Sukses

Juru Bahasa Isyarat Jelaskan Perbedaan Kotak JBI Debat Capres di Dalam dan Luar Negeri

Penjelasan juru bahasa isyarat soal perbedaan antara kotak JBI di luar dan di dalam negeri.

Liputan6.com, Jakarta Debat Calon Presiden atau Debat Capres adalah acara penting yang banyak ditonton masyarakat Indonesia termasuk penyandang disabilitas.

Dalam memberi akses informasi untuk orang Tuli, disediakan kotak Juru Bahasa Isyarat (JBI) yang bertugas menginterpretasikan bahasa lisan menjadi bahasa isyarat. Sayangnya, kotak JBI di Indonesia masih dinilai terlalu kecil.

“Sayangnya kotak JBI-nya sekecil itu,” kata warganet.

Komentar ini pun mendapat tanggapan dari konten kreator sekaligus juru bahasa isyarat Abdul Azis. Menurutnya, hal ini sempat dibahas, tapi tidak mudah untuk advokasi ke stasiun TV.

“Udah pernah ngebahas ini, agak susah advokasi ke stasiun TV minta kotak JBI diperbesar :”) sebel,” kata Aziz melalui akun X @pikiping setelah dikonfirmasi Disabilitas Liputan6.com, Rabu (10/1/2024).

JBI itu pun menjelaskan perbedaan antara kotak JBI di luar dan di dalam negeri. Dalam acara Debat Capres di Amerika, setiap orang yang berbicara memiliki satu JBI.

“Oiya (kotak) JBI punya negara luar, JBI-nya lebih dari satu mewakili setiap orang yang sedang berbicara. Sedangkan di Indonesia JBI-nya cuma 1 untuk semua pembicara. Apa nggak pusing tuh JBI-nya harus mewakili suara tiap orang, apalagi pas debat.”

Seperti debat capres antara Joe Biden dan Donald Trump, keduanya diinterpretasi oleh masing-masing satu juru bahasa isyarat. Begitu pula moderator yang setiap ucapannya akan diinterpretasi oleh JBI lainnya. Sehingga, dalam satu layar, ada tiga kotak JBI untuk tiga orang yang terlibat dalam debat tersebut termasuk dua Capres dan satu moderator.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kotak JBI Dalam Debat Capres di Indonesia

Sementara, dalam debat Capres di Indonesia hanya ada satu kotak JBI yang ditampilkan di layar.

Meski JBI bertugas bergantian dalam jangka waktu tertentu, tapi saat menginterpretasi maka JBI tersebut harus menangani semua orang yang sedang berbicara.

“Kotak JBI Debat Capres di negara luar lebih besar plus ada caption teks bahasa Inggris. Sedangkan di Indonesia, kotaknya kecil, ketutupan teks iklan dan enggak ada teks caption pula,” tulis Azis.

3 dari 4 halaman

Inisiatif Bentuk Aksi KPU

Untuk memberi akses informasi yang lebih baik, komunitas Tuli pun berinisiatif untuk membentuk Aksi KPU (Komisi Pemilihan Umum).

“Akhirnya inisiatif dibentuk ‘Aksi KPU’ yang dibentuk bukan oleh KPU, tapi dari komunitas Tuli nya #CMIIW.”

Dalam aksi ini, komunitas Tuli melakukan siaran langsung melalui saluran YouTube Gerkatin dengan empat kotak JBI yang ditampilkan di layar.

“Kami melakukan live streaming memberikan akses JBI yang sesuai dan teks bahasa indonesia, untuk Debat Capres 2024.”

4 dari 4 halaman

JBI Viral di Debat Capres Ketiga

Sebelumnya, Azis memberikan komentar soal JBI yang viral usai Debat Capres Ketiga pada 7 Januari 2024.

JBI yang diketahui bernama Siti Rodiah menarik perhatian warganet lantaran dinilai energik dan semangat dalam menginterpretasi. Tak hanya itu, ada fakta unik lain yang diungkap Azis terkait Siti.

Dalam video yang viral di Twitter (X), Azis berkomentar bahwa Siti adalah penyandang Tuli. Hal ini terbilang unik lantaran kebanyakan orang berpikir bahwa JBI adalah orang dengar yang menginterpretasi bahasa lisan menjadi bahasa isyarat untuk orang Tuli.

“FYI (for your information). Dia Tuli, namanya Siti. Yup mungkin banyak orang-orang pikir kalau Juru Bahasa Isyarat hanya bisa diperankan oleh orang dengar, orang Tuli juga bisa loh jadi Juru Bahasa Isyarat. Lebih ekspresif dan gerakan isyarat lebih alami juga sehingga bisa mudah dipahami oleh Tuli lain yang nonton,” tulis Azis dalam video viral yang diunggah akun @r_ahyaa.

Hal ini pun menimbulkan tanya, bagaimana caranya teman Tuli bisa mendengar informasi lisan untuk disampaikan ke penonton Tuli.

Menurut Azis, saat bertugas, JBI Tuli dibantu oleh JBI dengar yang berperan sebagai penangkap informasi.

“Di hadapan juru bahasa isyarat Tuli, ada juru bahasa isyarat dengar yang berperan sebagai feeder untuk menangkap informasi yang disampaikan oleh pembicara, lalu informasi ditangkap oleh JBI Tuli,” jelas Azis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.