Sukses

HEADLINE : Olimpiade Tokyo 2020, Atlet Indonesia Bisa Jaga Tradisi Emas?

Liputan6.com, Jakarta Olimpiade Tokyo 2020 segera dimulai secara resmi pada Jumat (23/7/2021). Ada 204 negara yang akan ikut di Olimpiade 2020 yang merupakan event empat tahunan ini.

Ada 33 cabang olahraga yang dipertandingkan di Olimpiade Tokyo kali ini. Beberapa cabor baru juga mulai diperkenalkan seperti basket 3x3, BMX Freestyle baseball, softball dan balap sepeda madison.

Selain itu, Jepang mendapat keistimewaan untuk menambahkan olahraga baru. Maka itu, Karate, Panjat Tebing, Selancar dan skateboard akan memulai debut di Olimpiade 2020 nanti.

Olimpiade 2020 juga akan menampilkan hal yang unik. Untuk pertama kali, Rusia tak bisa tampil dengan nama negara sendiri.

Ini dikarenakan skandal doping yang pernah dilakukan Rusia di Olimpiade sebelumnya. Setelah melewati proses panjang, Rusia mendapatkan keringanan bisa ikut Olimpiade, tapi harus memakai nama netral selama dua olimpiade. Rusia pun akhirnya memilih nama ROC yang merupakan kepanjangan Russian Olympic Comitee.

Olimpiade Tokyo 2020 juga sudah ditunggu-tunggu atlet Indonesia. Pemerintah lewat Kemenpora dan juga Komite Olimpiade Indonesia (KOI) akhirnya memutuskan 28 atlet dan 17 ofisial dari 8 cabor olahraga akan ikut pada Olimpiade 2020.

Indonesia ikut di cabor atletik, panahan, rowing, menembak, bulu tangkis, angkat besi renang dan angkat berat. Jumlah ini sama dengan yang diturunkan pada Olimpiade 2016 lalu.

"Atlet sepenuhnya siap bertanding secara sportif dan berpotensi meraih medali juara dan saya yakin insyaallah perjuangan saudara-saudara akan mendapatkan hasil,” ujar Presiden Jokowi saat melepas atlet Indonesia ke Olimpiade Tokyo 8 Juli lalu.

Dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya, Indonesia memang masih kalah dalam hal jumlah.

Malaysia mengirimkan 30 atlet di Olimpiade 2020, sedangkan Thailand mengirimkan 42 atlet mereka untuk bertempur di Olimpiade 2020. Namun Indonesia masih unggul dari Singapura (22) dan Vietnam (18).

Indonesia sejak Olimpiade Barcelona pada 1992 selalu berhasil mempertahankan tradisi emas. Indonesia hanya gagal sekali saat mengikuti Olimpiade London di 2012.

Ini salah satu kegagalan yang cukup memukul olahraga Indonesia. Tak dipungkiri lagi 7 emas yang dikoleksi Indonesia pada sepanjang Olimpiade yang diikuti seluruhnya berasal dari cabor Bulu Tangkis. Apakah tradisi ini akan terus berlanjut di Olimpiade Tokyo?

 

Video Menarik

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Kekuatan Indonesia

Indonesia mau tak mau tetap sandarkan harapan ke cabor bulu tangkis. Diantara cabor lain, bulu tangkis yang paling memberikan harapan emas bagi Indonesia.

Tim bulu tangkis mempersiapkan dengan matang untuk Olimpiade 2020 ini. Bahkan rombongan atlet bulu tangkis yang terdiri dari 10 orang sudah berlatih terlebih dahulu selama 10 hari di perfektur Kumamotor sejak 9 Juli.

Indonesia mengirim 11 atlet atau tujuh wakil yang turun di lima nomor. Mereka adalah Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting (tunggal putra), Gregoria Mariska Tunjung (tunggal putri), Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan (ganda putra), Greysia Polii/Apriyani Rahayu (ganda putri), dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti (ganda campuran).

Tim sudah bertolak ke Tokyo sejak 19 Juli kemarin. Namun dari 25 orang yang ada di kontingen bulu tangkis, hanya 11 atlet dan lima pelatih yang bisa tinggal di perkampungan atlet.

"Sementara yang lain akan pulang ke Jakarta dalam dua kloter. Kloter pertama hari Senin (19/7/2021) ini yang terdiri dari dokter, fisioterapis, masseur, dan atlet sparring Shesar (Hiren Rhustavito) dan Zachariah (Josiahno Sumanti)," ujar manajer tim Eddy Prayitno.

Persaingan di cabor bulu tangkis tentu ketat. Denmark, Korea Selatan, Malaysia, China dan tuan rumah Jepang menjadi ancaman bagi Indonesia dalam perebutan medali.

Namun Indonesia punya ganda putra dan ganda campuran terkuat di dunia. Ini bisa jadi peluang bagi Indonesia untuk setidaknya merebut dua medali emas di cabor bulu tangkis pada Olimpiade Tokyo kali ini.

