Sukses

Cek Fakta: Hoaks Klaim 40 Ribu Alat Tes COVID-19 dari China untuk Bunuh Rakyat RI

Beredar kabar 40 ribu alat tes corona dari China digunakan untuk membunuh rakyat Indonesia. Benarkah?

Liputan6.com, Jakarta - Kabar tentang Indonesia yang mendatangkan 40 ribu alat tes corona COVID-19 dari China untuk membunuh rakyat beredar di media sosial.

Kabar ini disebarkan akun Facebook Ali Imron Imron pada 13 April 2020. Akun Ali Imron Imron mengunggah gambar tangkapan layar artikel berjudul "Menteri Australia: Alat Tes Corona Asal China Berbahaya" dari situs uzonews.com.

Dalam gambar tersebut juga terdapat narasi berisi alat tes tersebut akan digunakan untuk membunuh rakyat RI.

"Hati2 org jawa barat n sekitarxa. Ada 5000 ulama d jawa bara mao d tes covid19.pki itu kejii," tulis akun Facebook Ali Imron Imron.

Konten yang diunggah akun Facebook Ali Imron Imron telah 1.100 kali dibagikan dan mendapat 118 komentar warganet.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri kabar tentang Indonesia yang mendatangkan 40 ribu alat tes corona COVID-19 dari China untuk membunuh rakyat.

Penelusuran dilakukan menggunakan situs pencari Google Search dengan memasukkan kata kunci "indonesia beli rapid test china".

Hasilnya terdapat beberapa artikel yang menjelaskan mengenai pembelian alat tes corona dari China. Satu di antaranya artikel berjudul "Indonesia Pesan 500 Ribu Alat Deteksi Super Cepat Virus Corona dari China" yang ditayangkan situs Liputan6.com pada 18 Maret 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang farmasi dan agroindustri, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) tengah melakukan kerjasama dengan China untuk mendatangkan alat pendeteksi virus Corona atau rapid test Covid-19.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menyatakan, rapid test tersebut akan segera diproduksi. Nantinya, deteksi gejala awal infeksi Corona bisa muncul hanya dalam beberapa belas menit hingga 3 jam saja.

"Nanti tes Corona ini bisa keluar dari rapid test hanya beberapa belas menit hingga 3 jam maksimal. Kita sudah pesan 500 ribu," kata Arya dalam teleconferens di Jakarta, Rabu (18/3/2020).

Lebih lanjut, pihaknya saat ini masih menunggu izin dari Kementerian Kesehatan terkait hal ini. Adapun izin sudah diajukan pada 10 Maret 2020 kemarin.

Untuk kisaran harga, Arya menyatakan belum mendapat rinciannya. Yang jelas, jika alat rapid test ini sesegera mungkin didatangkan, maka permasalahan penyebaran virus Corona selama ini akan teratasi.

Tanpa alat ini, tes deteksi virus Corona bisa memakan waktu hingga 2 hari.

"Ini memang bukan memberi diagnosa akhir, tapi untuk mencari kepastian gejala awal. Kalau memang ada gejala bisa langsung ke lab dokter," ujar Arya.

Liputan6.com kemudian menemukan artikel yang menjelaskan bahwa alat tes corona berbahaya. Adalah artikel berjudul "FKUI Ungkap Bahaya Alat Rapid Test Corona yang Dijual Online" yang dimuat situs cnnindonesia.com pada 27 Maret 2020.

Jakarta, CNN Indonesia -- Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tidak merekomendasikan masyarakat membeli rapid test kit atau alat tes cepat untuk mendeteksi Covid-19 atau penyakit Virus Corona secara daring.

"Saya sudah cek di website, ternyata ada puluhan rapid test yang memang ada di market. Ini internasional. Kita mesti hati-hati. Repotnya ketika kita melakukan rapid test yang ternyata tidak valid," ujar Dekan FKUI Ari Fahrial Syam dalam diskusi daring melalui akun Youtube Medicine UI, Jumat (27/3).

Menurutnya, penggunaan alat yang tak valid bisa berbahaya karena mengecoh pengguna. Efeknya, penularan Corona bisa semakin luas.

