Sukses

Beras Plastik Sudah Tersebar di Beberapa Negara Asia?

Rumor terbaru mengatakan bahwa beras plastik telah beredar di Singapura.

Liputan6.com, Petailing Jaya - Semangkuk beras yang bisa menyelamatkan nyawa orang lain, kini justru bisa berbahaya dan bahkan mematikan. Kandungan resin beracun dari plastik material pembuat beras palsu itu yang menjadi penyebabnya.

Yang kian mengkhawatirkan, peredaran beras plastik itu dilaporkan sudah tersebar di beberapa negara Asia. Beras itu dilaporkan tetap keras meski telah dimasak.

Laman Straits Times menyebut, beras plastik diduga terbuat dari kentang, ubi jalar, dengan resin sintetik yang kemudian dibentuk menyerupai bulir-bulir bakal nasi. Beredar isu sudah beredar ke negara-negara dengan penduduk pedesaan di negara yang besar seperti India, Indonesia dan Vietnam.

Salah satu rumor terbaru mengatakan beras palsu telah beredar di Singapura, meskipun pemeriksaan menyeluruh guna mengungkapkan tuduhan ini memakan waktu lima tahun.

Para ahli kesehatan dan ahli diet pun memperingatkan bahwa mengonsumsi beras palsu tersebut bisa berakibat mematikan atau merusak sistem pencernaan.

"Beberapa zat, seperti resin pada plastik tidak boleh dimakan, apalagi dalam jangka panjang. Sebab bisa menimbulkan implikasi negatif pada sistem pencernaan," kata Kepala ahli gizi National Heart Institute (IJN), Mary Easaw-John.

Berita beras palsu yang disebut-sebut umum dijual di pasar China, terutama di Taiyuan Provinsi Shaanxi juga marak beredar di media sosial populer seperti WhatsApp dan Facebook.

Meski kian santer diberitakan dan menjadi buah bibir di berbagai kalangan, Kementerian Pertanian dan Industri Agro Malaysia mengaku belum menerima laporan adanya beras plastik.

Sang Menteri, Ismail Sabri Yaakob, justru membantah menerima laporan tersebut. Ia malah meyakinkan bahwa konsumen akan diajarkan bagaimana mengidentifikasi beras palsu.

Meski belum tahu secara persisi tentang beras palsu itu, Menteri Perdagangan Dalam Negeri Malaysia Hasan Malek tak menganggap remeh hal itu.

"Aku juga telah mendengar tentang berita beras palsu, bisa jadi benar atau salah. Kita tidak tahu tentang hal itu. Kami juga tidak tahu apakah beras palsu telah mendarat di negara tetapi kita tidak dapat mengambil hal-hal seperti ringan. "Kami akan melakukan investigasi secara nasional," kata Datuk Seri Hasan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dijual di Toko Kecil

Hasan menambahkan, tim investigasi akan fokus pada toko-toko kelontong kecil untuk memeriksa apakah mereka menjual beras palsu -- terutama di pinggiran dan pedesaan.

"Kami akan terus melakukan investigasi, tetapi pada saat yang sama saya ingin mengimbau konsumen untuk melapor kepada kementerian jika menemukan beras tersebut."

"Semua laporan akan merahasiakan identitas si pelapor," ucap Hasan seraya menambahkan kementerian akan mengambil tindakan terhadap pedagang bandel.

Menurut sumber di industri beras, barang palsu tersebut tidak akan dijual secara terbuka seperti di supermarket dan hypermarket. "Jika ada keberadaan beras ini di Malaysia, kemungkinan besar akan dijual di toko-toko kecil," kata salah satu sumber.

Sumber tersebut juga menyebut, sulit untuk membawa beras plastik dalam jumlah banyak ke Malaysia. Sebab ada peraturan yang ketat di pintu masuk negaranya.

"Namun, ada kemungkinan bahwa beras plastik dapat diselundupkan melalui negara-negara perbatasan," kata Hasan.

Penyelundup. jelas Hasan, dapat menggunakan berbagai metode untuk membawa produk agar tak terdeteksi. Sehingga mereka mencampurnya dengan beras biasa.

Pemalsuan makanan adalah masalah serius. Sekitar 300.000 orang sakit dan setidaknya enam bayi meninggal pada 2008 ketika susu formula bayi China ditemukan dicampur dengan melamin.

Belakangan tahun itu, melamin juga ditemukan dalam telur China. (Tnt/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini