Sukses

Sekte Sesat Pembunuh 'Iblis' Merajalela di China

Anggota sekte memukuli seorang perempuan hingga tewas di sebuah restoran cepat saji. Hanya karena korban menolak memberikan nomor telepon.

Liputan6.com, Beijing - Suatu malam pada akhir Mei 2014 lalu, sekelompok anggota sebuah sekte memukuli seorang perempuan hingga tewas di sebuah restoran cepat saji McDonald di Zhaoyuan, Provinsi Shandong, China. 'Kesalahan' korban hanya satu: ia menolak memberikan nomor teleponnya.

Pelakunya adalah sebuah keluarga yang beranggotakan 6 orang. Mereka anggota sekte Church of the Almighty God -- yang mengklaim punya jutaan pengikut.

Malam itu mereka sedang mencoba merekrut anggota baru. Berjalan dari meja ke meja, meminta nomor telepon. Saat salah satu dari pengunjung menolak, mereka memukulinya hingga tewas, sembari berteriak pada yang lain untuk menyingkir. Kalau tidak, mereka niscaya akan menemui nasib sama.

Pembunuhan sadis itu terekam kamera CCTV dan sejumlah telepon genggam.

Tak ayal, Tiongkok dilanda gelombang kejut. Kok bisa orang-orang itu membunuh hanya gara-gara nomor telepon?

Saat diwawancara di penjara, salah satu pelaku pembunuhan Zhang Lidong tak menunjukkan rasa penyesalan.

"Aku memukulinya sekuat mungkin. Dia adalah iblis, kami harus menghancurkannya," kata dia, merujuk pada korban, seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Kamis (14/8/2014).



Situs sekte Church of the Almighty God di dunia maya penuh dengan puji-pujian dan homili. Namun, inti dari keyakinan mereka adalah, 'Tuhan kembali ke Bumi dalam wujud perempuan Tiongkok untuk melampiaskan kiamat'.

Satu-satunya yang mengklaim punya kontak langsung dengan 'Tuhan' semacam itu adalah mantan guru fisika, Zhao Weishan, yang mendirikan sekte tersebut 25 tahun lalu. Sejak itu ia lari ke Amerika Serikat.

Tak ada yang tahu di mana gerangan Zhao Weishan berada, namun, banyak pesan di situs sekte yang menyuarakan permusuhan pada pemerintah Tiongkok dalam Bahasa Inggris juga Mandarin.

"Sejak Partai Komunis berkuasa sejak 1949, pemeluk agama dan keyakinan  menderita akibat penindakan keras skala penuh dan penganiayaan oleh Partai Komunis -- naga merah -- di Daratan China," demikian kalimat yang tertera dalam situs itu.

Sebaliknya, sama sekali tak disebutkan di situs itu pembunuhan, mutilasi, penikaman, dan kerusuhan yang diduga dilakukan anggota sekte tersebut. Mereka justru mengklaim punya jutaan pengikut dan mengaku, hampir 400 ribu di antaranya ditahan hanya dalam waktu 3 tahun.

"Meski mereka memukuliku hingga mati, jiwaku ada di tangan Tuhan. Firman Tuhan menguatkan imanku, aku tak akan bertekuk lutut pada iblis," demikian kalimat yang juga tertera di website.

Perusak Keluarga

Namun, gambaran yang berbeda muncul dari mereka yang kehilangan anggota keluarga -- yang ikut bergabung dalam sekte tersebut.

Seorang pria mengaku berusaha mati-matian, menyamar, untuk menyelamatkan istri dan ayah mertuanya dari cengkeraman sekte.

"Sekte itu anti-keluarga, tak manusiawi, juga anti-pemerintah. Mereka menyuruh anggotanya untuk berdusta pada suami atau istrinya. Mereka merusak hubungan keluarga dan mendorong satu sama lain untuk meninggalkan keluarganya," kata pria yang tak mau disebut identitasnya itu.  "Siapapun yang paling berani menyingkirkan keluarganya akan mendapatkan kedudukan lebih tinggi."

Sejumlah situs pendukung keluarga korban memajang nama-nama pengikut, yang kebanyakan identitasnya sudah dipalsukan sehingga sulit dilacak kerabatnya. Juga gambar perekrut yang bertugas mendekati anggota baru agar menyerahkan sejumlah uang demi mendapatkan keselamatan -- yang terkadang dengan menggunakan modus rayuan dan penculikan.

Di luar gereja yang diakui pemerintah di distrik universitas Beijing  terdapat papan hitam besar, peringatan bagi jemaat untuk waspada terhadap perekrut sekte.

Kekristenan memberikan nilai-nilai kebersamaan di tengah komunisme di China. Namun, sekte tersebut  menjanjikan kekerabatan yang jauh lebih erat dan jalur cepat menuju keselamatan. Para perekrut ahli menarik orang-orang yang sedang rentan: yang sakit, yang pernikahannya sedang retak, atau pengangguran.

Mereka juga bertindak agresif. Pastor Wu Weiqing mengatakan sulit untuk memastikan jemaatnya tak terpengaruh. "Ini serius, saya yakin, dalam 10 tahun ke depan tantangan paling serius terhadap pertumbuhan gereja akan datang dari ajaran sesat dan sekte," kata dia. "Mereka akan selalu memiliki kesempatan untuk merekrut orang-orang, meraih hati mereka, dan menyeret mereka jauh dari kita."

Sementara itu di sebuah pemakaman di timur China, di sebuah bukit di atas ladang anggur dan perkebunan, Wang Jiannan berjalan hati-hati di antara batu-batu nisan.



Dia kehilangan ibunya dan adiknya yang bergabung ke sekte sesat itu hampir 20 tahun yang lalu. Kini, ia juga harus kehilangan ayahnya.

Pada tanggal 1 Oktober tahun lalu, adik perempuannya tega memukuli sang ayah hingga tewas. Seperti pembunuh lain dalam sektenya, dia melihat korban sebagai 'iblis' yang harus dimusnahkan.

Pelaku kemudian menyerahkan diri ke polisi dan sekarang ditahan dalam penjara bersama pembunuh di McDonald.

"Adikku telah melakukan kejahatan dan harus dihukum. Namun, aku hanya ingin ibuku melihat dengan jelas kerusakan yang disebabkan sekte yang dia ikuti untuk seluruh keluarganya," kata Wang. "Aku ingin ia keluar dan kembali normal. Itu adalah harapan terbesar saya."

Sejauh ini kultus telah mengakibatkan kerusakan pada individu dan keluarga. Meskipun permusuhan vokal kepada Partai Komunis, sama sekali tak menyebabkan kerugian berarti pada penguasa. (Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.