Sukses

5 Alasan Orang yang Berpotensi Alami Gangguan Mental Enggan Terapi dengan Ahli

Gangguan kesehatan mental dapat berpengaruh pada kualitas hidup. Namun, masih banyak orang yang ragu untuk menemui psikolog atau ahli kesehatan mental.

Liputan6.com, Jakarta Gangguan kesehatan mental dapat berpengaruh pada kualitas hidup. Namun, masih banyak orang yang ragu untuk menemui psikolog atau ahli kesehatan mental.

Menurut psikolog klinis dari Georgetown University, Amerika Serikat, Andrea Bonior, Ph.D. setidaknya ada 5 alasan kenapa orang yang berpotensi alami gangguan mental enggan melakukan terapi dengan ahli.

Kelima alasan itu meliputi masalah keuangan, takut canggung, sulit menemukan terapis yang cocok, takut memperburuk keadaan, dan masalah waktu.

Masalah Keuangan

Bagi sebagian orang, psikoterapi memang mahal dan di luar jangkauan finansial. Cakupan asuransi juga jauh dari cukup bagi banyak orang yang ingin menemui terapis untuk sesi individu.

Untuk itu, mencari terapis yang terjangkau adalah hal yang dapat dilakukan. Andrea merekomendasikan untuk memilih terapis dari perguruan tinggi. Departemen psikologi universitas yang memiliki program pelatihan dalam psikologi klinis atau pekerjaan sosial dapat membantu memecahkan masalah dengan lebih terjangkau.

Selain itu, bisa pula mencari klinik kesehatan mental masyarakat setempat dan layanan kesehatan mental daerah. Ini adalah tempat yang sangat baik untuk memulai perawatan yang terjangkau.

“Terapis lain mungkin menawarkan terapi kelompok yang membuat perawatan jauh lebih terjangkau,” ujar Andrea mengutip Psychology Today Minggu (25/9/2022).

Takut Canggung

Berbicara dengan orang asing tentang beberapa aspek yang rentan dalam kehidupan dan emosi pribadi memang bisa sangat menakutkan.

Namun, terapis dilatih dalam membantu klien mereka merasa aman dan dihargai di ruang terapi. Mereka terbiasa dipercaya dengan perasaan terdalam dan paling meresahkan orang dan biasanya sangat terampil dalam mengetahui bagaimana menyeimbangkan sesi percakapan.

“Yakinlah bahwa terapis berpengalaman telah membantu banyak klien dan mereka dapat membantu Anda mengelola perasaan tidak nyaman (canggung) itu sejak awal.”

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sulit Menemukan Terapis yang Cocok

Banyak klien potensial acap kali menolak terapi karena kesulitan menemukan terapis yang cocok dengan pengalaman hidup atau latar belakang khusus mereka.

Masuk akal bahwa seseorang lebih memilih terapis dengan pemahaman khusus tentang tantangan tertentu yang dialaminya. Dengan kata lain, seseorang bisa saja lebih memilih terapis yang paling banyak memiliki kesamaan dengannya dan paling mengerti dengan masalah yang ia hadapi.

Misalnya, yang memiliki kesamaan ras, budaya, etnis, keyakinan agama, orientasi seksual, identitas gender, disabilitas, atau kondisi lainnya.

Untuk menemukan terapi yang diinginkan, klien bisa membuka gawainya untuk berselancar di dunia maya. Pencarian dalam jaringan (daring) dapat membantu calon klien menemukan terapis yang menurutnya paling tepat sebelum memutuskan untuk membuat jadwal pertemuan.

3 dari 4 halaman

Takut Merasa Lebih Buruk

Terkadang ketika orang telah menutupi atau menahan rasa sakit mereka untuk waktu yang lama, gagasan untuk membicarakannya atau membiarkannya keluar membuat mereka merasa seperti mereka tidak dapat mengendalikan diri.

Mereka lebih suka membiarkan masa lalu tetap di masa lalu atau tidak mengungkitnya kembali.

Kadang-kadang dalam memulai terapi, klien memang akan merasakan hal seperti itu. Namun, mencurahkan perasaan akan membuat klien merasa jauh lebih baik daripada terus memendamnya.

Mengungkapkan masalah-masalah sulit adalah inti dari seluruh dasar pencapaian yang dapat diperoleh dalam terapi. Setelah terapi, klien bisa merasakan penambahan wawasan, perubahan perilaku, kebiasaan yang lebih sehat, dan rasa ketahanan dan kepercayaan diri yang lebih dalam untuk mampu menghadapi dan mengelola tantangan hidup.

4 dari 4 halaman

Masalah Waktu

Gagasan tentang janji terapi mingguan dapat menjadi hal yang menakutkan bagi banyak orang. Terutama orang yang memiliki kegiatan padat sehari-hari. Dan  itu dapat menjadi alasan logis paling atas yang membuat orang ragu untuk mencoba mencari bantuan.

Tanggung jawab pekerjaan dan keluarga dapat membuat janji temu biasa menjadi tidak mungkin dilakukan. Bagi orang yang mencari terapi pasangan, hal ini sering diperparah dengan gagasan untuk menemukan waktu di mana kedua pasangan bisa pergi bersama.

Namun, teleterapi atau terapi jarak jauh telah membuka jendela ketersediaan baru untuk terapis dan klien. Dengan terapi jarak jauh, waktu yang dihabiskan untuk perjalanan pun dihapuskan.

Seringkali terapi jarak jauh juga bisa lebih fleksibel. Selain itu, banyak terapis menawarkan janji akhir pekan dan malam hari.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.