Liputan6.com, Jakarta - Atlet Indonesia Gregoria Mariska Tunjung belum lama ini berhasil mengakhiri dahaga medali dari nomor tunggal putri cabang olahraga badminton di Olimpiade Paris 2024.
Dia menjadi pemain women singles pertama Tanah Air yang mampu meyabet medali dalam 16 tahun setelah merebut perunggu dalam ajang olahraga multievent terakbar dunia.
Baca Juga
Adapun Indonesia sebelumnya terakhir kali mengirimkan wakil ke podium tunggal putri Olimpiade pada edisi Beijing 2008. Kala itu, Maria Kristin menang dalam laga perebutan tempat ketiga kontra pebulu tangkis China, Lu Lan, dengan rubber game 11-21, 21-13, dan 21-15.
Advertisement
Setelahnya, tunggal putri Tanah Air absen lama mempersembahkan di medali Olimpiade. Gap yang tercipta antara Olimpiade Beijing 2008 dan Paris 2024 bahkan lebih lama ketimbang saat Maria Kristin mengembalikan tunggal putri Indonesia ke podium, sejak Mia Audina dan Susi Susanti merebut perak serta dan di Atlanta 1996.
Atlet jebolan PB Djarum itu lantas mengungkap pandangannya terkait situasi ini. Maria Kristin menyiratkan 'bolongnya regenerasi di beberapa kelompok usia menyebabkan para pemain yang masih terlampau muda terpaksa dibebani target prestasi, meski secara umur mereka masih butuh pengalaman lebih.
"Dulu waktu zaman saya sama Ci Susi (Susanti), sempat bolong beberapa tahun juga (prestasi di Olimpiade). Jadi penerusnya terlihat agak berat mengejarnya. (Padahal) sebenarnya (mereka) mungkin memang masih di usia yang butuh pengalaman banyak dan sebagainya," papar Maria.
"Cuma, kita dikasih tanggung jawab lebih karna di atas kita tidak ada (yang meneruskan). Itu berpengaruh juga. Jadi kelihatan gap prestasinya jauh tertinggal," sambungnya.
Butuh Pelapis di Berbagai Kelompok Umur
Guna mengantisipasi kejadian serupa terulang, Maria Kristin menilai ada hal yang perlu dilakukan stakeholder bulu tangkis terhadap sektor tunggal putri.
Mereka perlu bisa menemukan beberapa pelapis untuk tiap kelompok umur agar regenerasi tetap terjaga. Upaya ini sebenarnya juga telah dilakukan oleh PB Djarum.
Klub tempat Maria Kristin memulai karier itu konsisten mengadakan audisi umum untuk mengumpulkan talenta berbakat dari penjuru negeri yang nantinya akan diberi beasiswa dan didukung menjadi calon juara.
"(Solusinya) sama dengan apa yang dilakukan Djarum sekarang sih, jadi mungkin di setiap kelompok umurnya sudah apa pelapisnya," kata Maria Kristin lagi saat ditanyai Liputan6.com.
Advertisement
Optimistis pada Regenerasi
Terlepas dari hal itu, Maria Kristin optimistis regenerasi tunggal putri Indonesia ke depannya bakal lebih baik. Hal itu mengingat Gregoria Mariska Tunjung kini mulai menunjukkan kiprahnya sebagai pentolan, sementara junior-junior di bawahnya juga terus berkembang.
"Sekarang ya sudah jauh lebih baik, sudah jauh lebih bagus. Dengan kemarin Grego dapat perunggu, harusnya bisa jadi motivasi untuk adik-adiknya," ucap Maria Kristin saat diwawancarai di GOR Djarum Jati, Kudus, Jawa Tengah pada Kamis (12/9/2024) siang WIB.
"Di bawah bawah dia (Gregoria) sebenarnya sudah luamayan juga. Cuma ya itu, (perlu) konsisten aja dan terus belaja apa kekurangan dan kelebihannya," tambahnya.