Sukses

Ahn Jung-hwan dan Nasionalisme 'Kekanak-Kanakan' Italia di Piala Dunia 2002

Gol Ahn Jung-hwan membuat Italia tersingkir dan melupakan mimpinya tampil di semifinal Piala Dunia 2002, Perugia pun memecat Jung-hwan

 

Liputan6.com, Jakarta Piala Dunia 2002 jadi panggung megah bagi timnas Korea Selatan. Untuk kali pertama, Pejuang Taeguk berhasil menembus babak semifinal turnamen sepak bola empat tahunan yang paling akbar di dunia.

Namun untuk melangkah sejauh itu, Korsel harus menyingkirkan salah satu kiblat sepak bola dunia, Italia. Negara berbentuk sepatu menendang bola itu masuk kotak setelah kalah di babak 16 besar. Cerita yang akhirnya memunculkan sosok antagonis bagi publik Negeri Pizza, yakni Ahn Jung-hwan.

Pemain tersebut menjadi penentu kemenangan Korsel atas Italia. Tandukannya di babak perpanjangan waktu mengubah kedudukan menjadi 2-1 yang sekaligus menyegel tiket kepulangan Gli Azzurri.Gol itu juga mengubah nasib Ahnn Jung-hwan from zero to hero. Sebab sebelumnya, Jung-hwan sempat gagal mencetak gol dari titik penalti setelah ditepis oleh kiper Italia, Ganluigi Buffon.

Italia pun tampaknya akan melenggang ke perempat final berkat gol Christian Vieri di menit ke-18. Beruntung dua menit jelang laga berakhir, Korsel menyamakan kedudukan lewat Seol Ki-hyeon.

Pertandingan lalu dilanjutkan ke masa perpanjangan waktu. Di masa perpanjangan waktu, Jung-hwan mencetak gol penentu kemenangan melalui sundulan sekaligus membuat Italia masuk kotak.

Gol ke gawang Italia membuat nama Ahn Jung-hwan semerbak di negaranya. Namun bagi publik Italia, sosok Jung-hwan adalah penghinaan. Mereka kesal, karena Jung-hwan selama ini 'cari makan' di negaranya. Ya saat itu, Jung-hwan memang tercatat sebagai pemain Perugia yang tampil di Serie A.

Jung-hwan membela Perugia di Serie A pada 2000-2002 sebagai pemain pinjaman. Dia menunjukkan penampilan bagus, meski harus menghadapi para pemain Eropa yang secara fisik lebih kuat.

Ia juga membuat Perugia kaya dengan uang dari turis Korea Selatan. Sebab kala itu, Jung-hwan jadi pemain pertama asal Negeri Ginseng yang merasakan kerasnya persaingan Serie A.

Pendek kata, penampilan Jung-hwan, baik di dalam negeri maupun luar negeri, mendapatkan perhatian besar masyarakat Korea Selatan. Bahkan mereka menjuluki pemain haus gol ini "Lord of Ring" karena selalu melakukan selebrasi usai menceploskan bola ke jala lawan dengan cara mencium cincin yang ada di jemarinya sebagai penghormatan kepada istrinya, bekas Ratu Kecantikan Korea, Lee Hye-won.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Berantakan

Keberadaan Jung-hwan  di Perugia tak lepas dari peran Serse Cosmi sebagai pelatih. Dia terpikat dengan penampilan Jung-hwan  yang mobile dan cerdas. Ketika mendapat kesempatan bermain, Jung-hwan tidak pernah menyia-nyiakannya. Dia membawa Perugia menjadi kuda hitam di Serie A.

Awalnya, status Jung-hwan di Stadio Renato Curi adalah pinjaman dari Busan Daewoo Royals. Kemudian, Cosmi merekomendasikan agar Jung-hwan dibeli dengan nilai yang dibicarakan kemudian.

Busan sebenarnya sudah setuju menjual Jung-hwan ke Perugia. Tapi, baru akan diresmikan setelah Piala Dunia berakhir. Namun semuanya jadi berantakan ketika bos Perugia, Luciano Gaucci mengambil keputusan kontroversial setelah momen menyakitkan yang timnas Italia di Piala Dunia 2002. 

Dia membatalkan kesepakatan dengan Busan soal status permanen Jung-hwan, keesokan harinya.

"Pria itu (Jung-hwan  Jung-hwan) tidak akan pernah menginjakkan kaki di Perugia lagi. Saya tidak berniat membayar gaji kepada seseorang yang telah merusak sepak bola Italia," kata Gaucci dikutip dari La Gazzetta dello Sport.

"Dia adalah fenomena hanya ketika dia bermain melawan Italia. Saya seorang nasionalis dan saya menganggap perilaku seperti itu tidak hanya sebagai penghinaan terhadap kebanggaan Italia, tetapi juga pelanggaran terhadap negara yang dua tahun lalu membuka pintu untuknya."

3 dari 5 halaman

Kekanak-kanakan

Pelatih Korea Selatan Guus Hiddink menganggap Gaucci kekanak-kanakan karena memecat Jung-hwan. Apalagi pelatih Perugia Serse Cosmi sudah mendesak Presiden untuk mempertimbangkan kembali pemecatan itu.

Cosmi sudah menjelaskan kepada Gaucci bahwa Jung-hwan  memiliki potensi sebagai pemain besar. Meski demikian, Gaucci bersekeras dengan keputusannya dan menolak meminta maaf.

