Sukses

Volume Perdagangan 9 Produk ETF Bitcoin Spot Tembus Rp 37,5 Triliun

ETF Bitcoin Spot milik Blackrock (IBIT) mendorong sebagian besar aktivitas ini, menyumbang USD 1,3 miliar atau setara Rp 20,3 triliun dari total volume.

Liputan6.com, Jakarta - Minat terhadap ETF Bitcoin Spot melonjak sejak Senin, 26 Februari 2024. Sebanyak 9 produk ETF Bitcoin Spot menghasilkan rekor volume perdagangan USD 2,4 miliar atau setara Rp 37,5 triliun (asumsi kurs Rp 15.658 per dolar AS). 

Dilansir dari Bitcoin.com, Kamis (29/2/2024), ETF Bitcoin Spot milik Blackrock (IBIT) mendorong sebagian besar aktivitas ini, menyumbang USD 1,3 miliar atau setara Rp 20,3 triliun dari total volume. 

Analis Bloomberg ETF Eric Balchunas menjelaskan di media sosial X, kesembilan ETF Bitcoin spot tersebut adalah Blackrock Ishares Bitcoin Trust (IBIT), Fidelity Wise Origin Bitcoin Fund (FBTC), Ark 21shares Bitcoin ETF (ARKB), Bitwise Bitcoin ETF (BITB), Invesco Galaxy Bitcoin ETF (BTCO), Wisdomtree Bitcoin ETF ( BTCW), Vaneck Bitcoin Trust ETF (HODL), Franklin Bitcoin ETF (EZBC), dan Valkyrie Bitcoin ETF (BRRR). 

Mereka mulai diperdagangkan pada 11 Januari setelah Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) menyetujuinya pada hari sebelumnya.

Dari 11 Januari hingga 26 Februari, 10 ETF bitcoin spot, termasuk GBTC, menghasilkan arus masuk bersih gabungan sebesar USD 6,03 miliar atau setara Rp 94,4 triliun, menurut Bitmex Research. 

Pada hari peluncuran, arus masuk tertinggi sebesar USD 655,2 juta atau setara Rp 10,2 triliun, diikuti pada 13 Februari dengan USD 631,2 juta atau setara Rp 9,8 triliun.

Di sisi lain, kripto terbesar, Bitcoin (BTC) berhasil menembus USD 57.000 atau setara Rp 892,3 juta. Ini merupakan kenaikan harga tertinggi sejak 2021. 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dana Kelolaan ETF Bitcoin Spot Sentuh Rp 155,8 Triliun

Sebelumnya diberitakan, Dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) ETF Bitcoin Spot menyentuh USD 10 miliar atau setara Rp 155,8 triliun (asumsi kurs Rp 15.589 per dolar AS) dalam kurun waktu 20 hari sejak pertama kali diperdagangkan.

Dilansir dari Yahoo Finance, Selasa (13/2/2024), perusahaan yang memimpin dana kelolaan ETF Bitcoin Spot adalah iShares Bitcoin Trust dari BlackRock dan Wise Origin Bitcoin Fund dari Fidelity, dengan kepemilikan masing-masing sebesar USD 4 miliar atau setara Rp 62,3 triliun dan USD 3,4 miliar atau setara Rp 52,9 triliun. 

ARK 21Shares Bitcoin ETF juga baru-baru ini melampaui angka USD 1 miliar atau setara Rp 15,5 triliun pada 10 Februari. Sementara Grayscale Bitcoin Trust (GBTC) terus mengalami arus keluar, lajunya melambat, dengan penarikan harian terkecil pada 9 Februari. Analis mengantisipasi pertumbuhan lebih lanjut ketika perusahaan perdagangan menyelesaikan transaksi mereka. 

ARK Invest, yang dikenal dengan sikap bullishnya, melihat Bitcoin menggantikan emas sebagai aset safe haven, memperkirakan apresiasi harga akan terus berlanjut karena perannya yang semakin besar di pasar keuangan. 

