Sukses

Penanganan Pandemi Covid-19 Menjadi Rumit Akibat Banyak Hoaks

Data di Komenterian Informasi dan Informatika sejak setahun belakangan, hoaks soal covid-19 mencapai 1.402 buah yang tersebar di media sosial.

Liputan6.com, Jakarta - Hoaks masih menjadi tantangan bagi pengendalian pandemi covid-19 di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Data di Komenterian Informasi dan Informatika sejak setahun belakangan, hoaks soal covid-19 mencapai 1.402 buah yang tersebar di media sosial.

Tentu hoaks bisa menganggu usaha pengendalian pandemi yang dilakukan. Selain itu hoaks juga bisa menurunkan kepercayaan masyarakat pada program pengendalian seperti vaksinasi.

Itu sebabnya peran masyarakat sangat vital untuk memerangi hoaks ini. Sehingga pengendalian pandemi covid-19 bisa berjalan lebih cepat.

"Kita sudah melalui sedikitnya 10 pandemi dalam sejarah manusia, penanganannya sangat sederhana yakni membatasi mobilitas. Bahkan zaman dulu pandemi bisa berakhir tanpa adanya obat atau vaksin," ujar Bimo Ario Tejo, Ph.D, Peneliti Bioteknologi di Universiti Putra Malaysia dalam dialog 'Pandemi, Kita Bisa Apa?: Menjajari Pandemi Dalam Media Sosial' yang digelar BNPB, Kamis (4/2/2021).

"SARS dan MERS, virusnya juga sama yakni corona virus kita berhasil hentikan dengan pendekatan kesehatan ke masyarakat. Tetapi covid-19 ini pendekatan kesehatan ke masyarakat tidak cukup karena banyaknya hoaks, disinformasi di masyarakat sehingga penanganan menjadi rumit," katanya menambahkan.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hoaks vaksin covid-19

Di sisi lain, Bimo menjelaskan salah satu hoaks soal vaksin yang masih beredar adalah terkait tujuan vaksin untuk mengurangi populasi penduduk. Bahkan hoaks ini terus beredar jauh sebelum adanya vaksin covid-19.

"Berdasar data statistik jumlah penduduk di dunia ini justru berkembang, jadi tidak benar jika vaksin covid-19 bertujuan mengurangi penduduk. Lalu ada hoaks vaksin yang disebut bisa melacak pergerakan kita, tentu ini tidak benar. Bahkan sekarang saja pergerakan kita sudah dilacak melalui smartphones dan ini lebih mudah," ujarnya.

"Statistik juga menyebut tidak ada orang yang meninggal dunia akibat vaksin. Tentu hoaks jika ada yang menyebut vaksin tidak aman, kita juga sudah punya Badan POM untuk mengujinya sebelum digunakan masyarakat."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.