Sukses

Citigroup Umumkan Uji Coba Layanan Berbasis Blockchain Citi Token

Teknologi aset digital mempunyai potensi untuk meningkatkan sistem keuangan yang diatur.

Liputan6.com, Jakarta - Citigroup Inc mengumumkan sedang melakukan pembuatan dan uji coba Layanan Citi Token untuk pengelolaan kas dan pembiayaan perdagangan. Layanan ini menggunakan teknologi blockchain dan kontrak pintar untuk memberikan solusi aset digital bagi klien institusi. 

Layanan Citi Token akan mengintegrasikan simpanan yang diberi token dan kontrak cerdas ke dalam jaringan global Citi, meningkatkan kemampuan inti pengelolaan kas dan pembiayaan perdagangan.

Global Head of Services Citigroup, Shahmir Khaliq mengatakan teknologi aset digital mempunyai potensi untuk meningkatkan sistem keuangan yang diatur dengan menerapkan teknologi baru pada instrumen hukum yang ada dan kerangka peraturan yang sudah mapan.

Citi membentuk grup aset digital dalam unit pengelolaan kekayaannya pada Juni 2021 untuk membantu klien berinvestasi dalam mata uang kripto, stablecoin, Non Fungible Token (NFT), dan mata uang digital bank sentral (CBDC).

“Pengembangan Layanan Citi Token adalah bagian dari perjalanan kami untuk memberikan layanan perbankan transaksi generasi mendatang yang real-time dan selalu aktif kepada klien institusi kami,” kata Khaliq, dikutip dari Bitcoin.com, Jumat (22/9/2023).

Citi juga dilaporkan berusaha mempekerjakan 100 orang untuk tim kripto barunya. Pada Mei tahun lalu, Citi berpartisipasi dalam putaran pendanaan untuk Talos, sebuah perusahaan global yang menyediakan teknologi perdagangan aset digital institusional.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bandar Kripto Transfer 4 Triliun Token SHIB USD 29,8 Juta ke 8 Alamat

Sebelumnya, Colossal whale, atau secara harfiah diartikan sebagai paus kolosal diyakini sebagai pemegang token Shiba Inu (SHIB) terbesar, telah melakukan langkah signifikan dengan mentransfer 4 triliun SHIB senilai USD 29,8 juta, ke delapan alamat yang baru dibuat.

Aktivitas ini telah menarik perhatian para penggemar crypto, karena menandai transaksi besar pertama yang dilakukan oleh whale dalam lebih dari 600 hari. Istilah paus atau Whale ini merujuk pada orang atau organisasi yang memiliki crypto dalam jumlah besar, yang juga bisa dikategorikan sebagai market maker atau bandar.

Menurut data dari platform analitik on-chain Lookonchain, whale yang sebelumnya memperoleh 103,33 triliun SHIB, membeli menggunakan 38 Ethereum (ETH) senilai sekitar USD 14.000.

Selanjutnya, whale menjual sekitar 603 miliar SHIB untuk sekitar 2.411 ETH, dengan nilai transaksi USD 9,6 juta. Keuntungan dari penjualan ini mencapai 62.447,37 persen.

Melansir Optimisus, Jumat (14/7/2023), Whale diketahui juga menyetorkan 1,25 triliun SHIB, setara dengan USD 8,77 juta ke dalam Coinbase awal tahun ini. Terlepas dari pergerakan tersebut, colossal whale masih memegang 101,47 triliun SHIB, dengan perkiraan nilai USD 756 juta.

Perlu dicatat paus telah mendistribusikan token di 23 dompet yang berbeda, sehingga sulit untuk melacak atau memprediksi tindakan tepat paus tersebut.

Dalam perkembangan terakhir, data dari Shibburn mengungkapkan penurunan signifikan lebih dari 100 persen dalam tingkat pembakaran token SHIB dalam 24 jam terakhir. Pengamatan ini menambah intrik lebih lanjut pada dinamika yang berkembang seputar pergerakan token SHIB.

 

3 dari 4 halaman

Temasek Singapura Bakal Hentikan Investasi di Perusahaan Kripto, Ada Apa?

Sebelumnya, dana kekayaan negara Singapura Temasek mengungkapkan saat ini tidak ingin berinvestasi di perusahaan kripto di tengah ketidakpastian peraturan di sektor ini.

“Ada banyak ketidakpastian peraturan di lingkungan ini. Saya pikir sangat sulit bagi kami untuk melakukan investasi dan pertukaran lagi di tengah semua ketidakpastian peraturan ini,” kata Chief Investment Officer Temasek, Rohit Sipahimalani, dikutip dari CNBC, Rabu (12/7/2023).

Komisi Sekuritas dan Pertukaran AS (SEC) menuntut Ripple pertukaran kripto AS teratas karena melanggar undang-undang sekuritas lokal dengan menjual token XRP aslinya tanpa terlebih dahulu mendaftarkannya ke regulator.

SEC secara terpisah membebankan Coinbase pertukaran kripto AS lainnya untuk beroperasi sebagai bursa efek yang tidak terdaftar, broker atau perusahaan kliring. Itu juga menuduh Coinbase gagal mendaftarkan penawaran dan penjualan program stakingnya.

“Jika Anda memiliki kerangka peraturan yang tepat, dan kami merasa nyaman dengannya, dan Anda memiliki peluang investasi yang tepat, tidak ada alasan bagi kami untuk tidak melihatnya,” ujar Sipahimalani.

 

 

4 dari 4 halaman

Kerugian FTX

Dia menambahkan Temasek tidak pernah berniat untuk berinvestasi dalam cryptocurrency. Pada Selasa, Temasek membukukan pengembalian terburuk sejak 2016, dibebani oleh tantangan ekonomi makro dan geopolitik.

Kerugian FTX

Temasek mengumumkan pada pertengahan November mereka akan menurunkan investasi USD 275 juta atau setara Rp 4,1 triliun (asumsi kurs Rp 15.142 per dolar AS) di FTX menjadi nol.

Crypto exchange FTX yang berbasis di AS bangkrut pada November 2022. Perusahaan memiliki lebih dari 100.000 kreditur. Wakil Perdana Menteri Singapura dan Menteri Keuangan Lawrence Wong menyebut kerugian itu "mengecewakan" dan merusak reputasi Singapura.

Pada Mei, Temasek kemudian mengumumkan pemotongan gaji staf yang bertanggung jawab, setelah memulai tinjauan internal atas investasi FTX-nya yang digambarkan Sipahimalani sebagai strategi Temasek untuk menemukan pemenang berikutnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.