Sukses

Penuh Dedikasi, Guru Seni Disabilitas Bantu Para Siswa Pamer Bakat

Seorang guru seni dari Malaysia, Yuszairi Yusof tidak membiarkan disabilitas menghalangi hasratnya untuk mengajar seni. Ia bahkan memiliki galeri seni yang memajang hasil karya murid-muridnya.

Liputan6.com, Jakarta Seorang guru seni dari Malaysia, Yuszairi Yusof tidak membiarkan disabilitas menghalangi hasratnya untuk mengajar seni. Justru ia bekerja lebih keras untuk mendorong para siswanya mengembangkan minat dan semangatnya terhadap mata pelajaran tersebut.

Dilansir dari The Star, guru seni rupa SMK Jalan Kota Tinggi Kluang tersebut yang kini berusia 42 tahun, menggunakan uangnya sendiri untuk membantu siswanya yang memiliki passion pada bidang seni selama 13 tahun terakhir.

“Membuat karya seni itu mahal karena perlengkapan seni tidak murah dan tidak semua siswa saya mampu membeli bahan yang diperlukan. Saya tidak ingin menghalangi anak-anak mengejar minat mereka pada seni. Saya ingin mereka memiliki kesempatan yang sama untuk melakukannya dengan baik,” katanya.

Yuszairi menjadi penyandang disabilitas setelah kecelakaan 10 tahun lalu. Ia mengatakan harus menjalani perawatan di rumah sakit selama sebulan setelah kecelakaan itu dan cuti dari kerja selama hampir setahun. Lengan kirinya yang remuk akibat kecelakaan itu, sehingga kini mobilitasnya terbatas pada lengan meskipun telah mendapatkan implantasi sendi buatan. Namun ia tetap bersemangat untuk terus berkarya dan selalu berpesan kepada muridnya untuk tidak menyerah setiap kali menghadapi kesulitan.

"Saya terus menjaga semangat dan fokus pada pemulihan saya. Itu tidak pernah menghentikan saya untuk berkarya dan saya ingin murid-murid saya juga tidak mudah menyerah," kata Yuszairin saat menerima penghargaan guru penyandang disabilitas berprestasi di tingkat negara bagiian dan kabupaten pada 2019.

 

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Punya galeri seni

Ayah lima anak ini juga menyulap ruang kelas kosong menjadi galeri seni di sekolah dengan uang sendiri untuk memajang karya siswanya.

Selain itu, ia akan membiayai siswanya untuk mengikuti pameran dan kompetisi seni.

“Saya mendorong siswa saya untuk memamerkan karyanya di pameran dan mengikuti kompetisi. Saya ingin mereka melihat bahwa mereka dapat memperoleh uang dari seni dan itu bukanlah jalan buntu. Beberapa siswa saya telah berhasil menjual karya seni mereka dalam pameran semacam itu dan beberapa telah membangun karier di bidang seni," katanya, menambahkan bahwa ia menghabiskan rata-rata RM100 (sekitar Rp 350.000) hingga RM200 (sekitar Rp 700.000) sebulan untuk membantu murid-muridnya.

Dengan bangga, Yuszairi mencatat bahwa salah seorang mantan muridnya kini memiliki erusahaan percetakan dan desain kaosnya sendiri, mantan siswanya yang lain memiliki usaha membuat lukisan khat (kaligrafi) rumahan dan mantan siswa lainnya menjadi desainer grafis.

“Saya bangga melihat siswa saya mencapai tujuan mereka dalam apa pun yang telah mereka lakukan, terutama dalam seni. Saya akan terus mendorong siswa saya untuk mengejar impian mereka di bidang seni. Saya ingin mereka serta publik mengubah persepsi mereka bahwa seni bukanlah perdagangan yang bermakna dan menguntungkan. Ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari seni, dari sejarah hingga bahasa dan budaya. Jadi jangan dilihat sebagai opsi terakhir,” katanya.

3 dari 3 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.