"Program persiapan di ganda putra cukup baik, grafiknya, terutama buat Ahsan/Hendra mengalami kenaikan. Saya juga bertanya pada mereka dan mereka bilang kondisi semakin ok. Saya pribadi juga melihat seperti itu, dari stamina dan kesiapan ada peningkatan," ujar pelatih ganda putra, Herry Iman Pribadi.

 

 

 

Cabor Lain

Indonesia sebenarnya punya peluang untuk raih medali emas kalau saja tim panjat tebing lolos ke Indonesia. Tidak lolosnya panjat tebing ke Olimpiade Tokyo cukup mengejutkan kalau mengingat prestasi tim panjat tebing Indonesia di event internasional.

Namun seperti dijelaskan sebelumnya, tim panjat tebing Indonesia terganjal kelas yang dipertandingkan di Olimpiade Tokyo. Kelas Speed yang jadi andalan Indonesia tak dipertandingkan di Olimpiade Tokyo sehingga membuat tim Indonesia terhempas dari persaingan.

Lalu bagaimana peluang atlet menembak, panahan, angkat berat, renang, dayung dan selancar? Dari hitung-hitungan kekuatan, hanya angkat berat yang mungkin masih bisa diharapkan memberi medali.

Angkat berat diwakili oleh atlet berpengalaman dan muda. Ada Eko Yuli Irawan, Windy Cantika Aisah, Deni, Rahmad Erwin Abdullah, dan Nurul Akmal.

Sesmenpora Gatot S. Dewa Broto berharap raihan para atlet yang lolos ke Olimpiade Tokyo 2020 minimal bisa sama dengan raihan di Olimpaide 2016 Rio de Janeiro.

"Minimal sama dengan di Rio de Janeiro, satu medali emas jangan berkurang. Masa hasil dari Asian Games 2018 tidak berdampak positif pada hasil di Olimpiade. Kendala pandemi juga tidak boleh jadi alasan karena semua negara ikut terdampak," ujar Gatot.

3 dari 5 halaman

Sejarah Ikut Olimpiade

Indonesia sebenarnya sudah bergairah untuk ikut Olimpiade sejak 1948. Namun saat itu Inggris sebagai tuan rumah Olimpiade belum mengakui Indonesia sebagai negara merdeka.

Karena itu, Indonesia baru memulai keikut sertaan di Olimpiade pada 1952 saat digelar di Helsinki, Finlandia. Indonesia selalu rutin ikut event empat tahunan itu tapi selalu gagal pecah telur medali.

Indonesia baru pecah telur medali setelah menunggu 36 tahun. Medali pertama yang diraih Indonesia yaitu perak yang diraih trio srikandi pemanah Lilies Handayani, Kusuma Wardhani dan Nurfitriyana Saiman pada Olimpiade 1988 di Seoul Korea Selatan.

Keberhasilan tiga srikandi pemanah Indonesia ini rupanya menjadi tonggak sejarah dan pemicu bagi Indonesia untuk terus berprestasi. Alhasil, Indonesia tak hanya meraih emas tapi dua emas sekaligus.

Itu terjadi saat Susi Susanti dan Alan Budi Kusuma meraih emas pada cabor bulu tangkis tunggal putra dan putri di Olimpiade Barcelona 1992. Ini jadi prestasi fenomenal karena Indonesia juga raih 2 perak dan 1 perunggu.

Lalu di Olimpiade Atalanta 1996, Indonesia yang berkekuatan 40 atlet dari 11 cabang olahraga meraih 1 emas, 1 perak dan 2 perunggu. Konsistensi Indonesia meraih medali berlanjut di Olimpiade Sydney 2000. Kontingen Indonesia yang dihuni 47 atlet dari 12 cabang olahraga meraih 1 emas, 3 perak dan 2 perunggu.

Lalu di Olimpiade Athena 2004 yang berisi 38 atlet dari 14 cabor meraih 1 emas, 1 perak dan 2 perunggu. Medali emas disumbangkan Taufik Hidayat dari bulutangkis.

Jumlah kontingen Indonesia menurun di Olimpiade Beijing 2008 dengan hanya meloloskan 24 atlet dari 7 cabor. Namun berhasil meraih 1 emas, 1 perak dan 3 perunggu. Pada Olimpiade London 2012, Indonesia meloloskan 22 atlet dari 8 cabor dan hanya meraih 1 perak dan 1 perunggu.

Pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Indonesia berhasil meraih medali emas pada cabang olahraga bulutangkis yang dimenangkan oleh Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir (ganda campuran). Dengan kekuatan yang sama, apakah emas bakal diraih lagi?

"Kita tidak menargetkan medali, tetapi kenaikan peringkat. Targetnya adalah 40. Mudah-mudahan bisa naik enam peringkat ke atas," ujar Ketua KOI, Raja Sapta Oktahari.

Raja Sapta menuturkan, Olimpiade Tokyo 2020 berjalan sangat berbeda dari Olimpiade sebelumnya. Selain karena pandemi covid-19, perebutan medali juga sudah berlangsung sejak hari-hari awal.

"Karena tanggal 23, merupakan positioning atau klasifikasi untuk panahan. Di tanggal 24 sudah ada potensi medali di panahan ganda campuran mixed," katanya.

"Tanggal 25 ada Eko Yuli dan Deni (angkat besi, red). Insyaallah potensi medali juga," ujar Raja Sapta menambahkan.

 

4 dari 5 halaman

Bekal dan Bonus

Sebagai wakil negara, perjuangan atlet Indonesia tentu mendapatkan apresiasi besar. Untuk sampai tampil di Olimpiade 2020 butuh perjuangan keras karena harus melewati sederet kualifikasi yang tidak mudah.

Untuk itu, pemerintah menjanjikan bonus dan juga bekal bagi para 28 atlet yang berlaga di Olimpiade Tokyo. Diansir dari Antara, atlet Indonesia yang akan mengikuti perlombaan Olimpiade 2020 akan menerima uang saku dari pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) sebesar 300 dolar AS atau sekitar Rp 4,3 Juta per hari.

Hal tersebut diungkapkan oleh Sekertaris Jenderal Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Fery J Kono. Nominal uang saku tersebut juga tak hanya kepada atlet tetapi juga untuk para pelatih yang mendapingi atlet selama Olimpiade selesai.

"Atlet akan menerima uang saku 300 dolar AS per hari selama mulai keberangkatan sampai kepungalangan terakhir. Uang saku diberikan secara bertahap per-lima hari langsung di transfer ke rekening atlet," kata Ferry.

Selain uang saku, pemerintah Indonesia juga akan menganggung biaya akomodasi perjalanan selama di Tokyo Jepang. Para atlet tersebut nantinya akan mendapatkan fasilitas berangkat dan pulang pergi kelas bisnis sedangkan official cabor menggunakan kelas ekonomi premium.

 

Sementara itu, pemerintah lewat Kemenpora sudah menyiapkan bonus bagi para peraih medali. Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Kemenpora, Chandra Bhakti mengatakan bonus untuk peraih medali bisa mencapai total Rp 5 Miliar, meski disebutkan secara rinci berapa bonus didapatkan untuk tiap medali yaitu emas, perak dan perunggu.

"Ukurannya meraih prestasi itu tak mudah. Perunggu atau perak saja sulit, apalagi emas. Jadi, bonusnya tak akan lepas dari nilai Rp5 miliar itu, bahkan biasanya diberikan sebelum keringat atlet kering, nggak menunggu lama-lama," kata Chandra Bhakti dikutip dari situ resmi Kemenpora rabu 21 Juli 2021.

"Bonus itu bentuk lain penghargaan, saya yakin nilainya tidak kurang dari Rp5 miliar. Mudah-mudahan di Tokyo, itu lebih dari nilai tersebut," dia menambahkan.

Sementara itu, Presiden NOC Indonesia, Raja Sapta Oktohari mengusulkan bukan hanya peraih medali di Olimpiade saja yang diberikan bonus. Namun, dia berharap pemerintah memberikan bonus terhadap atlet yang sudah lolos ke Olimpiade Tokyo 2020.

“Karena perjuangan untuk bisa meraih tiket itu sangat sulit dan butuh perjuangan yang keras mengingat negara lain juga menginginkannya. Rasanya, atlet yang lolos ke Olimpiade patut juga diberikan penghargaan. Di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 lalu, atlet yang lolos mendapatkan bonus Rp100 juta,” kata Raja Sapta Oktohari selaku presiden NOC Indonesia.

 

5 dari 5 halaman

Perhatian Pebisnis

 

Perhatian juga diberikan oleh kalangan pebisnis yaitu Gilang Widya Pramana atau akrab disapa Juragan 99. Pria yang juga kini menjadi Presiden Arema FC ini janjikan bonus ratusan juta untuk peraih medali di Olimpiade 2020.

"Saya sejak kecil sangat suka dengan olahraga, khususnya sepak bola. Sekarang sebagai pebisnis, saya ingin melakukan hal yang bisa untuk kemajuan olahraga dan negara," kata Gilang dalam peluncuran logo baru Tim Indonesia, Senin (19/7/2021).

Untuk besarannya, peraih emas Olimpiade 2020 akan mendapat Rp500 juta. Sementara perak dan perunggu masing-masing akan mendapat Rp250 juta dan Rp100 juta. Sebelumnya, Gilang melalui perusahaannya Juragan99 Trans juga memberikan dukungan berupa bus khusus untuk mengangkut kontingen Indonesia ke Bandara Soekarno-Hatta sebelum bertolak ke Jepang.

Gilang berharap hal ini dapat menggerakkan pengusaha lainnya untuk turut mendukung perjuangan atlet Indonesia.

"Selain itu, saya juga berharap atlet makin semangat dan termotivasi untuk mengharumkan nama bangsa Indonesia di pentas dunia," kata Presiden Arema FC itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.