Sukses

Benarkah Ramalan Tom Lembong Bahwa Tesla Dkk Bakal Tinggalkan Nikel Demi LFP?

Pabrikan besar dunia cendrung melirik Lithium Ferrophosphate (LFP) sebagai alternatif baterai berbasis nikel dan kobalt (NMC).

Liputan6.com, Jakarta - Calon Wakil Presiden Nomor Urut 2, Gibran Rakabuming Raka mempertanyakan sikap Cawapres Nomor Urut 1, Muhaimin Iskandar terkait hilirisasi nikel untuk baterai kendaraan listrik.

Pasalnya, Co Captain Timnas AMIN Thomas Trikasih Lembong alias Tom Lembong lebih sering menyebut Lithium Ferrophosphate (LFP) sebagai alternatif bahan baku baterai kendaraan listrik ketimbang nikel. Gibran lantas mengklaim Tesla masih memakai nikel untuk memproduksi baterai kendaraan listrik.

Melihat realita yang ada, Kepala Pusat Industri, Perdagangan dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Andry Satrio Nugroho mengungkapkan jika produsen mobil listrik besar saat ini memang cenderung lebih memilih LFP daripada nikel.

"Sebetulnya arahnya sih memang ke arah LFP. Jadi untuk pengembangan baterai kendaraan listrik pada hari ini saya rasa global arahnya sudah ke LFP," ujar Andry kepada Liputan6.com, Senin (22/1/2024).

Menurut catatannya, pabrikan besar dunia cendrung melirik LFP sebagai alternatif baterai berbasis nikel dan kobalt (NMC). Selain lebih murah, jumlah cadangan bijih besi dan fosfat lebih banyak dibandingkan nikel dan kobalt.

LFP sebenarnya sudah digunakan sejak lama di China. Penggunaannya dimulai oleh BYD sebagai pabrikan pertama baterai mobil listrik pada 2010. Contemporary Amperex Technology Co Limited (CATL) saat itu masih menggunakan NMC karena memiliki energy density yang besar dibanding LFP. Rendahnya energy density membuat mobil listrik dengan LFP tidak dapat digunakan dengan jarak tempuh yang jauh.

"Dengan adanya hal tersebut, saya rasa LFP menjadi opsi yang cukup menggiurkan bagi para pabrikan. Dari segi keamanan sendiri LFP jauh lebih baik dibandingkan nickel based batteries," imbuh Andry.

"Paling lambat di 2025 pabrikan-pabrikan yang masih menggunakan nickel based batteries akan berpindah kepada LFP. Jadi saya melihat ini jadi hal yang concerning. Sehingga kita memunculkan pertanyaan terkait apakah masih relevan untuk mengembangkan baterai nikel kita dalam negeri," sebutnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tesla Berpaling

Begitu pun Tesla, yang mulai berpaling menggunakan LFP yang diproduksi CATL pada 2020. Adapun Tesla 3 yang diproduksi Shanghai Gigafactory menggunakan LFP, meskipun Tesla di Amerika Serikat masih menggunakan NMC. Pada kuartal III 2021, Tesla berpindah menggunakan LFP secara global. Hasilnya, harga mobil Tesla lebih murah daripada sebelumnya.

"Yang disebutkan semalam bahwa Tesla tidak semuanya nikel, memang iya, tapi Tesla yang di US. Ada beberapa yang tidak menggunakan LFP. Dia masih menggunakan NMC. Tapi ke depan mereka akan switch ke LFP, tinggal menunggu waktu saja," kata Andry.

"Jadi kalau berbicara mengenai hal tersebut, untuk LFP masih cukup menggiurkan. Baik itu BYD maupun Tesla sudah LFP based," tegasnya.

 

3 dari 3 halaman

Motor Listrik

Tak hanya mobil listrik, Andry pun menyebut seluruh pabrikan motor listrik kini menggunakan LFP sebagai bahan baku utama pembuatan kendaraan.

"Untuk kendaraan motor listrik roda dua, itu semuanya saya bisa pastikan itu menggunakan LFP, tidak menggunakan nikel. Jadi kembali lagi, dari segi demand itu sudah mengarah pada LFP, dari segi suplai itu sudah mengarah ke LFP," tuturnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.