Sukses

Bos Virgin Group Merasa Terhina Jika Disebut Miliarder, Ada Apa?

Salah satu pendiri dari Virgin Group yaitu Richard Branson mengatakan bahwa tidak ada orang yang boleh melihat kekayaan sebagai ukuran utama kesuksesan,

Liputan6.com, Jakarta- Richard Branson tidak ingin didefinisikan oleh uangnya. Dia merasa cukup terhina dengan bisa dipanggil dengan sebutan miliarder dan bukan pendiri Virgin Group.

Salah satu pendiri dari Virgin Group ini mengatakan bahwa tidak ada orang yang boleh melihat kekayaan sebagai ukuran utama kesuksesan, dan akan sangat menyedihkan jika menghasilkan uang yang banyak adalah satu-satunya fokus hidup seseorang.

"Mungkin di Amerika, kata miliarder adalah tanda kesuksesan, tapi itu membuat saya gelisah," kata Richard Branson sebagaimana yang dikutip dari CNBC, Selasa (7/5/2024).

"Menurut saya, reputasi adalah apa yang Anda ciptakan."

Dalam kasus Branson, reputasinya sering kali ditentukan oleh Virgin Group, sebuah perusahaan modal ventura dan perusahaan induk yang memiliki bisnis di berbagai macam industri, mulai dari maskapai penerbangan, telekomunikasi, hingga penerbangan luar angkasa.

Perusahaan ini sebagian besar berkontribusi terhadap kekayaan bersihnya yang diperkirakan mencapai USD 2,5 miliar atau sekitar Rp 401 triliun seperti yang dilaporkan oleh Forbes, namun ia menolak anggapan bahwa perusahaan ini didirikan untuk menghasilkan uang.

"Reputasi Anda ditentukan dari kebanggaan anggota tim terhadap apa yang Anda ciptakan," kata Branson. "Membayar gaji di akhir tahun memang penting, namun apa yang dilakukan oleh para pengusaha di seluruh dunia saat ini, dan satu-satunya alasan mereka berhasil, adalah karena mereka membuat perbedaan dalam kehidupan orang lain. Hanya itu yang paling penting."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dua Filosofi Richard Branson Dalam Membuka Usaha

Setiap kali Branson meluncurkan usaha baru - mengutip Virgin Atlantic pada tahun 1984 dan Virgin Mobile pada tahun 1999 - dia bertanya pada dirinya sendiri dengan dua pertanyaan:

Jika saya membuat ini, apakah ini bisa lebih baik daripada yang dilakukan orang lain?

Dapatkah hal ini membuat perbedaan nyata di dunia?

Kesuksesan finansial sering kali mengikutinya, namun Branson bersikeras bahwa uang tidak pernah menjadi kekuatan pendorong utamanya.

Bisnis pertamanya yang sukses, sebuah majalah budaya anak muda bernama "Student", pada dasarnya dimaksudkan untuk menantang publikasi tradisional yang sudah basi, kata Branson. Majalah ini membahas isu-isu budaya seperti musik populer dan kampanye menentang Perang Vietnam.

"Saya ingin majalah ini bertahan. Ya, saya ingin mendapatkan iklan yang cukup untuk membayar percetakan dan produsen kertas," katanya. "Namun, uang bukanlah motivasi utama dalam menjalankan sebuah majalah."

3 dari 4 halaman

Saran Terpenting dari Branson Untuk Menjadi Sukses

Branson menyarankan untuk mencari peluang yang menurut Anda menarik dan mengasyikkan. Ia mengatakan bahwa ini adalah resep untuk kebahagiaan yang lebih besar, dan kemungkinan besar Anda akan sukses daripada hanya memikirkan keuntungannya saja.

"Kita hanya hidup satu kali," kata Branson. "Kita menghabiskan banyak waktu di tempat kerja dan akan menyedihkan jika kita hanya bekerja demi gaji."

Tentu saja, kesuksesan tidak pernah dijamin. Jika Anda mengikuti minat yang dimiliki, Anda masih membutuhkan faktor-faktor seperti bakat dan ketekunan untuk menghindari kegagalan, kata para ahli.

 

 

4 dari 4 halaman

Branson Bukan Satu-satunya yang Tidak Menganggap Kekayaan Sebagai Kepuasan Pribadi

Namun Branson bukan satu-satunya miliarder yang menyarankan bahwa kepuasan pribadi tidak selalu harus datang dari mengumpulkan kekayaan yang besar.

"Sukses tidak selalu tentang seberapa banyak uang yang Anda miliki," kata pengusaha dan investor Mark Cuban dalam podcast "The Path" di LinkedIn tahun lalu. "Sukses hanyalah menetapkan tujuan dan bisa bangun setiap pagi dengan perasaan senang atas apa yang telah Anda capai."

Cuban, yang dibesarkan dalam keluarga pekerja kantoran di dekat Pittsburgh, telah lama meyakini bahwa perjalanan kariernya lebih ditentukan oleh keinginan untuk mengendalikan waktu daripada aspirasi finansial.

"Waktu adalah aset yang tidak akan pernah bisa Anda dapatkan kembali. Anda tidak akan pernah bisa benar-benar memilikinya," ujarnya di SXSW pada bulan Maret lalu. "Saya ingin berada ... di posisi di mana saya bisa menentukan pilihan saya sendiri [dan] menghabiskan waktu dengan cara yang saya inginkan. Itu selalu menjadi faktor pendorong saya."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini