Sukses

Kepergian Ciputra Membawa Duka untuk Bulutangkis Indonesia

Kabar duka menyelimuti klub bulutangkis Indonesia, PB Jaya Raya, setelah sang pendiri, Ciputra, meninggal dunia.

Jakarta Klub PB Jaya Raya ikut berduka menyusul meninggalnya pendiri salah satu klub bulutangkis terbesar di Tanah Air dan konglomerat Indonesia itu, Ciputra, di Singapura, Rabu (27/11/2019). 

"Telah meninggal dunia dengan tenang, Bapak Ir Ciputra, Chairman dan Founder Ciputra Group di Singapore pada tanggal 27 November 2019 pukul 01.05 waktu Singapore," ujar Corporate Communication PT Pembangunan Jaya Ancol, Rika Lestari, di Jakarta, Rabu (27/11/2019), seperti dikutip dari Liputan6.com. 

Rencananya, jenazah Ciputra dibawa ke Jakarta untuk dimakamkan. Namun, untuk jadwal kepastian pemakaman akan diberitahukan lebih lanjut setelah jenasah tiba.

Seperti dilansir di situs resmi klub tersebut, Perkumpulan Bulu tangkis (PB) Jaya Raya berdiri sejak 1975 di Jakarta. Perkumpulan tersebut lahir atas prakarsa Gubernur DKI saat itu, Ali Sadikin, yang ditindaklanjuti pengusaha, Ciputra. 

Ide tersebut muncul menyusul keberhasilan Rudy Hartono menjadi kampiun All England. Prestasi itu menginspirasi Ciputra untuk membuat klub bulutangkis di Jakarta. Keinginan Ciputra itu lantas disampaikan ke Gubernur Ali Sadikin. Ali Sadikin setuju, namun mengusulkan agar Jaya Raya juga membina cabang olahraga atletik dan sepak bola. 

Dalam perjalanannya, Ciputra membubarkan klub atletik dan sepak bola karena kedua cabang itu dianggap sulit melahirkan atlet juara dunia. Ali Sadikin dengan berat hati menerima keputusan Ciputra tersebut, meskipun ketika itu tim sepak bola Jayakarta telah berhasil menjadi juara di level nasional.

Ciputra berpendapat untuk sekadar juara nasional, biarlah cabang tersebut dibina oleh orang lain. Dia ingin serius dan fokus membina bulutangkis yang mampu berprestasi di tingkat dunia, yang berhasil dilakukan PB Jaya Raya. 

Pada awal berdiri, Jaya Raya menggunakan Hall A di Gor Kuningan, Jakarta Selatan. Saat itu yang menjadi pelatih adalah Retno Kustiyah. Peran Retno tidak hanya sebagai pelatih melainkan juga sebagai supir yang mengantar para pemain berlatih ke tempat latihan.

Seiring dengan berjalannya waktu, pusat pelatihan Jaya Raya kemudian berpindah ke komplek sekolah atlet di Ragunan, Jakarta Selatan. Kemudian, secara legal dan formal PB Jaya Raya berdiri pada 26 Juli 1976. Setelah Retno Kustiyah dan Rudy Hartono, kemudian bergabung para pionier seperti Minarni dan Imelda Wiguna.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ucapan Duka

Kepergian Ciputra membawa duka bagi dunia bulutangkis Indonesia, termasuk para atlet binaan PB Jaya Raya, seperti Susy Susanti, dan Hendra Setiawan. 

Susy dan Hendra merupakan atlet yang dibesarkan oleh PB Jaya Raya hingga meraih prestasi tingkat dunia, seperti yang diharapkan Ciputra.

Hendra Setiawan dan Susy Susanti sama-sama pernah meraih medali emas Olimpiade, serta gelar bergengsi lainnya termasuk All England. 

"Selamat jalan Om Ciputra, semoga damai di surga. Terima kasih untuk bimbingan dan perhatiannya buat saya, klub Jaya Raya, dan bulutangkis Indonesia," tulis Susy Susanti di akun Instagramnya, disertai unggahan foto bersama Ciputra. 

Disadur dari: Bola.com (Penulis/Editor: Yus Mei Sawitri, published 27/11/2019)

 

 

"Terima kasih Pak Ciputa," tulis Hendra Setiawan. 

 
 
 
View this post on Instagram

Terimakasih Pak Ciputra 🙏

A post shared by hendra setiawan (@hendrasansan) on

Ucapan duka juga datang dari pemain yang bernaung di PB Jaya Raya lainnya, Marcus Fernaldi Gideon. "Selamat jalan Pak Ciputra," tulis Marcus di akun Instagramnya. 

 
 
 
View this post on Instagram

selamat jalan pak Ciputra 🙏🏻

A post shared by Marcus Fernaldi Gideon (@marcusfernaldig) on

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.