Sukses

Berbagi Cara Menangkal Hoaks di Tengah Pandemi Covid-19

Disinformasi mengenai Covid-19 juga berbahaya. Seluruh negara di dunia mengalami serangan ini, tak terkecuali Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Virus corona Covid-19 telah menjadi pandemi di dunia. Para ahli menyebut, virus yang ditemukan di Wuhan, China itu berbahaya, apalagi tingkat penularannya juga begitu cepat.

Selain Covid-19, kabar hoaks dan disinformasi yang beredar mengenai virus tersebut juga tak kalah berbahaya. Seluruh negara di dunia mengalami serangan hoaks tentang virus corona, tak terkecuali di Indonesia.

Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, Wahyu Dhyatmika mengistilahkan penyebaran hoaks di tengah pandemi ini sebagai infodemi. Ia menganggap, infodemi ini sangat berbahaya. Bahkan nyawa bisa jadi taruhannya.

"Contohnya saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengindikasikan obat corona adalah disinfektan. Orang-orang jadi meminum disinfektan. Itu kan berbahaya," kata Wahyu saat diskusi virtual yang digelar Liputan6.com pada Senin (6/7/2020).

Menurut Wahyu, situasi seperti ini hampir terjadi pada seluruh negara di dunia. Penyebabnya, mereka gagap menghadapi pandemi.

"Tidak ada satu pihak pun yang sanggup menghadapi pandemi ini sendirian," ujar pria yang akrab disapa Komang ini.

Hal yang sama juga diutarakan Co-Founder Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Aribowo Sasmito. Ia menyebut situasi saat ini lebih berat dibanding saaat Pemilihan Presiden 2019 lalu.

Sebab selain kabar hoaks dan disinformasi, infodemi juga diramaikan dengan teori konspirasi yang beredar di tengah masyarakat. Bahkan, akibat teori konspirasi ini, tiang pemancar sinyal 5G di London, Inggris dibakar warga.

"Padahal enggak masuk akal gimana sinyal 5G bisa menyebarkan sesuatu yang organik, seperti virus?" kata Aribowo.

Sementara di Indonesia, penyebaran hoaks dan disinformasi berimbas kepada pengguna di media sosial. Banyak warganet justru lebih percaya akun medsos yang menyebarkan teori konspirasi dibanding pendapat para ahli. Padahal, kata Aribowo, pendapat ahli dan ilmuwan merupakan kunci bagi masyarakat melawan pandemi.

"Itu yang memperparah keadaan. Kita harus mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada ahli," tambah Aribowo.

Informasi simpang siur mengenai virus corona Covid-19 ternyata juga dirasakan para pegiat Cek Fakta Liputan6.com. Karmin Winarta sebagai Koordinator Pegiat Cek Fakta Liputan6.com mengatakan, pihaknya menemukan beragam informasi baik valid maupun yang sumir di dalam grup percakapan Pegiat Cek Fakta Liputan6.com.

"Terutama saat pandemi Covid-19. Banyak berita dan kabar yang beredar. Ada yang benar ada yang enggak," ungkap Karmin.

Dalam grup pegiat cek fakta, Karmin turut mengajak masyakat untuk tidak mudah percaya dengan informasi yang beredar seputar virus corona. Ia selalu meminta para pegiat cek fakta sama-sama menelusuri tiap informasi yang diterima.

"Agar mereka mendapat informasi yang benar," ucap Karmin.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Saring Sebelum Sharing

Melawan berita hoaks dan disinformasi di tengah pandemi saat ini dibutuhkan kerjasama semua pihak. Baik dari pemerintah, para ahli, media massa, hingga masyarakat.

Komang meminta, pemerintah bisa lebih terbuka dan transparan dalam menyampaikan informasi seputar pandemi. Selain itu, pendapat ahli juga sangat diperlukan untuk menunjang data yang disampaikan pemerintah.

Sementara Komang berharap, masyarakat bisa lebih meningkatkan literasi digitalnya. Sehingga tidak langsung percaya dengan informasi yang diterima lewat gadget mereka.

"Jangan mengikuti insting utk turut menyebar. Saring sebelum sharing," ucap Komang.

Aribowo juga mengingatkan pentingnya menjaga emosi saat menerima informasi. Ada baiknya dikroscek terlebih dahulu sebelum menyebarkannya ke orang lain.

"Hati-hati dengan emosi, pada saat orang menerima kabar yang buat emosi, jangan langsung share. Jaga emosi. Ketika menerima broadcast di aplikasi percakapan, sebaiknya tidak diforward lagi. Kita pertimbangkan juga, apakah momennya tepat dan seberapa penting informasi itu," tutup Aribowo.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.