Sukses

Pakai Teknologi AI, Produksi Industri Tambang Bakal Melejit

Industri pertambangan telah memanfaatkan tekonologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Hal ini terbukti ampuh menurunkan angka kecelakaan kerja dan dapat mendukung peningkatan produksi.

Liputan6.com, Jakarta Industri pertambangan telah memanfaatkan tekonologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Hal ini terbukti ampuh menurunkan angka kecelakaan kerja dan dapat mendukung peningkatan produksi.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Agus Cahyono Adi mengatakan, penggunaan teknologi AI menjadi salah satu inovasi digital pada sektor minerba. Hal ini juga dapat menjawab tantangan kedepan.

“Inovasi dan digitalisasi merupakan kunci untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi di industri pertambangan. Perusahaan pertambangan yang dapat memanfaatkan teknologi-teknologi ini dengan baik akan memiliki keunggulan kompetitif,” kata Agus, dikutip dari situs Resmi Kementerian ESDM, Senin (11/12/2023).

Teknologi AI yang digunakan industri pertambangan adalah Mining Eyes Analytics (MEA), dengan digunakanya AI tersebut pengawasan kegiatan pertambangan dilakukan secara langsung dari jarak jauh Dan tempat waktu, sehingga dapat menghindari risiko kegiatan pertambangan yang berbahaya.

Salah satu pengguna MEA adalah PT Berau Coal, Corporate Communication Superintendent PT Berau Coal Rudini Rahim mengatakan, MEA akan memonitor kegiatan pertambangan sehingga menghasilkan operasi yang lebih produktif dan lebih aman.

“MEA merupakan pengawasan jarak jauh menggunakan teknologi CCTV serta telah diintegrasikan dengan mining analytic dengan penggunaan AI (Artificial Intelligence) yang dapat memonitor dan melaporkan pergerakan manusia dan unit alat berat di tambang sehingga menghasilkan operasi yang lebih produktif dan lebih aman karena kurangnya potensi bahaya atas interaksi manusia langsung dengan alat berat yang beroperasi atau berada di area yang memiliki risiko tinggi," terangnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Inovasi Digital

Selain MEA, inovasi digital yang diterapkan PT Berau Coal adalah smart application yang bernama BEATS yang merupakan kepanjangan dari BeGeMS (Berau Coal Green Mining System) Automation Tracking System. Aplikasi ini digunakan untuk menunjang pengawasan dan analisis kegiatan operasi serta Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (K3L) yang sebelumnya dilakukan secara manual kini telah menggunakan teknologi digital.

“Lewat aplikasi ini proses pengawasan operasi yang melibatkan lebih dari 24.000 pekerja dapat dilakukan dengan baik,” tambahnya.

Selain kegiatan pertambangan, AI juga telah menjangkau ruang kabin pengemudi kendaraan pertambangan melalui Driving Monitoring System (DMS) di area tambang.

Wakil Kepala Teknik Tambang Arintoko Saputro di Control Room BMO 2, Berau Coal menjelaskan, DMS dilengkapi berbagai sensor dan kamera untuk mendeteksi kondisi pengemudi atau operator kendaraan tambang, seperti perilaku berkendara yang kurang aman, kelelahan (fatique), dan kecepatan berkendara yang berlebihan.

“DMS ini untuk mendeteksi tanda-tanda ketika operator fatique, yaitu ketika mata tertutup, menguap, atau badan telah doyong,” tuturnya.

3 dari 4 halaman

Menteri ESDM Sebut Cadangan Tambang Freeport Cukup 100 Tahun

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut cadangan tambang milik PT Freeport Indonesia (PTFI) cukup hingga 100 tahun. Menurutnya, ada banyak lapisan yang bisa menopang cadangan tersebut.

Arifin bilang, memang ada kemungkinan di beberapa titik yang cadangannya mulai menipis. Meski begitu, menurut dia itu cukup hingga 2041 mendatang, saat waktu habisnya kontrak PTFI.

"Cadangan itu kan yang sekarang ada samapai 2041," kata dia di Kementerian ESDM, ditulis Sabtu (9/12/2023).Dia mengatakan cadangan yang terbatas itu berada di tambang Grasberg. Namun, untuk titik lainnya memiliki cadangan yang lebih banyak. Jumlahnya diperkirakan cukup hingga 100 tahun.

"Yang di bawah itu kan lebih banyak. Kan dia ada 4 layer atau berapa tuh. Cukup 100 tahun lagi perkiraanya kalau semua dieksplor dengan kapasitas produksi sekarang," bebernya.

Arifin menyebut proses eksplorasi sendiri membutuhkan waktu tahunan. Memgingat perlu ada pertimbangan terkait kelanjutan program hingga penambahan kapasitas.

"Kalau mau eksplorasi butuh waktu. Jadi kalau nunggu, abis lagi. Ini juga kelanjutannya bagaimana untuk program-program apa. Nanti menambah kapasitas. Smelternya dari mana kalau sekarang? Dan itu harus direncanakan biayanya, kapannya," urai Arifin.

 

4 dari 4 halaman

Perpanjangan Izin

Di sisi lain, ada rencana PTFI untuk memperpanjang izin untuk menggarap tambang di Indonesia. Arifin pun turut mengungkap sejumlah pertimbangannya.

Misalnya, rencana Freeport untuk membangun smelter baru. Selain itu, rencana untuk memperbesar porsi kepemilikan pemerintah di PTFI.

"Dia kan bangun smelter lagi keudian dan divestasi lagi. Nah yang jelas kan di Undang-undang menyaratkan perpanjangan itu masukan untuk pemerintah harus bertambah," ungkap dia.

Arifin menyebut, perusahaan lainnya bisa turut mengajukan perpanjangan izin operasional. Namun, satu yang perlu dipastikan adalah soal cadangan dan keuntungan kedepannya.

"Kecukupan cadangan ada, apa benefit untuk pemerintah yang bisa diberikan, kan nggak gitu-gitu aja," pungkasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini