Sukses

Jangan Bercanda soal Bom, Anak TK pun Bisa Diskors Karenanya

Bocah lima tahun bernama Jackson Riley itu mendapat hukuman ancaman teroris karena hanya bilang ada bom dalam tasnya.

Liputan6.com, Jakarta Siapa pun pasti tahu bahwa anak-anak suka sekali bercanda. Kadang kala dalam bercanda mereka mengatakan hal aneh yang tak kita bisa pahami antara benar atau hanya bohongan belaka.

Imajinasi mereka yang masih berkembang bebas juga memengaruhi daya pikir mereka dalam menyikapi kejadian tertentu. Seperti bocah asal Modesto, California, ini misalnya, karena imajinasinya melampaui anak-anak lain, Jackson Riley dianggap mengancam nyawa teman-teman sekelasnya di taman kanak-kanak.

Belum sebulan Jackson masuk sebuah taman kanak-kanak Great Valley Academy. Namun, pihak sekolah telah menskorsnya. Kejadian ini bermula ketika sang guru mengecek ransel miliknya. Hal yang dikatakannya saat sang guru mulai mengecek tas miliknya ternyata berujung pada tindakan yang tak kita kira.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jackson hanya bermain-main dengan imajinasinya

Bocah kecil itu mengatakan bahwa di dalam tasnya terdapat sebuah bom. Jika tas itu diambil, bomnya akan meledak. Saat dilihat langsung oleh sang guru, di tasnya tak ditemukan bom.

"Saat ia bilang ia tak ingin melepaskan tasnya karena meledak itu tandanya ia tak ingin seorang pun terluka. Dia hanya berpura-pura bermain tentang imajinasi adanya sebuah bom dalam tasnya," ujar Michelle Riley (40), sang ibu Jackson, melansir Shared (2/1/2017).

Sang ayah, Ian Riley juga menyatakan bahwa putranya hanya bermain-main dengan imajinasinya. Dalam pikirannya, ia berpura-pura menjadi seorang pahlawan dengan mencegah bom itu meledak pada ranselnya. Namun, hal ini tak dimengerti oleh guru di sekolahnya.

Bocah kecil itu kini mendapat hukuman melakukan tindakan ancaman dan intimidasi dengan sengaja. Hukuman yang diberikan kepadanya disebarkan kepada orangtua lain sebagai tindakan untuk mengatasi insiden Jackson yang tak bisa ditoleransi oleh pihak sekolah.

3 dari 3 halaman

Sekolah terlalu berlebihan memberikan hukuman

Lucunya, peraturan itu sebenarnya hanya berlaku bagi siswa kelas empat sampai dengan 12. Adapun, bocah itu masih berusia lima tahun. Uniknya, sekolah masih berusaha keras memberikan hukuman pada Jackson. Ia diberikan sanksi dan diskors karena membuat ancaman teror terhadap petugas sekolah.

"Lalu di mana ancamannya? Apakah kami masih perlu menjawab pertanyaan itu sampai jelas?" ujar Michelle menanggapi respons dari sekolah Jackson. Walaupun mereka tidak kesal kepada pihak sekolah, pasangan Riley mencoba untuk meluruskan kejadian ini.

Menurut Ian, pihak sekolah terlalu berlebihan kepada putranya. Kedua pasangan itu juga melakukan pendekatan kepada para sang guru bahwa mereka menyukai guru Jackson di sekolah karena begitu baik pada putra mereka.

Selain itu, orangtua Jackson juga merasa khawatir jika hukuman "teroris" yang diberikan pada putra mereka akan memengaruhi ia di masa depan. "Mudah sekali saat ini untuk melabeli seorang anak 'ya, ia telah melakukan ancaman teroris. Ini tak mengagetkanku jika dia bisa saja beriktikad jahat'," ujar Michelle.

Tentunya sebagai orang tua, Michelle tak menginginkan pemikiran semacam itu menghatui banyak orang terhadap anaknya. Walaupun begitu, Jackson sendiri tak terpengaruh dengan hukuman itu. Namun, kejadian yang menimpanya mendapat perhatian publik pada September 2017 yang lalu.

Saksikan Video pilihan di Bawah ini:

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.