Sukses

Burung Gosong Sula Terancam Punah

Burung yang mengalami peningkatan status adalah gosong sula (Megapodius bernsteinii) yang beranjak dari mendekati terancam punah ke rentan. Meningkatnya status keterancaman burung ini didasari atas semakin berkurangnya populasi mereka akibat habitat alaminya mengalami kerusakan.

Citizen6, Bogor: Indonesia sebagai pemilik hutan tropis terluas ketiga di dunia, merupakan pusat keragaman hayati dunia mulai dari ekosistem, spesies flora dan fauna, hingga jenis burung. Dari total hampir 10.000 jenis burung yang ada di dunia sekitar 1.594 jenisnya terdapat di Indonesia.

Namun begitu, keragaman burung di Indonesia menghadapi ancaman. Perhimpunan pelestarian burung liar Indonesia (Burung Indonesia) mencatat, jumlah jenis burung yang terancam punah pada 2011 mengalami peningkatan. Bila di 2010 jumlahnya hanya 122 jenis, maka tahun ini bertambah menjadi 123 jenis. Rinciannya adalah 18 jenis berstatus kritis (Critically Endangered/CR), 31 jenis genting (Endangered/EN), dan 74 jenis tergolong rentan (Vulnerable/VU) yang ke semuanya itu masuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Burung yang mengalami peningkatan status adalah gosong sula (Megapodius bernsteinii) yang beranjak dari mendekati terancam punah (Near Threatened/NT) ke rentan (Vulnerable/VU). Meningkatnya status keterancaman burung yang termasuk dalam suku Megapodiidae ini didasari atas semakin berkurangnya populasi mereka akibat habitat alaminya mengalami kerusakan.

Menurut Jean-Christophe Vie, Deputy director IUCN Global Species Programme, semakin tingginya jumlah jenis burung yang terancam punah menunjukkan bahwa inisiasi konservasi harus dilakukan sesuai tempatnya. Sedangkan Dr Stuart Butchart dari BirdLife’s Global Research and Indicators Coordinator berpendapat bahwa nasib burung-burung liar sangat bergantung dengan kondisi alam sebagai habitatnya.

Hutan merupakan habitat penting bagi kehidupan burung. Dari seluruh jenis burung terancam punah di Indonesia, lebih dari setengahnya tinggal di hutan sebagai habitat utama. Di Taliabu, Kepulauan Sula, misalnya. Konversi hutan untuk lahan pertanian membuat Gosong Sula mulai kehilangan habitat. Bersama telurnya juga, daging burung berukuran 35 sentimeter ini masih menjadi primadona masyarakat untuk dikonsumsi. Akibatnya, pertambahan populasi Gosong Sula terhambat. "Gosong Sula merupakan burung yang hanya dapat ditemui di Kepulauan Banggai dan Sula, kawasan Wallace," jelas Dwi Mulyawati, Bird Conservation Officer Burung Indonesia.

Burung ini merupakan penghuni habitat hutan dataran rendah dan kawasan pantai. Biasanya ia berpasangan atau bila dalam kelompok jumlahnya mencapai lima ekor. Burung berwarna coklat sangat tua ini memanfaatkan panas bumi saat mengerami telurnya, sebagaimana burung maleo senkawor (Macrocephalon maleo). "Di alam, jumlahnya diperkirakan sekitar seribu ekor," lanjut Dwi.

Upaya perlindungan perlu dilakukan dengan memprioritaskan pada Daerah Penting bagi Burung (DPB). "Meski saat ini, tantangan yang dihadapi tidak semua DPB berada di kawasan konservasi dan sebagian lagi tersebar di wilayah hutan alam produksi," papar Dwi. (Pengirim: Rahmadi Rahmad)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini