Sukses

Korut Kebanjiran, 40 Tewas 11 Ribu Warga Tinggalkan Rumah

Sebelumnya Korut sempat dilaporkan mengalami kekeringan terparah selama 100 tahun.

Liputan6.com, Rajin - Tak lama setelah memanasnya hubungan antara Korea Utara Korut dan Korea Selatan (Korsel), kali ini negeri yang dipimpin oleh Kim Jong-un dilanda banjir parah. 

Hujan terus menerus yang mengguyur Kota Rajin, Korut mengakibatkan banjir bandang yang menewaskan 40 orang. Sementara ribuan orang terkena dampaknya.

Menurut Federasi Palang Merah Internasional dan media resmi Korut, 11 ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.

"Banjir bandang ini melanda timur laut Kota Rajin yang berbatasan dengan Rusia dan China, setelah hujan deras mengguyur wilayah itu pada Sabtu 22 Agustus 2015 lalu," kata juru bicara Palang Merah di Beijing, Hler Gudjonsson kepada Reuters.

Rajin adalah Zona Ekonomi Khusus Rason di Provinsi Hamgyong Utara.

"Hujan benar-benar keras, dan cepat. Pada Sabtu pagi kota itu banjir. Mobil yang mengarungi air seperti perahu," sumber yang berada di daerah itu ketika banjir melanda kepada Reuters.

Sementara itu, media pemerintah Korut juga menyebut ada 40 korban jiwa dan kerusakan parah setelah hujan dengan curah 250 mm turun selama akhir pekan. Hujan 155 mm terjadi hanya 3 jam pada Sabtu 22 Agustus. 

Setelah hujan, pihak berwenang di negara tetangga China bekerja sama dengan pejabat perbatasan Korut untuk mengevakuasi 484 wisatawan China yang terdampar -- ketika satu-satunya jalan ke perbatasan itu hanyut.

Kebanyakan dari turis itu datang ke Rajin untuk menghadiri pameran perdagangan.

Sejauh ini, pihak berwenang China memberi bantuan berupa truk sampah, forklift dan alat berat lainnya untuk Rajin. Media lokal Negara Tirai Bambu melaporkan bahwa semua wisatawan dalam kondisi aman.

Sementara itu, hujan dengan intensitas berat melanda sebagian wilayah Asia.

Sebelumnya diberitakan Topan Goni, mendatangi Filipina, menewaskan empat orang.

Korea Utara sama sekali tidak terkena dampak dari Topan Goni itu, tetapi negara itu rawan banjir. Tanah tinggi di Korut banyak dibudidayakan sehingga tidak bisa menyerap air hujan, dan menyebabkan tanah longsor.

Pada awal Agustus, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, hujan lebat di daerah yang sama menewaskan 21 orang. Salah seorang sumber di daerah tersebut mengatakan lahan pertanian banjir.

"Ladang benar-benar diisi dengan air. Sawah hanya tampak seperti danau persegi," kata sumber yang menolak untuk diidentifikasi.

Sedangkan pada bulan Juni, negara ini diberitakan menderita kekeringan terparah sepanjang satu abad. Korsel melaporkan pada bulan Juli, hujan sempat menghampiri wilayah utara. (Rie/Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini