Sukses

Studi: Vaksin Covid-19 Berdampak pada Siklus Menstruasi Wanita

Vaksinasi Covid-19 dikaitkan dengan sedikit peningkatan panjang siklus menstruasi pada wanita menurut sebuah studi oleh National Institutes of Health.

Liputan6.com, Jakarta - Vaksin Covid-19 dikaitkan dengan sedikit peningkatan panjang siklus menstruasi wanita dengan menunda awal pendarahan beberapa waktu, menurut sebuah studi internasional besar yang didanai oleh National Institutes of Health.

Dilansir dari CNBC, Minggu (2/9/2022), Dr Diana Bianchi, kepala lembaga kesehatan anak dan pengembangan manusia NIH, mengatakan perubahan setelah vaksinasi tampak kecil, sementara dan dalam kisaran normal. 

Namun, siklus menstruasi yang lebih lama, biasanya sekitar satu bulan, tidak serta merta meningkatkan jumlah hari perdarahan, menurut badan kesehatan itu.

Perubahan panjang siklus menstruasi delapan hari atau kurang dianggap dalam kisaran normal variasi, kata NIH. Siklus menstruasi peserta meningkat rata-rata 0,71 hari, atau kurang dari 24 jam, setelah dosis vaksin pertama dan lebih dari setengah hari setelah dosis kedua, menurut temuan penelitian. 

Wanita yang menerima kedua dosis vaksin dalam satu periode menstruasi mengalami peningkatan siklus sebesar 3,91 hari. Tetapi lebih dari 1.300 wanita melihat siklus mereka meningkat delapan hari atau lebih, mewakili 6,2% dari individu yang divaksinasi dan 5% dari orang yang tidak divaksinasi dalam penelitian ini. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Siklus menstruasi lebih panjang

Wanita lebih muda yang memiliki siklus lebih lama sebelum vaksinasi lebih mungkin untuk mengalami penundaan yang lebih besar pada awal periode mereka.

Setelah rangkaian vaksinasi selesai, panjang siklus sebagian besar telah kembali normal untuk wanita yang menerima satu dosis per siklus menstruasi dan sekitar 20 jam bagi mereka yang menerima kedua dosis dalam satu siklus.

Hampir 20.000 orang berpartisipasi dalam penelitian di Kanada, Inggris, AS, Eropa, dan bagian dunia lainnya. Peserta menerima satu dari sembilan vaksin yang berbeda: Pfizer-BioNTech, Moderna, Johnson & Johnson, AstraZeneca, Covishield, Sputnik, Covaxin, Sinopharm dan Sinovac.

Perubahan panjang siklus menstruasi tidak berbeda antar vaksin. Para peneliti menggunakan data dari aplikasi pelacakan kesuburan yang disebut Natural Cycles. 

Wanita memberikan informasi tentang suhu dan panjang siklus menstruasi mereka ke aplikasi. Pengguna aplikasi dapat memilih opsi untuk memberikan data mereka untuk tujuan penelitian tanpa informasi identitas pribadi.

Para peneliti telah merilis temuan awal pada bulan Januari, yang menunjukkan hubungan antara vaksinasi Covid-19 dan peningkatan panjang siklus menstruasi, dan penelitian yang diterbitkan minggu ini mengkonfirmasi hubungan tersebut. NIH menyediakan $ 1,67 juta untuk lima lembaga penelitian untuk menyelidiki masalah ini.

3 dari 3 halaman

Siklus menstruasi pada wanita

Siklus menstruasi adalah sebagai berikut:

- Fase menstruasi

Fase menstruasi adalah luruh dan dikeluarkannya dinding rahim dari tubuh. Hal ini disebabkan berkurangnya kadar hormon seks. Hal ini secara bertahap terjadi pada hari ke-1 sampai 7.

- Fase pra-ovulasi

Fase pra-ovulasi yaitu masa pembentukan dan pematangan ovum dalam ovarium yang dipicu oleh peningkatan kadar estrogen dalam tubuh. Hal ini terjadi secara bertahap pada hari ke-7 sampai 13.

- Fase ovulasi

Masa subur atau ovulasi adalah suatu masa dalam siklus menstruasi wanita di mana sel telur yang matang siap untuk dibuahi. Menurut beberapa literatur, masa subur adalah 14 hari sebelum haid selanjutnya.

Apabila wanita tersebut melakukan hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi maka kemungkinan terjadi kehamilan. Beberapa metode dalam menentukan masa subur dapat dilihat dengan beberapa cara, yaitu dengan mengenali perubahan periode menstruasi, perubahan lendir servik, dan perubahan suhu basal tubuh.

- Fase pascaovulasi.

Fase ini merupakan masa kemunduran ovum bila tidak terjadi fertilisasi. Pada tahap ini, terjadi kenaikan produksi progesteron sehingga endometrium menjadi lebih tebal dan siap menerima embrio untuk berkembang. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka hormon seks dalam tubuh akan berulang dan terjadi fase menstruasi kembali.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini