Sukses

Cek Fakta: Tidak Benar Penemuan Batu Mengandung Listrik di Kongo

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim penemuan batu mengandung listrik di Kongo.

Liputan6.com, Jakarta - Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim penemuan batu yang mengandung listrik di Kongo, informasi tersebut diunggah oleh salah satu akun Facebook, pada 10 Agustus 2023.

Unggahan klaim penemuan batu mengandung listrik di Kongo, menampilkan seorang sedang memegang benda berwarna perak kemudian dia menempelkan batu tersebut dengan dua utas kabel dari sisi yang berbeda yang diujungnya terdapat bola lampu.

Terlihat dalam video tersebut lampu menyela ketikan dua kabel ditemperkan pada benda yang menyerupai bongkahan batu kecil tersebut.

Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut.

"Di Afrika Tengah, di hutan Kongo, penduduk setempat menemukan batu yang tidak biasa dan bermuatan yang dapat digunakan bola lampu.

Vibranium itu nyata ❗"

Benarkah klaim penemuan batu mengandung listrik di Kongo? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim penemuan batu mengandung listrik di Kongo, menggunakan Google Search dengan kata kunci 'Electric rock kongo' penelusuran mengarah pada artikel berjudul "Fact check: False claim electrically-charged rocks found in Congo" yang dimuat situs Usatoday.com, pada 30 Januari 2023.

Dalam situs Usatoday.com, Simon Jowitt, seorang profesor geologi di University of Nevada, Las Vegas, mengatakan tidak ada mineral yang mengandung listrik.

"Mineral di dalam bebatuan itu, jika Anda memiliki konsentrasi yang cukup, dapat menghantarkan listrik, tetapi tidak mungkin mereka benar-benar dapat menyimpannya," kata Jowitt dalam email.

"Itu hanya melewati, dari satu ujung ke ujung lainnya, seperti jika Anda memiliki arus listrik yang melewati sepotong logam."

Anthony Love, seorang ahli geologi di Appalachian State University, mengatakan bebatuan yang ditunjukkan dalam unggahan tersebut tampaknya merupakan sejenis besi sulfida dan bisa jadi pirit, juga dikenal sebagai emas palsu.

Seperti beberapa mineral lainnya, pirit dapat menghantarkan listrik, artinya listrik dapat mengalir melaluinya. Faktanya, pirit dinamai karena kemampuannya memancarkan percikan api saat terkena logam.

Namun, tidak mungkin mineral menyimpan atau menghasilkan listrik sendiri.

"Tidak ada mineral yang menghasilkan listrik secara alami tanpa menambahkan energi ke dalam sistem," kata Love melalui email. "Saya akan mewaspadai 'penemuan' yang diumumkan di media sosial."

Jowitt dan Love menebak bahwa semacam baterai dan kabel tersembunyi digunakan untuk membuatnya tampak seolah-olah batu itu menghasilkan listrik sendiri.

Penelusuran mengarah pada artikel berjudul "Posts falsely claim electrically-charged rocks found in Congo" yang dimuat situs Apnews.com.

Dalam situs Apnews.com, Profesor geologi ekonomi di University of Nevada, Las Vegas mengatakan, mineral di dalam bebatuan itu jika memiliki konsentrasi yang cukup dapat menghantarkan listrik, tetapi tidak mungkin mereka benar-benar dapat menyimpannya.

"Itu hanya melewati, dari satu ujung ke ujung lainnya, seperti jika Anda memiliki arus listrik yang melewati sepotong logam," katanya.

Para ahli mengatakan tidak jelas persis bagaimana sumber energi cahaya dalam video itu, tetapi semua batu tidak dapat menyimpan daya listik.

Batuan tidak seperti baterai, tidak dapat melepaskan listrik dengan sendirinya karena tidak memiliki reaksi kimia yang melepaskan elektron dan memungkinkan elektron mengalir.

"Tidak ada kapasitas reaktif kimiawi di dalam batu yang akan Anda dapatkan di baterai," katanya.

Yaoguo Li, seorang profesor geofisika di Colorado School of Mines, menanggapi tentang batu dapat menyimpan listrik.

"Kami tidak mengetahui mekanisme apa pun, sejauh ini, yang benar-benar mendukung fenomena semacam itu."

Yuzhang Li, asisten profesor teknik kimia dan biomolekuler di University of California, Los Angeles, mengungkapkan, batuan alami biasanya tidak memiliki semua komponen baterai yang diperlukan, seperti elektroda positif dan negatif.

"Saya kira tidak ada fisika baru yang ditemukan di sini. Saya ragu bahwa batu itu sendiri menghasilkan semacam tegangan," kata Li.

Sumber:

https://www.usatoday.com/story/news/factcheck/2023/01/30/fact-check-false-claim-rocks-electric-charge-found-congo/11129541002/?fbclid=IwAR1j4eSaEgdMni4O1N0sT9tC_N1C02FJHymJo97YlM-Kb7o6HRC2X_jkvok

https://apnews.com/article/fact-check-congo-rocks-electricity-633884997540

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim penemuan batu mengandung listrik di Kongo tidak benar.

Batuan tidak seperti baterai, tidak dapat melepaskan listrik dengan sendirinya karena tidak memiliki reaksi kimia yang melepaskan elektron dan memungkinkan elektron mengalir.

 

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.