mereka telah membahayakan penduduk negeri ini," tulis pernyataan itu.

Sementara, pengacara Dyball mengatakan bahwa ia bisa mengklaim bahwa ia bekerja untuk pemerintah lain karena Kurdi adalah otonomi di utara Suriah.

Namun, berbeda perlakuan dengan warga Australia lainnya yang merupakan keturuan Kurdi dan kini masih berada bersama mereka di Irak, Renas Lelikan.

Saat itu pemerintahan Perdana Menteri Tony Abbot berkata "tidak".

Menurut Lelikan dan pengacaranya di Melbourne, otoritas Australia menolak untuk menerbitkan paspor baru atau dokumen perjalanan sementara untuknya untuk pulang kampung, karena Lelikan dianggap membahayakan keamanan nasional.

Sebelumnya, Australia memperbolehkan pulang seorang warganya yang pernah ke Suriah. Adam Brookman seorang suster mengklaim dirinya hanya melakukan kegiatan kemanusiaan di kota Aleppo, kota di mana ISIS berkuasa di Suriah. Brookman bahkan mendapat ancaman hukuman tindakan terorisme. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini