Sukses

Menyenangkan, Belajar soal Kesehatan Gigi di Saung Kaulinan Waos

Terjadinya karies gigi pada anak merupakan masalah klinik yang signifikan.

Liputan6.com, Jakarta Terjadinya karies gigi pada anak merupakan masalah klinik yang signifikan. Menurut Suwelo (1988, dalam Ami, 2005) kasus karies gigi pada anak prasekolah di Ibu Kota Republik Indonesia mencapai 89,16%. Artinya sekitar 89,16% dari orang-orang yang disurvei punya karies gigi dan ada kerusakan karena karies sekitar tujuh gigi per orang.

Usaha pencegahan (preventif) untuk menanggulangi permasalahan kebersihan mulut dan gigi lebih baik daripada pengobatan (kuratif). Hal ini karena ketika gigi dan mulut sudah terkena penyakit, termasuk karies, maka akan sulit untuk diobati. Pepatah lebih baik mencegah daripada mengobati sangat tepat untuk ini.

Namun, tantangan muncul dalam usaha preventif ini. Metode pencegahan kepada anak-anak seringkali tidak efektif dalam upaya pencapaiannya. Metode yang digunakan biasanya terbatas pada penyuluhan satu arah. Padahal, penyuluhan satu arah seringkali tidak meninggalkan efek yang lama karena anak-anak yang menjadi objek penyuluhan tidak terlibat secara emosional terhadap usaha penyadaran ini. Inilah yang membuat Saung Kaulinan Waos hadir.

Menyenangkan, Belajar Soal Kesehatan Gigi di Saung Kaulinan Waos

Program Saung Kaulinan Waos merupakan suatu program pelatihan yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Sasaran utama program ini adalah anak-anak berusia 6-12 tahun atau setara usia sekolah dasar. Namanya sendiri diambil dari bahasa Sunda yang berarti 'tempat bermain gigi'.

Menurut Umi Latifah, inisiator Saung Kaulinan Waos yang juga mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, program ini dilaksanakan pertama di Dusun Sukanegla, Jatinangor. Selain latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, masalah pengetahuan yang kurang terkait kesehatan gigi dan mulut serta kebiasaan yang masih buruk dalam merawat gigi pada masyarakat juga menjadi faktor pendorong Saung Kaulinan Waos ini dilaksanakan.

Dirancang sejak September tahun 2015 lalu, Saung Kaulinan Waos memulai aksinya di Dusun Sukanegla pada bulan Maret 2016 lalu. Kegiatan-kegiatan sudah dilakukan bersama masyarakat di antaranya pemetaan sosial, penyuluhan pada orangtua, dan permainan-permainan unik pada anak-anak di sana.

Program ini dibuat untuk melatih kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor anak terkait kesehatan gigi dan mulut. Pelatihan ini dirancang dengan metode games yang berbasis proses pembelajaran experiential learning. Konsep dari games yang dirancang bersifat portable. Hal ini dimaksudkan agar dapat diterapkan tidak hanya di Dusun Sukanegla.

Permainan-permainan yang ada di Saung Kaulinan Waos ini di antaranya ada Bakteri Tangga Gigi yang berbentuk seperti ular tangga. Setiap kali hendak berjalan anak-anak akan mendapatkan pertanyaan mengenai kesehatan gigi dan mulut. Bakteri Tangga Gigi dibuat untuk melatih kemampuan kognitif anak. Lalu ada Dongeng Gigi berupa cerita kehidupan sehari-hari untuk melatih afektif atau sikap anak agar rutin memelihara kesehatan gigi dan mulutnya. Untuk melatih psikomotoriknya diberikan permainan Bakteri Tangga Gigi dan juga senam gosok gigi bersama (Gogiber). Masyarakat, khususnya anak-anak, menerima sekali dan ingin sekali memainkan permainan ini lagi.

Menyenangkan, Belajar Soal Kesehatan Gigi di Saung Kaulinan Waos

Para eksekutor utama sekaligus co-founder yang menjalankan program ini disebut sebagai Peri Gigi. Mereka adalah Shofi, Bella, Rio, dan Devi. Para Peri Gigi ini akan dibantu oleh para relawan yang disebut Sahabat Peri Gigi. Ternyata tidak hanya para dokter gigi atau mahasiswa kedokteran gigi saja yang bisa bergabung ke Saung Kaulinan Waos ini, tetapi berbagai macam orang dari beragam latar belakang pendidikan. Contohnya terdapat empat orang mahasiswa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, tiga orang dari Psikologi, dan satu orang dari Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Saat ini Saung Kaulinan Waos sedang mengembangkan terus kegiatannya. Baru-baru ini mereka menerima undangan untuk melaksanakan games dan penyuluhan di SD Krida Nusantara, Cibiru. Selain itu menurut Shofi, Saung Kaulinan sangat terbuka bagi siapa saja yang ingin menjadi relawan dalam kegiatan ini.

Penulis:

Rio Alfajri

Twitter                   : @Rio_Alfaj

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Unpad

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini