Sukses

Kekayaan Bruno Mars Sentuh Rp 2,6 Triliun, Ini Sumber Hartanya

Bruno Mars dinilai tak hanya laris jual album meski hanya ada tiga album solo, tetapi ia juga investasi dan beli lahan dan properti.

Liputan6.com, Jakarta - Penyanyi Bruno Mars sempat masuk jajaran 100 selebritas dengan penghasilan besar versi Forbes pada 2019. Saat itu, ia berada di posisi ke-54. Namun, ia keluar dari jajaran tersebut pada 2020.

Akan tetapi, menurut Celebrity Net Worth, kekayaan Bruno Mars pada 2023 mencapai USD 175 juta atau sekitar Rp 2,69 triliun (asumsi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat 15.427).

Lalu dari mana saja sumber kekayaan Bruno Mars?

Mengutip laporan Cosmopolitan yang rilis 27 September 2023, dikutip Senin (20/11/2023), tur Moonshine Jungle Bruno Mars meraup hampir USD 138 juta atau sekitar Rp 2,12 triliun. Selain itu, tur 24K Magic hasilkan lebih dari USD 367 juta atau sekitar Rp 5,66 triliun. Tak hanya itu, berdasarkan laporan Billboard Boxscore pada Agustus 2021, pertunjukan Bruno Mars di Las Vegas telah meraup lebih dari USD 53 juta.

Kekayaan Bruno Mars juga berasal dari album yang dirilis. Ia termasuk salah satu penyanyi terlaris sepanjang masa. Album Bruno Mars dilaporkan telah terjual lebih dari 130 juta album di dunia. Penjualan itu meski hanya memiliki tiga album solo antara lain Doo-Wops&Hooligans pada 2010, Unorthodox Jukebox pada 2012, dan 24K Magic pada 2016. Ia juga menjual lebih dari 200 juta single secara global.

Selain itu, lagu Uptown Funk dengan Mark Ronson yang dirilis 2014, menduduki puncak chart Billboard Hot 100 selama 14 minggu berturut-turut, menjadikannya menempati posisi Hot 100 terlama.

Pada Februari 2020, Bruno Mars menandatangani kesepakatan dengan Disney untuk mengembangkan fitur bertema musik yang seharusnya dibintangi dan produksi. Namun, belum banyak informasi mengenai proyek ini sejak pertama kali diumumkan. Diperkirakan penundaan proyek akibat COVID-19. Di sisi lain, belum jelas berapa banyak diperoleh Bruno Mars dari kesepakatan tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penghasilan dari YouTube

Tak hanya itu, Bruno Mars juga hasilkan pendapatan dari laman YouTube. Dengan hampir 35 juta pelanggan, Bruno Mars salah satu pembuat konten yang paling banyak ditonton di YouTube. Sejak mulai konten di YouTube pada 2006, Bruno Mars telah memperoleh lebih dari 16,8 miliar penayangan.

Investasi

Bruno Mars juga investasikan penghasilannya dengan bijak. Pada 2013, Bruno Mars menandatangani kontrak sebagai investor di NJOY, perusahaan rokok elektrik milik swasta. Ia juga memiliki SelvaRey Rum, perusahaan rum berbasis di Amerika Serikat (AS) yang pertama kali didirikan pada 2014. Ia juga investasi di Chromatik, perusahaan yang membuat musik versi digital.

Baru-baru ini, Bruno Mars juga membidik dunia fashion. Bersama Ricky Regal, penyanyi tersebut merilis rangkaian pakaian olah raga yang terinspirasi tahun 1970-an bersama Lacoste pada Maret 201 bertauju Lacoste x Ricky Regal.

Bruno Mars juga memiliki aset lahan dan properti. Perkebunan Bruno Mars mencapai 9.000 square foot yang mencakup gudang anggur, sauna, kolam renang, kamar keluarga, bar, dan taman bermain.

3 dari 4 halaman

Pungutan Pajak ke Orang Kaya Dunia Diprediksi Sentuh Rp 3,9 Kuadriliun

Sebelumnya diberitakan, Observatorium Pajak Uni Eropa menyerukan pengambilan tindakan keras internasional terhadap penghindaran pajak dengan menerapkan pajak minimum global terhadap miliarder. Pungutan pajak mimimum kepada para miliarder ini diperkirakan dapat menghasilkan setoran sebesar USD 250 miliar atau setara Rp 3,9 Kuadriliun per tahun.

Jika dikenakan, jumlah tersebut hanya setara dengan 2 persen dari hampir USD 13 triliun kekayaan yang dimiliki oleh 2.700 miliarder di seluruh dunia, menurut kelompok penelitian yang diselenggarakan di Paris School of Economics.

Saat ini, pajak pribadi efektif para miliarder sering kali jauh lebih kecil dibandingkan pajak penghasilan yang dibayarkan oleh para pembayar pajak yang lebih sederhana.

Hal ini karena mereka dapat memarkir kekayaannya di perusahaan-perusahaan cangkang yang melindungi mereka dari pajak penghasilan, kata kelompok tersebut dalam Laporan Penghindaran Pajak Global (Global Tax Evasion Report) tahun 2024.

"Dalam pandangan kami, hal ini sulit untuk dibenarkan karena berisiko merusak keberlanjutan sistem perpajakan dan penerimaan sosial terhadap perpajakan," kata direktur Observatorium Pajak Uni Eropa, Gabriel Zucman, dikutip dari Channel News Asia, Senin (23/10/2023).

Observatorium Pajak Uni Eropa memperkirakan pajak pribadi para miliarder di Amerika Serikat diperkirakan mendekati 0,5 persen dan serendah nol di Perancis yang memiliki pajak tinggi.

Meningkatnya ketimpangan kekayaan di beberapa negara memicu seruan agar warga terkaya menanggung lebih banyak beban pajak karena keuangan negara kesulitan mengatasi populasi yang menua, kebutuhan pendanaan yang besar untuk transisi iklim, dan utang akibat COVID-19.

Anggaran Presiden AS Joe Biden pada tahun 2024 mencakup rencana pajak minimum sebesar 25 persen bagi 0,01 persen orang terkaya, namun usulan tersebut tidak terlaksana karena anggota parlemen di Washington disibukkan dengan ancaman penutupan pemerintah dan tenggat waktu pendanaan yang semakin dekat.

 

4 dari 4 halaman

Masih Banyak Potensi Pengurangan Tagihan

Perjanjian 2021 antara 140 negara akan membatasi ruang lingkup perusahaan multinasional untuk mengurangi pajak dengan membukukan keuntungan di negara-negara dengan pajak rendah dengan menetapkan batas bawah pajak perusahaan global sebesar 15 persen mulai tahun depan.

"Sesuatu yang banyak orang anggap mustahil, kini kita tahu sebenarnya bisa dilakukan," ucap Zucman.

"Langkah logis berikutnya adalah menerapkan logika tersebut pada para miliarder, dan tidak hanya pada perusahaan multinasional," bebernya.

Dengan tidak adanya dorongan internasional yang luas untuk menerapkan pajak minimum terhadap para miliarder, Zucman mengatakan sebuah koalisi negara-negara yang bersedia secara sepihak dapat memimpin upaya tersebut.

Meskipun berakhirnya kerahasiaan perbankan dan pajak minimum perusahaan telah mengakhiri persaingan selama puluhan tahun antar negara mengenai tarif pajak, masih banyak peluang untuk mengurangi tagihan pajak, kata laporan itu.

Misalnya, orang-orang kaya semakin banyak yang menyimpan kekayaannya di real estat dibandingkan rekening di luar negeri, sementara perusahaan bisa mengeksploitasi celah dalam pajak perusahaan minimum sebesar 15 persen.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini