Sukses

Kazakhstan Menindak Penambangan Kripto Ilegal

Inspektur akan melanjutkan upaya mereka untuk mendeteksi dan memutuskan pertambangan kripto ilegal.

Liputan6.com, Jakarta - Departemen lokal dari Komite Pengawasan Atom dan Energi Kementerian Energi Kazakhstan telah melakukan sejumlah inspeksi untuk mengidentifikasi operasi penambangan kripto ilegal di negara itu.

Selain itu, anggota penegak hukum negara dan lembaga pemerintah lainnya juga mengambil bagian dalam pemeriksaan bersama.

"Hasil inspeksi selama 5 hari terakhir, kelompok keliling telah mengidentifikasi dan menghentikan 13 ladang penambangan dengan total konsumsi 202 MW,” kata kementerian itu dalam siaran pers, dikutip dari Bitcoin.com, Senin (7/3/2022). 

Di wilayah Karaganda, pihak berwenang menemukan fasilitas penambangan dengan total kapasitas lebih dari 31 MegaWatt (MW) dan di wilayah Pavlodar dengan peralatan pertambangan bertenaga 22 MW.

Mereka juga mencabut perangkat keras di wilayah Turkistan sebesar 3,28 MW, wilayah Akmola 1,03 MW, wilayah Kostanay 0,82 MW, di ibu kota Nur-Sultan 1,8 MW, kota terbesar di Kazakhstan, Almaty 3,5 MW, dan Shymkent 4 MW.

Inspektur akan melanjutkan upaya mereka untuk mendeteksi dan memutuskan pertambangan kripto ilegal tetapi juga mengidentifikasi fasilitas penambangan resmi. 

Penindakan ini dilakukan sejalan dengan krisis energi yang terjadi di Kazakhstan. Protes massal atas kenaikan biaya energi, terutama harga bahan bakar, meletus pada hari-hari pertama tahun ini, mengancam pemerintahan Tokayev. 

Demi memadamkan kerusuhan, pemerintahannya untuk sementara menutup bank dan membatasi akses ke internet, yang memengaruhi penambangan dan hashrate Bitcoin global.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ukraina Berhasil Kumpulkan Rp 776,5 Miliar dari Sumbangan Kripto

Sebelumnya, sumbangan dalam bentuk cryptocurrency seperti Bitcoin dan Ethereum terus mengalir ke Ukraina saat perang dengan Rusia memasuki minggu kedua.

Sejak Moskow menginvasi pada 24 Februari, lebih dari 102.000 sumbangan aset kripto, dengan total USD 54,7 juta atau sekitar Rp 776,5 miliar, telah diberikan kepada pemerintah Ukraina dan Come Back Alive, sebuah LSM yang memberikan dukungan kepada militer, menurut data baru dari perusahaan analitik blockchain Elliptic.

Kenaikan tersebut termasuk sumbangan tunggal sebesar USD 5,8 juta dari Gavin Wood, pendiri cryptocurrency yang kurang dikenal bernama Polkadot. 

Donasi telah meningkat minggu ini, dengan sekitar 72.000 dari donasi ini datang dalam dua hari terakhir. Sejauh ini, kontribusi terdiri dari USD 18,2 juta dalam Ether, USD 17,2 juta dalam Bitcoin dan USD 9,5 juta dalam campuran stablecoin yang berdasarkan dolar AS.

Selain itu, termasuk sumbangan anonim sebesar USD 1 juta dalam Tether, salah satu token yang harganya dipatok dengan dolar AS. 

Menerima sumbangan dalam kripto adalah hal baru bagi pemerintah Ukraina. Hingga Sabtu pekan lalu semua donasi harus melalui jalur pembayaran tradisional, tetapi pada 26 Februari, pemerintah Ukraina memutuskan untuk berkreasi.

Akun Twitter milik pemerintah Ukraina mulai meminta sumbangan aset kripto untuk pertama kalinya. Langkah itu dilakukan setelah bank sentral negara itu menindak transfer uang digital sehubungan dengan deklarasi darurat militer secara nasional.

Cryptocurrency seperti Bitcoin menjadi lebih populer karena memungkinkan pengguna untuk melewati lembaga keuangan yang mungkin memblokir pembayaran ke Ukraina.

Elliptic mengatakan alamat Bitcoin, Ethereum, Eron, Polkadot, Dogecoin, dan solana yang tercantum dalam tweet telah menerima lebih dari 96.000 sumbangan cryptocurrency, dengan nilai total USD 46,7 juta langsung ke pemerintah.

"Cryptocurrency sangat cocok untuk penggalangan dana internasional karena tidak menghormati batas-batas nasional dan tahan sensor , tidak ada otoritas pusat yang dapat memblokir transaksi, misalnya dalam menanggapi sanksi," kata kepala ilmuwan Elliptic, Tom Robinson, dikutip dari CNBC, Senin, 7 Maret 2022.

Tak hanya itu, dalam bentuk Non Fungible Token (NFT) kepada Ukraina juga terus meningkat di tengah derasnya kucuran donasi kripto untuk Ukraina.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.