Sukses

Gelar ISEF 2023, Bos BI Singgung Digitalisasi Keuangan Pasca Pandemi Covid-19

Bank Indonesia kembali menyelenggarakan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) pada 25 hingga 29 Oktober 2023.

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia kembali menyelenggarakan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) pada 25 hingga 29 Oktober 2023. Salah satu rangkaian acara ISEF 2023 adalah The 9th International Islamic Monetary Economics and Finance Conference (9-IIMEFC) and call for paper merupakan kegiatan tahunan dari Journal of Islamic Monetary Economics and Finance (JIMF).

Kegiatan The 9th International Islamic Monetary Economics and Finance Conference ini mengangkat tema 'Accerated digitalization in sharia economy and finance for inclusive and sustainable growth in the post pandemic recovery'.

Dalam sambutannnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan, wahyu pertama dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah untuk membaca. Perintah untuk membaca ditunjukkan dengan kata "iqro", yang mengawali surat Al-Alaq ayat 1-5. Oleh karena itu, sangat penting sekali untuk melihat hikmah dari musibah yang diturunkan Allah melalui pandemi covid-19.

"Apa itu covid? Covid kecil itu seperti flu. Ini merupakan isyarat kuat dari Allah agar kita iqro lagi iqro lagi untuk menjadi lebih baik," kata Perry dalam The 9th International Islamic Monetary Economics and Finance Conference (9-IIMEFC), Rabu (25/10/2023).

Pandemi Covid-19

Menurut Perry, adanya pandemi covid-19 memberikan hikmah yang luar biasa terhadap segala aspek kehidupan, salah satunya mengakselerasi digitalisasi dibidang ekonomi dan keuangan, termasuk keuangan syariah.

"Saya terus bertanya-tanya kenapa Allah? Menciptakan pandemi? yang jelas covid itu merupakan flu. Namun tersebar ke seluruh dunia dan seluruh dunia semuanya kolaps, sampai saat ini kita masih berjuang untuk pulih," ujarnya.

Lebih lanjut, Perry bercerita, salah satu hikmah dengan adanya pandemi adalah mempercepat penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). QRIS sebagai kode standar QR ini telah diluncurkan dan mulai digunakan sejak 17 Agustus 2019.

Namun, saat itu penggunaan QRIS belum banyak. Tapi semenjak pandemi covid tahun 2020, banyak masyarakat yang mulai beralih menggunakan QRIS untuk bertransaksi, lantaran lebih mudah, cepat, dan aman.

"Kita sudah tahu manfaatnya (QR) setelah kita kena covid. Karena dengan menggunakan standar QR kita dapat bertransaksi dengan sangat cepat. Dengan standar QR semua orang bisa membeli makanan dengan mudah. Sebelumnya ini tidak terbayangkan," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Rupiah Hampir Tembus 16.000 per Dolar AS, Jokowi: Masih Aman

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut depresiasi yang dialami mata uang rupiah masih dalam batas aman. Bahkan, depresiasi rupiah tersebut sejauh ini tidak menganggu sektor rill dan keuangan dalam negeri.

"Kita lihat persentase depresiasi mata uang kita juga masih aman. Aman untuk sektor riil, aman untuk sektor keuangan dan aman untuk inflasi," kata Jokowi dalam acara BNI Investor Daily Summit 2023, di Hutan Kota By Plataran, Jakarta, Selasa (24/10/2023).

Diketahui, nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang sangat dalam sejak tengah tahun ini. Awal tahun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih di kisaran 15.000 per dolar AS. Tapi pada Senin (23/10) sudah hampir tembus 16.000 per dolar AS.

Mata uang rupiah melemah sebesar 61 poin atau 0,38 persen menjadi Rp15.994 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar 15.873 per dolar AS.

Sudah Panggil KSSKLebih lanjut, terkait depresiasi rupiah, Jokowi mengaku telah memanggil Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang terdiri dari Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

 

3 dari 3 halaman

Ekonomi Indonesia Masih Kuat

Disisi lain, Jokowi menyebut Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tumbuh di atas 5 persen. Menurut Jokowi, tren seperti ini harus dijaga.

"Kalau melihat pelemahan ekonomi global kita bersyukur growth kita masih di atas 5 persen," ujarnya.

Sama halnya dengan pertumbuhan ekonomi yang masih terjaga positif, penerimaan negara juga dilaporkan mampu tumbuh dikisaran 5,6 persen.

"Kemudian juga kalau kita lihat, pajak masih tumbuh 5,6 persen artinya masih ada pertumbuhan penerimaan negara. Penerimaan negara masih tumbuh, penerimaan pajak masih tumbuh, itulah ekonomi kita masih baik, tapi kita harus lihat kembali tantangan di depan," pungkasnya

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.