Sukses

Rupiah Melemah ke 15.538 per Dolar AS Imbas Kekhawatiran Pelaku Pasar akan Rendahnya Inflasi

Tingkat inflasi 2023 yang rendah menimbulkan kekhawatiran pasar bahwa Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan. Hal ini kemudian berdampak kepada pelemahan nilai tukar rupiah.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak melemah pada pembukaan perdagangan hari ini. Pelemahan rupiah ini terjadi usai pengumuman angka inflasi sepanjang 2023 yang cukup rendah.

Pada Kamis (4/1/2024), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta tergelincir 57 poin atau 0,37 persen menjadi 15.538 per dolar AS dari sebelumnya 15.481 per dolar AS.

"Tingkat inflasi 2023 yang rendah menimbulkan kekhawatiran pasar bahwa Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan," kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova dikutip dari Antara.

Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Desember 2023 tercatat rendah sebesar 0,41 persen month to month (mtm) sehingga inflasi IHK 2023 menjadi 2,61 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Menurut Rully, jika suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate lebih cepat diturunkan, maka selisih suku bunga BI dengan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed akan mengecil dan membuat rupiah menjadi kurang menarik lagi.

Selain itu, ia juga memprediksi rupiah kembali melemah hari ini karena tren terus berlanjutnya kenaikan imbal hasil atau yield obligasi Pemerintah Amerika Serikat (AS).

Imbal hasil obligasi Pemerintah AS tenor 10 tahun sudah menembus di atas empat persen. Di sisi lain, pasar juga menunggu dan mengamati data manufaktur AS.

Ia memperkirakan rupiah berpotensi merosot di kisaran 15.500 per dolar AS hingga 15.550 per dolar AS.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BPS: Inflasi Indonesia Tahun 2023 Capai 2,61%

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Indonesia mencapai 2,61 secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka tersebut sama dengan inflasi secara year to date yakni sebesar 2,61 persen.

"Angka inflasi tahunan atau year on year sama dengan inflasi tahun kalender yaitu 2,61 persen," kata Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers pengumuman inflasi, Selasa (2/1/2024).

Sementara secara bulanan Desember 2023, inflasinya tercatat sebesar 0,41 persen atau terjadi peningkatan indeks harga konsumen dari 116,08 pada November 2023 menjadi 116,56 pada Desember 2023.

Amalia menjelaskan, tingkat inflasi bulanan Desember 2023 merupakan yang tertinggi sepanjang 2023.

"Penyumbang terbesar inflasi adalah makanan minuman dan tembakau sebesar 1,07 persen dengan andil inflasi 0,29 persen," ujarnya.

Dari angka ini komoditas penyumbang utama inflasi adalah cabai merah dengan andil 0,06 persen, bawang merah andil 0,04 persen, tomat andil inflasi 0,03 persen, cabai rawit andil inflasi sebesar 0,02 persen, beras andil 0,02 persen, dan telur ayam ras andil 0,02 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.