Sukses

Rupiah Merosot terhadap Dolar AS Imbas Sentimen Harga Komoditas

Pada perdagangan Kamis pagi, 4 April 2024 rupiah merosot 11 poin atau 0,07 persen menjadi 15.931 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.920 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (4/4/2024) masih melemah seiring sentimen harga komoditas yang rendah akan terus bebani kinerja ekspor Indonesia.

Pada perdagangan Kamis pagi, rupiah merosot 11 poin atau 0,07 persen menjadi 15.931 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.920 per dolar AS.

"Rupiah masih tertekan sentimen negatif harga komoditas yang rendah akan terus menekan ekspor, surplus serta cadangan devisa Indonesia," ujar analis mata uang Lukman Leong kepada Antara.

Sentimen lainnya seiring investor juga antisipasi data cadangan devisa Indonesia yang akan dirilis Jumat, 5 April 2024. Cadangan devisa RI akan turun 1 miliar dolar AS menjadi  USD 143 miliar.

Sementara itu, Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dalam pidatonya memberikan sinyal relatif dovish, yakni masih akan mulai memangkas suku bunga acuan atau Fed Funds Rate (FFR) pada 2024. Lukman prediksi rupiah akan bergerak di rentang Rp15.850 per dolar AS sampai dengan 16.000 per dolar AS.

Dekati 16 Ribu

Sebelumnya diberitakan, indeks dolar Amerika Serikat (USD) melanjutkan penguatannya pada Rabu, 3 April 2024. Nilai tukar rupiah pun masih mengalami tekanan yang dalam dan hampir menyentuh 16.000 per dolar AS.

"Greenback melonjak dalam beberapa sesi terakhir karena beberapa pejabat Fed memperingatkan bahwa bank sentral dapat mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama dalam menghadapi inflasi yang tinggi dan kekuatan pasar tenaga kerja," ungkap Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, dalam keterangan di Jakarta, Rabu, 3 April 2024.

Isyarat lebih lanjut terkait suku bunga akan dirilis pada hari Jumat pekan ini, dengan data nonfarm payrolls untuk bulan Maret. Angka suku bunga juga secara konsisten melampaui ekspektasi dalam beberapa bulan terakhir, di tengah kekuatan yang terus-menerus dalam sektor tenaga kerja AS.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Rupiah Melemah

Di Asia, selera risiko (risk appetite) bermunculan setelah gempa bumi melanda Taiwan, menghancurkan infrastruktur pulau tersebut dan pabrik-pabrik pembuat chip terkemuka, serta memicu peringatan Tsunami di beberapa bagian Jepang.

Kemudian ada data PMI swasta Tiongkok menunjukkan pertumbuhan di sektor jasa negara itu membaik pada bulan Maret 2024.

Rupiah Lanjut Melemah

Rupiah kembali ditutup melemah 23 poin dalam perdagangan Rabu (3/4/2024) sore, walaupun sebelumnya sempat melemah 45 poin. Rupiah melemah menjadi 15.920 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 15.897 per dolar AS.

Sedangkan untuk perdagangan besok, Ibrahim mempekirakan, Rupiah masih fluktuatif namun ditutup melemah direntang 15.910 per dolar AS- 15.960 per dolar AS.

3 dari 3 halaman

Inflasi RI Diramal Masih Tinggi pada April 2024

Tingkat inflasi Indonesia tercatat sebesar 0,52% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Maret 2024, atau mencapai 3,05% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Saat ini, para ekonom memprediksi inflasi pada April 2024 masih tinggi. Namun, realisasi inflasi pada Maret 2024 masih berada dalam kisaran target tahun ini yaitu 1,5%-3,5%. 

"Namun, angka ini merupakan angka tertinggi sejak Agustus 2023, dengan harga-harga pangan mengalami kenaikan paling signifikan dalam 18 bulan terakhir, bertepatan dengan bulan puasa Ramadan dan sebelum perayaan Idulfitri atau Lebaran," kata Ibrahim.

Naiknya inflasi pada bulan Maret 2024 terutama didorong oleh inflasi harga bergejolak, khususnya harga makanan, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di sisi penawaran dan permintaan.

"Selain itu, pasokan bahan makanan domestik terus terganggu akibat dampak El Nino yang masih berlangsung, meskipun pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya, sementara permintaan bahan makanan meningkat karena dampak musiman dari bulan Ramadan dan ada potensi berlanjutnya risiko inflasi jangka pendek, terutama pada April 2024 yang bertepatan dengan momentum Idul Fitri," jelas Ibrahim.

"Sedangkan, risiko inflasi terkait harga pangan akan berkurang seiring dengan berkurangnya efek El-Nino pada semester kedua 2024.  Akan tetapi, tekanan inflasi pada semester II/2024 dapat muncul dari inflasi inti akibat penerapan cukai plastik dan minuman kemasan berpemanis," imbuhnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.