Sukses

Deretan Skandal PM Israel Benjamin Netanyahu, Terlibat Korupsi hingga Suap Rp 4,7 Miliar

PM Israel Benjamin Netanyahu pernah terlibat sandal korupsi yang dikenal dengan kasus 1.000, 2.000, dan 4.000.

Liputan6.com, Jakarta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara tegas menolak gencatan senjata dalam agresi militer Israel terhadap militan Hamas di Gaza.

Benjamin Netanyahumengatakan, penolakan gencatan senjata seperti halnya saat Amerika Serikat tidak akan menyetujui gencatan senjata dalam tragedi 11 September 2001.

"Israel tidak akan menyetujui penghentian permusuhan dengan Hamas setelah serangan mengerikan pada 7 Oktober. Seruan bagi gencatan senjata adalah seruan bagi Israel untuk menyerah pada Hamas, untuk menyerah pada terorisme, untuk menyerah pada kebiadaban. Itu tidak akan terjadi," kata Netanyahu.

Selain soal gencatan senjata, Benjamin Netanyahu ternyata memiliki kontroversial lainnya. Netanyahu pernah terlibat sandal korupsi yang dikenal dengan kasus 1.000, 2.000, dan 4.000.

Dalam kasus 1000, Netanyahu didakwa menerima hadiah hampir USD 300.000 atau setara Rp4,7 miliar selama periode 2007-2016 dari produser Hollywood Arnon Milchan dan miliarder Australia James Packer.

Nentanyahu menekankan Kementerian Keuangan untuk menggandakan durasi pembebasan pajak bagi warga asing Israel seperti produsen, setelah mereka kembali ke negara tersebut dari luar negeri. 

Surat dakwaan juga menyebutkan Netanyahu melobi pemerintah Amerika Serikat untuk membantu Milchan memperbarui visa Amerikanya. Selain itu juga membantu kesepakatan merger yang melibatkan saluran TV yang sebagian dimiliki oleh Milchan.

Kasus Benjamin Netanyahu Lainnya

Dalam Kasus 2000, Netanyahu diduga membahas pengaturan quid pro quo pada tahun 2014 dengan Arnon Mozes, penerbit Yediot Aharonot, salah satu surat kabar terkemuka Israel.Berdasarkan kesepakatan tersebut, Netanyahu akan menerima pemberitaan yang mendukung dari surat kabar tersebut.

Sebagai imbalannya, dia dituduh setuju untuk mempertimbangkan pemberlakuan undang-undang yang akan mengekang kekuatan Israel Hayom, surat kabar saingan milik Sheldon Adelson, pendukung Netanyahu.

Dalam Kasus 4000, jaksa mengklaim dari tahun 2012 hingga 2017, seorang pengusaha telekomunikasi bernama Shaul Elovitch dan istrinya memberikan bantuan kepada Netanyahu dan keluarganya.

Harapannya, Netanyahu tidak akan menghalangi kepentingan bisnis keluarga Elovitch.

Elovitch diduga telah berulang kali mengizinkan PM Israel Benjamin Netanyahu dan keluarganya untuk meliput situs beritanya, Walla. Keluarga Elovitch, yang diadili, menyangkal melakukan kesalahan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Israel Tolak Gencatan Senjata, Netanyahu: Artinya Kami Menyerah pada Hamas

Angkatan darat Israel merangsek lebih jauh ke Gaza pada Senin (31/10/2023). Mereka maju dengan tank dan kendaraan lapis baja lainnya serta berhasil membebaskan seorang tentara yang ditawan oleh kelompok Hamas.

Militer Israel mengatakan bahwa seorang tentara yang diculik dalam serangan Hamas pada 7 Oktober berhasil diselamatkan di Gaza – penyelamatan pertama sejak perang Hamas Vs Israel selama berminggu-minggu. Pejabat militer Israel memberikan sedikit rincian, namun menyebutkan dalam pernyataannya bahwa Pvt. Ori Megidish (19) baik-baik saja dan telah bertemu dengan keluarganya.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyambut kedatangannya dan menuturkan bahwa pencapaian pasukan keamanan Israel menggambarkan komitmen untuk membebaskan semua sandera.

Netanyahu tegas menolak seruan gencatan senjata untuk memfasilitasi pembebasan tawanan atau mengakhiri perang, yang menurutnya akan memakan waktu lama dan sulit.

"Seruan untuk gencatan senjata adalah seruan agar Israel menyerah kepada Hamas," katanya dalam konferensi pers pada Senin, seperti dilansir AP. "Itu tidak akan terjadi."

Netanyahu, yang menghadapi kemarahan yang meningkat atas kegagalan Israel mencegah serangan Hamas yang dicap sebagai serangan terburuk di negara itu dalam setengah abad terakhir, juga mengatakan dia tidak berencana mengundurkan diri.

 

3 dari 3 halaman

Hamas

Hamas dan kelompok militan Palestina lainnya diyakini menahan sekitar 240 tawanan, termasuk pria, wanita, dan anak-anak. Netanyahu menghadapi tekanan yang semakin besar untuk menjamin pembebasan mereka.

Sejauh ini, Hamas sendiri telah membebaskan empat sandera. Gelombang pertama, mereka melepaskan pasangan ibu anak berkewarganegaraan ganda Amerika Serikat (AS)-Israel. Gelombang kedua, mereka membebaskan dua perempuan lanjut usia berkewarganegaraan Israel.

Dalam tuntutannya, Hamas menyebutkan akan melepaskan sandera lainnya, dengan catatan Israel juga membebaskan ribuan tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel. Tel Aviv menolak tawaran tersebut.

Menurut Netanyahu, invasi darat akan menciptakan kemungkinan untuk membawa pulang para sandera. Dia menekankan, Hamas hanya akan membebaskan mereka "di bawah tekanan".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.