Sukses

Indonesia Jadi Tuan Rumah HLIGM-FRPD, Ajang Internasional yang Bahas Isu Disabilitas

Menteri Sosial Tri Rismaharini mengatakan, Indonesia menjadi tuan rumah dan akan membagikan pengalamannya dalam penanganan penyandang disabilitas pada pertemuan tingkat tinggi negara-negara Asia-Pasifik.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Sosial Tri Rismaharini mengatakan, Indonesia menjadi tuan rumah dan akan membagikan pengalamannya dalam penanganan penyandang disabilitas pada pertemuan tingkat tinggi negara-negara Asia-Pasifik.

Acara ini disebut High-level Intergovernmental Meeting on the Final Review of the Asian and Pacific Decade of Persons with Disabilities (HLIGM-FRPD). Diselenggarakan di bawah The United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) di Jakarta pada 19-21 Oktober 2022.

“Kita berharap, kita bisa menjadi tuan rumah yang baik dan bisa menjadikan saudara-saudara kita, para penyandang disabilitas setara. Menghilangkan pandangan dan perilaku diskriminatif terhadap mereka,” kata Risma saat memimpin media briefing di Kantor Utama Kemensos di Jakarta, Senin (17/10) mengutip keterangan pers.

Di Asia dan Pasifik, diperkirakan terdapat 700 juta orang penyandang disabilitas yang menghadapi hambatan untuk partisipasi penuh dalam masyarakat.

Negara-negara yang tergabung dalam ESCAP bersepakat membangun kerja sama regional yang berfokus pada bagaimana mewujudkan pembangunan inklusif bagi penyandang disabilitas. Langkah ini merupakan tindak lanjut dari Dekade Penyandang Disabilitas Perserikatan Bangsa-Bangsa (1983-1992).

Risma mengatakan bahwa pertemuan bersama negara-negara Asia-Pasifik ini merupakan respons terhadap tantangan dan hambatan dalam hal promosi dan perlindungan hak-hak penyandang disabilitas.

“Disebut promosi karena memang banyak sekali tindak diskriminasi terhadap para penyandang disabilitas. Sehingga salah satu tuntutan yang disebutkan dalam pertemuan ini adalah promosi dan perlindungan hak-hak penyandang disabilitas,” katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Terobosan untuk Disabilitas

Dalam setahun terakhir, lanjut Risma, Indonesia telah melakukan berbagai terobosan untuk mendukung dan mempermudah aksesibilitas para penyandang disabilitas.

Yang pertama adalah terobosan inovatif, dengan penemuan tongkat pintar adaptif dan smartphone yang sudah dimodifikasi untuk disabilitas netra.

Risma pun menjelaskan soal tongkat adaptif yang diciptakan guna membantu para penyandang disabilitas netra dan disabilitas lainnya.

“Ada tongkat adaptif untuk disabilitas netra. Tongkat ini akan bekerja untuk memberi sinyal kepada si pemegang tongkat (disabilitas netra, maupun penyandang disabilitas yang lain) ketika ada air, atau apa pun, bahkan bencana di sekitarnya,” kata Risma.

“Tongkat itu akan bergetar dan berbunyi sehingga si pemegang tongkat bisa waspada,” tambahnya.

Yang kedua, lanjutnya, approach atau pendekatan. Risma menuturkan bahwa Indonesia telah melakukan entrepreneurship approach. Jadi, bukan hanya penekanan untuk bekerja, tapi juga berwirausaha kepada penyandang disabilitas.

“Mereka, kami ajarkan untuk bisa berdiri tapi dengan teknologi kami yang dibuat oleh para penyandang disabilitas juga. Jadi, ini adalah salah satu keberanian untuk bagaimana penyandang disabilitas ini bisa membuat, bahkan bisa menciptakan suatu karya sendiri, yang bisa kita akan ajukan hak patennya secara internasional,” ungkapnya.

3 dari 4 halaman

Keberpihakan Pemerintah

Upaya ketiga yang dilakukan adalah keberpihakan pemerintah terhadap penyandang disabilitas agar mereka bisa memenuhi kebutuhan dasarnya secara layak. Serta menumbuhkan kepedulian terhadap difabel.

“Kita coba menghidupkan kembali gotong royong supaya kita peduli kepada saudara-saudara kita. Dengan memberikan makanan untuk saudara-saudara kita, penyandang disabilitas, lewat gotong royong dari warga sekitarnya dengan bantuan uang dari pemerintah, bentuk saling peduli kepada sesama,” ucap Risma.

Tiga hal itu, disebutnya, sebagai terobosan yang akan dibagikan oleh Indonesia pada pertemuan bersama negara-negara Asia-Pasifik.

“Kemudian, Indonesia berharap juga bisa belajar dari negara lain, dengan harapan bisa memperkaya negeri kita sendiri,” kata dia.

4 dari 4 halaman

Kenapa Digelar di Indonesia?

Sementara itu, Executive Secretary of ESCAP, Armida Salsiah Alisjahbana menyampaikan alasan mengapa Pertemuan Tingkat Tinggi Asia Pasifik untuk Penyandang Disabilitas periode 10 tahunan kali ini dilaksanakan di Indonesia.

Menurutnya, ini karena Indonesia dianggap telah banyak melakukan sejumlah inovasi dalam penanganannya kepada penyandang disabilitas.

“Indonesia ini banyak sekali inovasi, terobosan-terobosan, seperti yang Ibu Menteri telah sampaikan, terobosan-terobosan yang bisa jadi contoh, lesson learned, best practice untuk negara-negara yang hadir nanti juga,” ujar Armida.

Lebih lanjut, hasil dari pertemuan itu nanti akan diwujudkan dalam Jakarta Declaration, di mana negara berkumpul dan saling belajar, serta saling bertukar informasi.

“Pengalaman dari Indonesia bisa juga diaplikasikan di negara lain. Begitu pun pengalaman dari negara lain, bisa dipelajari oleh Indonesia,” ucap dia.

Dalam pertemuan ini, anggota ESCAP akan mengkaji ulang (review) kemajuan dan pencapaian poin-poin rencana aksi dalam Strategi Incheon dan Deklarasi Beijing.

Pertemuan juga akan merumuskan kesepakatan baru dan memperbarui komitmen para anggota ESCAP. Termasuk pula komitmen asosiasi yang memperkuat pemenuhan hak-hak dan pembangunan inklusif penyandang disabilitas di Asia-Pasifik. Semua upaya ini diarahkan untuk pencapaian Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2032.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.