Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Brian Yuliarto menyoroti porsi pendanaan bagi riset di Indonesia yang belum maksimal. Dia mencatat, porsinya masih jauh lebih rendah daripada negara Asia Tenggara maupun negara maju.
Dia mengulang sorotan Presiden Prabowo Subianto soal pentingnya menanamkam investasi di sektor riset dan pengembangan (Research and Development). Pasalnya, hal itu menjadi salah satu faktor penentu kemajuan suatu negara.
"Jadi memang kalau kita tadi ingin membangkitkan pertumbuhan tinggi industri maju, itu mau tidak mau, memang kita perlu bergandengan tangan," kata Brian Yuliarto dalam Business Gathering PT PAL Indonesia, di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (28/4/2025).
Advertisement
Dia turut mengungkapkan posisi Indonesia dalam pendanaan ke bidang riset. Jumlahnya, hanya 0,28 persen, jauh lebih rendah dari rata-rata pendanaan riset di ASEAN dengan porsi 0,70 persen.
"Di Indonesia kita 0,28 persen, rata-rata ASEAN kita sudah kalah sekitar setengah. Di Turki kita ambil contoh 1,42 persen, di Korea Selatan 4,9 persen," ungkapnya.
Dia berharap peran industri dalam memberikan pendanaan terhadap riset. Kontribusi industri dalam membiayai riset di Indonesia hanya 7,3 persen dari total biaya yang digunakan untuk mendanai R&D (Global Expenditure on Research and Development/GERD). Kalah jauh dari Singapura dengan porsi 60 persen, Turki 61 persen, Vietnam 73 persen, serta Thailand dan Jepang dengan porsi masing-masing 80 persen.
"Jadi menunjukkan bagaimana industri nya memang sudah mature, sudah masuk ke wilayah industri yang inovatif. Sehingga mereka butuh riset yang kuat," terangnya.
Â
Fokus Industri Perlu Diubah
Lebih lanjut, Brian memandang perlu adanya pergerseran fokus industri di Tanah Air. Dia berharap pelaku industri bisa mulai mengalokasikan lebih banyak ke sektor riset.
"Nah barangkali kita memang perlu menggeser, mohon maaf pemahaman saya, industri kita masih banyak industri yang sifatnya trading. Jadi kita harus geser ini menjadi industri produce something. Karena disitulah letak keunggulan kita, letak impact yang besar itu ketika kita memproduksi sesuatu," bebernya.
Â
Advertisement
Banyak Ahli di Indonesia
Menurutnya, Indonesia tak kehabisan tenaga ahli untuk melakukan suatu riset, termasuk melakukan penelitian terhadap produk dari suatu industri. Menurutnya, ada 300 ribu dosen di Indonesia dengan 5.000-10.000 diantaranya merupakan dosen berkelas dunia.
"Mereka lulusan kampus-kampus top dunia, mereka punya pengalaman melakukan riset-riset berkelas dunia, dan mereka tersebar di seluruh Indonesia. Menjadi dosen-dosen di kampus-kampus. Itu adalah aset besar," sebutnya.
"Jadi Bapak-Ibu sekalian, silahkan riset and development di industri-industri Bapak-Ibu sekalian bisa menghubungi kami, nanti kami akan melakukan riset-riset yang dibutuhkan oleh Bapak-Ibu sekalian," imbuh Brian.
Â