Mereka percaya sifat Bitcoin akan memungkinkannya menghadapi kenaikan suku bunga dan inflasi, sehingga menawarkan keuntungan unik dalam iklim makroekonomi saat ini.

Persetujuan aplikasi ETF Bitcoin baru-baru ini oleh SEC, setelah lebih dari satu dekade sejak proposal pertama, menandai tonggak sejarah yang signifikan. 

Perkembangan ini tidak hanya menandakan semakin besarnya dukungan institusional terhadap Bitcoin, tetapi juga potensi perubahan dalam cara pandang investor terhadap Bitcoin sebagai penyimpan nilai.

 

3 dari 4 halaman

Meta Bakal Gandeng Google untuk Promosi ETF Bitcoin di Facebook hingga Instagram

Sebelumnya diberitakan, raksasa teknologi besar sudah mulai melakukan pemanasan di pasar kripto dengan produk yang diatur dengan baik seperti ETF Bitcoin.

Dengan iklan ETF Bitcoin yang ditayangkan awal minggu ini di laman penelusuran Google dan YouTube, pemain lain seperti Meta kemungkinan akan segera bergabung.

Dalam pengamatannya, Presiden ETF Store, Nate Geraci telah menyarankan Facebook dan Instagram akan segera mengizinkan tampilan iklan untuk ETF Bitcoin. Wawasan Geraci mengisyaratkan potensi perubahan dalam kebijakan periklanan di platform media sosial populer, dengan harapan platform tersebut akan terbuka terhadap iklan yang terkait dengan ETF Bitcoin spot dalam waktu dekat.

Mengacu pada Facebook sebagai “boomer honeypot” yang potensial, Geraci menyiratkan bahwa basis pengguna raksasa media sosial tersebut, yang mencakup demografi individu berusia lanjut yang signifikan, dapat memainkan peran penting dalam memperluas jangkauan iklan ETF Bitcoin.

Melansir Coingape, Minggu (5/2/2024), ketika lanskap mata uang kripto dan ETF terus bersinggungan, prospek platform media sosial utama yang menggunakan iklan ETF Bitcoin dapat menandai perkembangan signifikan bagi industri kripto.

Selain itu, meluncurkan iklan ETF Bitcoin di FB dan Instagram mungkin menarik karena platform ini memiliki basis pengguna milenial dan GenZ yang besar, yang lebih terbiasa dengan dunia kripto.

Namun, tidak semua orang bersedia menawarkan iklan kripto. Induk Facebook, Meta, tampaknya memiliki kisah perubahan haluan karena harga saham Meta melonjak secara mengejutkan sebesar 20 persen pada Jumat, 2 Februari kemarin, setelah mengumumkan rencana pembayaran dividen pertama perusahaan.

 

4 dari 4 halaman

Umumkan Buyback

Perusahaan telah mengizinkan pembelian kembali saham (buyback) senilai USD 50 miliar dan mengumumkan dividen triwulanan sebesar 50 sen per saham. Hal ini terjadi karena hasil yang kuat serta keuntungan yang besar dari investasinya pada teknologi baru seperti metaverse. Raihan ini tentunya akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap Meta yang telah berjuang selama beberapa waktu.

Di sisi lain, rencana restrukturisasi perusahaan tampaknya membuahkan hasil yang baik. Meta telah berfokus pada pengurangan biaya selama setahun terakhir, yang mengakibatkan pemecatan lebih dari 21.000 karyawan sejak akhir tahun 2022. Pimpinan perusahaan Mark Zuckerberg menyebut tahun 2023 sebagai tahun efisiensi.

Menariknya, Meta juga akan bersaing dengan raksasa teknologi besar yakni Microsoft dan Alphabet di bidang AI. Perusahaan telah menunjukkan kemajuan dalam AI dengan peluncuran model Llama 2 , dan Llama 3 mendatang menunjukkan inovasi berkelanjutan di bidang ini.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.