Sukses

Raheem Sterling Perangi Rasisme Demi Masa Depan Sepak Bola

Penyerang Manchester City, Raheem Sterling melawan rasisme tidak hanya untuk satu kasus saja tapi juga untuk pemain di masa depan.

Manchester- Winger Manchester City, Raheem Sterling tidak hanya berjuang melawan rasisme untuk kasus satu pertandingan. Dia ingin perilaku rasis bisa berhenti dari sepak bola setidaknya untuk satu dekade ke depan.

Pemain berusia 24 tahun itu menjadi sosok yang cukup frontal dalam memerangi pelecehan dan diskriminasi terhadap pemain berkulit hitam dari tribune stadion, di mana sikapnya di Stamford Bridge pada awal musim ini menyulut permasalahan ini menjadi tajuk utama dalam pemberitaan. 

Sejak itu sebenarnya ada beberapa insiden lain yang muncul, tapi Raheem Sterling berharap dengan mengambil sikap saat ini, pemain-pemain sepak bola bisa menghindari rasa sakit dan luka yang lebih buruk di masa depan.

"Memang sulit. Saya ingin memberikan pencerahan tak hanya untuk satu situasi saja, tapi juga pengalaman saya di masa lalu, hal-hal yang saya rasakan dan ketahui untuk bicara kepada pemain lain, sesuatu yang perlu saya katakan saat ini," ujar Raheem Sterling seperti dilansir Daily Mail.

"Kami mencoba, bukan hanya saya, untuk membuat perubahan dalam 10 tahun agar para pemain yang lebih muda tak harus memikirkan sebuah pertandingan dan mendapatkan pelecehan karena suporter yang ada di stadion itu akan tahu apa konsekuensinya. Itu adalah tujuan akhirnya bagi saya dan pemain lain yang saya ajak bicara, orang-orang klub, dan kami mencoba untuk mendapatkan sesuatu sehingga orang-orang harus berpikir dua kali sebelum mengumpat seperti itu," lanjutnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bukan Solusi Tepat

Sterling pun menegaskan bahwa melakukan aksi protes dengan meninggalkan lapangan pertandingan bukanlah solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan pelecehan rasisme di dunia sepak bola. Pemain Manchester City itu ingin ada konsekuensi yang lebih berat bagi para pelaku pelecehan itu.

"Orang-orang bicara soal meninggalkan lapangan, sesuatu yang tak saya sepakati secara pribadi. Dalam sepak bola ada sesuatu yang Anda sukai, pelecehan itu perbuatan keji, merendahkan, tapi Anda tahu siapa Anda, dan Anda tidak butuh dijelaskan oleh seseorang. Cara terbaik adalah dengan menjadi orang yang keras kepala dan melakukannya dengan cara yang benar, mencoba memenangi pertandingan," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.