Sukses

Ahli: Kecelakaan Bukan Salah Satu Penyebab Anak Menyandang Spektrum Autisme

Dosen pendidikan khusus di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dr.dr. Riksma Nurakhmi, M.Pd. mengatakan bahwa kecelakaan bukan salah satu penyebab spektrum autisme.

Liputan6.com, Jakarta Dosen pendidikan khusus di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dr.dr. Riksma Nurakhmi, M.Pd. mengatakan bahwa kecelakaan bukan salah satu penyebab spektrum autisme.

Jika anak dan remaja yang non disabilitas kemudian setelah mengalami kecelakaan mereka menjadi tidak bisa bicara atau mengalami gangguan lainnya, maka itu bukan spektrum autisme.

“Kalau sudah besar terus kecelakaan, mungkin bukan masuk ke spektrum autisme karena autisme sudah bisa dikenali di bawah usia 3 tahun,” kata Riksma dalam seminar daring Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) ditulis Selasa (15/3/2022).

“Tapi yang namanya cedera dan misalnya mengenai kepala terus hambatannya jadi enggak bisa ngomong dan perilakunya aneh itu bukan spektrum autisme, diagnosisnya beda.”

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Faktor Keturunan

Riksma menambahkan, salah satu penyebab spektrum autisme yang sudah diyakini para ahli adalah faktor keturunan atau genetik.

“Artinya ada gen yang dibawa oleh orangtua. Ada kasus keluarga dengan tiga anak yang ketiganya menyandang autisme, di sini kita meyakini bahwa itu penyebabnya genetik.”

Untuk mengubahnya menjadi lebih baik, maka intervensi dan program pembelajaran bagi anak sedini mungkin akan membantu memperbaiki perkembangan anak sesuai potensinya.

“Kalau seiring usia anak tidak diapa-apakan, saya rasa tidak akan ada perubahan. Yang betul itu lakukan upaya intervensi sedini mungkin.”

3 dari 4 halaman

Tidak Dapat Disembuhkan

Intervensi sangat penting bagi anak dengan autisme karena disabilitas tersebut disandang seumur hidup dan tak dapat disembuhkan.

Autisme merupakan kondisi disabilitas yang menyebabkan penyandangnya memiliki gangguan fungsi dalam 3 bidang yaitu interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas serta berulang.

“Kondisi ini akan disandang seumur hidup, jadi enggak ada istilahnya anak autisme sembuh,” kata Riksma.

“Tapi pada saat kita melakukan intervensi, perilakunya menjadi lebih baik, lebih adaptif, kemampuan bahasanya meningkat, interaksinya lebih bagus, jadi semakin hari mungkin kondisinya semakin responsif dan adaptif,” tutup Riksma.

 

4 dari 4 halaman

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.