"Kalau itu kebetulan [hasil pemeriksaan] kita dibilang negatif, [padahal] ternyata positif. Ini orang yakin negatif, dia tidak [menerapkan] distancing. Dia merasa dia tidak positif, jadi tidak prevention. Ini berbahaya," jelasnya.

Ari mengingatkan masyarakat perlu mengetahui alat rapid test juga tak bisa sepenuhnya diandalkan tanpa pemeriksaan lain. Sebab, ada peluang alat rapid test salah mengidentifikasi.

Alat tersebut, katanya, mendeteksi antibodi. Sedangkan antibodi pada tubuh manusia bisa jadi belum terdeteksi karena belum ada gejala Corona meski sudah terinfeksi.

Ari menyebut cara kerja alat rapid test itu secara umum serupa alat tes kehamilan namun sampelnya menggunakan darah.

"Ini sistemnya seperti test pack ya untuk tes kehamilan," kata dia, yang merupakan Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam ini.

Sampel darah itu, lanjutnya, diteteskan pada alat. Setelah beberapa waktu, alat tersebut akan menunjukkan keberadaan antibodi pada tubuh yang mengindikasikan terinfeksi Corona.

Antibodi yang dicari adalah Immunoglobulin G (IgG) dan Immunoglobuli M (IgM) yang terepresentasi dalam dua garis pada alat tes. Hasil tesnya, kata dia, memiliki empat kemungkinan.

Pertama, IgG dan IgM negatif. Artinya, pasien bisa jadi negatif Corona atau masih dalam masa inkubasi infeksi. Kedua, IgM positif namun IgG negatif. Ini berarti pasien kemungkinan terjangkit virus pada fase awal.

Ketiga, IgG dan IgM sama-sama positif. "[Hasil tes] pasien ini dua garis muncul. Kita bilang fase aktif," ucap Ari.

Keempat, IgG positif dan IgM negatif, yang berarti pasien kemungkinan pernah terinfeksi atau terjadi infeksi berulang.

"Ini kemungkinan riwayat, pernah terinfeksi," imbuhnya.

Ari pun menyarankan pihak yang sudah melakukan rapid test untuk memeriksakan diri lebih lanjut dengan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) atau genome sequencing.

"Memang bagusnya dicocokkan dengan [hasil tes] PCR," tandas dia.

Diketahui, sejumlah toko online sudah menyetop penjualan alat-alat pelindung diri (APD) dengan harga selangit maupun alat yang terkait uji Corona.

Penelusuran soal Pernyataan Mendagri Australia

Penelusuran gambar tangkapan layar ungahan akun Facebook Ali Imron mengarah ke artikel berjudul Menteri Australia: Alat Tes Corona Asal China Berbahaya yang dimuat situs Uzonews.com.

Di situ disebutkan bahwa Mеntеrі Dаlаm Nеgеrі Australia Pеtеr Duttоn mеngіmbаu wаrgаnуа untuk mеwаѕраdаі tеѕ dеngаn alat ѕереrtі itu.

"Pеnggunааn kit іtu akan merusak реkеrjааn utаmа ѕеbаgаі penyelamat hidup раrа profesional kesehatan," kаtа Duttоn..

Penelusuran lebih lanjut dengan kata kunci "peter dutton china covid-19 test kit" salah satunya mengarah ke artikel berjudul Dutton warns of dodgy COVID-19 test kits yang dimuat The Canberra Times.

Dalam artikel tersebut diungkap, Mendagri Australia memperingatkan bahaya di balik alat uji COVID-19 'rumahan' berkualitas rendah.

Sejumlah alat abal-abal itu telah disita aparat penjaga perbatasan Australia atau ustralian Border Force. Diketahui barang-barang tersebut berasal dari China, dan masuk Perth lewat kargo udara dari Singapura.

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Klaim tentang Indonesia yang mendatangkan 40 ribu alat tes corona COVID-19 dari China untuk membunuh rakyat tidak benar. 

Sementara klaim alat tes corona berbahaya juga tidak sepenuhnya benar. Kata berbahaya dalam hal ini mengacu pada ketidakakuratan alat tes corona yang dibeli lewat online.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.