Sukses

Komunikasi yang Baik dengan Anak Autisme Tak Melulu Ditandai Adanya Kontak Mata

Spesialis sensory engagement yang juga menyandang autisme Joanna Grace mengatakan bahwa komunikasi yang baik pada anak autisme tak selalu ditandai dengan kontak mata yang baik pula.

Liputan6.com, Jakarta Spesialis sensory engagement yang juga menyandang autisme Joanna Grace mengatakan bahwa komunikasi yang baik pada penyandang autisme tak selalu ditandai dengan kontak mata yang baik pula.

Banyak upaya yang dihabiskan untuk membuat penyandang autisme yang tidak melakukan kontak mata secara alami sedapat mungkin harus bisa melakukannya. Padahal, komunikasi yang sukses tak selamanya ditandai dengan kontak mata.

Menurutnya, sebagian penyandang autisme bisa melakukan kontak mata, tapi banyak pula yang tidak dapat melakukannya secara alami.

Umumnya, masyarakat menganggap bahwa kontak mata adalah tanda bahwa seseorang memperhatikan setiap kata yang dilontarkan dalam sesi interaksi. Namun, hal ini tidak berlaku bagi penyandang autisme.

 “Orang-orang percaya bahwa perhatian ditandai oleh arah di mana kita melihat. Ini benar untuk beberapa orang, tetapi tidak semua orang. Jika tujuannya adalah komunikasi yang sukses, maka dukungan harus diarahkan pada apapun yang membuat komunikasi berhasil,” kata Grace mengutip Disability Horizons Senin (28/3/2022).

Dengan kata lain, Grace mengimbau orangtua untuk tidak perlu terlalu fokus pada perbaikan kontak mata. Namun, fokuskan pada apapun yang membuat komunikasi berjalan lebih baik.

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Butuh Banyak Konsentrasi

Bagi non disabilitas, melakukan kontak mata saat berbincang adalah hal yang mudah. Namun, bagi penyandang autisme seperti Grace, itu adalah hal yang membutuhkan banyak konsentrasi.

“Misalkan, saya adalah seseorang yang dapat melakukan kontak mata jika diperintahkan untuk melakukannya, tetapi melakukannya membutuhkan banyak konsentrasi, sehingga sangat sulit untuk mendengarkan dan melakukan kontak mata pada saat yang bersamaan.”

Sama halnya dengan non disabilitas yang meminta temannya diam sejenak karena ia tengah berkonsentrasi pada sesuatu. Pasalnya, berkonsentrasi pada suatu hal sambil mendengar ucapan dari orang lain adalah hal yang sulit dilakukan secara bersamaan.

Bagi banyak orang dengan autisme, melakukan kontak mata sama dengan berkonsentrasi. Sedangkan, mendengarkan perkataan lawan bicara juga memerlukan konsentrasi.

“Jika tujuannya adalah untuk berkomunikasi dengan sukses, hal ini paling baik dicapai dengan membiarkan orang autisme mendengarkan tanpa harus melakukan kontak mata (pandangan dialihkan ke arah lain).”

3 dari 4 halaman

Menghargai Cara Komunikasi yang Berbeda

Lebih lanjut, Grace mengimbau masyarakat untuk menghargai cara komunikasi yang berbeda.

Ia juga memberitahukan bahwa orang dengan autisme yang tidak melakukan kontak mata saat mengobrol bukan berarti dia tidak mendengarkan.

“Saya selalu mencari tempat yang menghormati dan merayakan cara berkomunikasi yang berbeda-beda, dan berusaha untuk membantu orang lain memahami bahwa seseorang yang tidak melakukan kontak mata dengan Anda bukan berarti orang itu tidak mendengarkan Anda,” tutup Grace.

4 dari 4 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.