"Itu hanya komentar yang dia buat. Dia mengatakan sepak bola Korea lebih unggul daripada sepakbola Italia, meski Italia adalah negara sepak bola," katanya.

"Kami telah memperlakukannya dengan baik dengan semua cinta kami, tetapi komentarnya menyinggung saya dan seluruh bangsa Italia. Saya merasa tersinggung dengan apa yang dia katakan. Dia harus menghormati bangsa lain dan juga negaranya sendiri," sambungnya.

Ternyata, setelah berpikir lagi, Gaucci kemudian menarik kembali apa yang sudah terlanjur diucapkan. Dia menyetujui transfer 1,2 juta pounds untuk mempermanenkan status Jung-hwan dari Busan.

Tapi, Jung-hwan sudah terlanjur tersinggung dan takut keselamatannya terancam jika kembali ke Serie A. Dia menolak kembali ke Perugia.

4 dari 5 halaman

Kontroversial

"Saya tidak akan lagi membahas transfer saya ke Perugia, yang menyerang karakter saya, alih-alih memberi selamat kepada saya untuk gol-gol yang saya hasilkan selama Piala Dunia," balas Jung-hwan, dikutip Four Four Two.

Busan juga mengklaim bahwa mereka belum dibayar oleh Perugia. Kemudian, sejumlah klub Eropa tertarik pada Jung-hwan. Tapi, mereka menarik diri karena konflik yang terjadi dengan Perugia.

FIFA akhirnya turun tangan melakukan penyelidikan. Mereka memerintahkan Jung-hwan membayar Perugia USD3,5 juta sebagai kompensasi karena membatalkan kesepakatan yang sudah terjadi.

Sosok Gaucci memang dikenal penuh dengan kontroversial. Pengamat sepakbola Italia, Livio Caferoglu pernah ditanya siapa presiden klub Liga Italia yang paling gila, ia langsung menjawab ; Luciano Gaucci.

Tindakan Gaucci lain yang mengundang kehebohan adalah pernah merekrut Al-Saadi Khadafi, putera penguasa Libya, Muammar Khadafi pada 2003.

Pada akhirnya, Jung-hwan memilih bermain di Jepang. Dia memperkuat Shimizu S-Pulse pada 2002-2003 dan Yokohama F. Marinos (2004-2005). Lalu, kembali ke Eropa bermain di Ligue 1 bersama Metz pada 2005/2006.

Sedangkan pada Februari 2006  Jung-hwan menandatangani kontrak 17 bulan dengan klub Bundesliga, MSV Duisburg. Dia mencetak 2 gol dalam 12 pertandingan dan klubnya terdegradasi dari Bundesliga.

5 dari 5 halaman

Akhir Karier

Magis Korsel masih berlanjut ke babak 8 besar Piala Dunia 2022 dengan memulangkan Spanyol melalui adu penalti 5-3. Pejuang Taeguk baru berhenti di semifinal setelah dipermak Jerman dengan skor 1-0. 

Jung-hwan kemudian terpilih lagi membela Korea di Piala Dunia 2006. Dia mencetak gol kemenangan 2-1 di pertandingan pembukaan melawan Togo. Tapi, setelah Piala Dunia, Jung-hwan dilepas Duisburg.

Dia memilih kembali ke Korea untuk membela Suwon Samsung Bluewings dan Busan IPark. Senoat ke China membela Dalian Shide, Jung-hwan pensiun pada 30 Januari 2012.

Jung-hwan  Jung-hwan kemudian mengundurkan diri dari sepak bola profesional. Pernyataan itu disampaikan dalam suasana emosional kepada media, Selasa, 31 Januari 2012.

Sembari meneteskan air mata di depan wartawan dia berkata, "Karier saya sebagai pemain sepak bola telah selesai. Namun, selaku kepala keluarga dan penggemar sepak bola, saya siap menjadi penggembira sepak bola Korea Selatan. Saya ingin istirahat."

Dia lalu banting setir menjadi artis, memiliki acara di televisi, dan secara rutin memerankan dirinya sebagai komentator pertandingan sepakbola. 

Sebagai bintang televisi, Jung-hwan menjadi pemeran dalam banyak serial drama populer. Sinetron-sinetron Jung-hwan menceritakan banyak hal, mulai dari kehidupan sehari-hari, percintaan, hingga sepakbola. Sebut saja Buddy into the Wild, Veteran, 4 Wheeled Restaurant Korea, hingga Let's Play Soccer.

Uniknya, drama televisi pertama Jung-hwan dijalani saat masih menjadi pemain sepakbola. Pada 2007, dia menjadi bintang tamu dalam sebuah acara televisi di MBS berjudul Radio Star. Sementara acara pertamanya setelah gantung sepatu berjudul Human Condition pada 2012.

Di sela-sela kesibukan membintangi beberapa drama televisi, Jung-hwan juga tidak melupakan aktivitas lamanya di sepakbola. Jung-hwan adalah komentator reguler di MBC dan presenter dalam sejumlah program telegisi..

Dia juga menjadi analis ketika Korea tampil di Piala Dunia 2018. Bersama Park Ji-sung, Jung-hwan terlihat mondar-mandir di beberapa stadion di Rusia.

Beberapa di antaranya yakni Youth FC Hungry Eleven, Let’s Play Soccer, Let’s Play Basketball, World Cup Special Drawing Dream, dan lain-lain.

Selain menjadi aktor, Jung-hwan  Jung-Hwan juga pernah bekerja sebagai presenter dalam sejumlah program televisi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.