Sukses

Tak Cuma Beli Pesawat Tempur Prancis, Indonesia Ingin Kembangkan Alutsista Juga

Terkait pemeliharaan dan pesawat Rafale, Indonesia menegaskan bahwa Prancis harus melaksanakan alih teknologi, sekaligus mendorong peningkatan kualitas SDM kedirgantaraan dan pertahanan di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa bertemu dengan Senior Executive Vice President, IT, and Chief Digital Officer Dassault Aviation, Laurent Bendavid. Pertemuan ini membahas industri pertahanan dan alat utama sistem pertahanan (alutsista) Indonesia.

Pertemuan tersebut juga turut membahas kemampuan Rafale, pesawat tempur buatan Dassault Aviation yang tercatat sebagai alutsista Indonesia. Lalu juga memastikan kerjasama Indonesia-Perancis di bidang pertahanan selaras dengan perencanaan pembangunan nasional.

Suharso menyatakan, kerjasama Indonesia-Prancis  harus terlaksana dengan prinsip buy-to-invest. "Apa artinya? Jadi, kami (Indonesia) tidak hanya membeli, tapi kami juga ingin mengembangkan kemampuan industri pertahanan kami," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (8/10/2023).

Terkait pemeliharaan dan pesawat Rafale, Indonesia menegaskan bahwa Prancis harus melaksanakan alih teknologi, sekaligus mendorong peningkatan kualitas SDM kedirgantaraan dan pertahanan di Indonesia.

Menurut Suharso, pengadaan Rafale sekaligus semakin menguatkan posisi industri pertahanan di Indonesia dalam rantai pasok global. Untuk itu, pemahaman tentang teknologi pemeliharaan dan perawatan hingga lisensi produksi harus dimiliki Indonesia agar dapat memproduksi suku cadang atau peralatan tertentu secara domestik.

"Indonesia harus mampu untuk menciptakan industri pertahanan yang sehat, kuat, mandiri, dan berdaya saing," tegas dia.

Untuk mendukung pengembangan industri pertahanan, peningkatan anggaran ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi harus menjadi prioritas Indonesia. Sejumlah strategi industri pertahanan diperlukan, seperti industrialisasi hilir hingga produk akhir yang berorientasi ekspor, penguatan rantai nilai domestik dan global, serta konektivitas domestik dan pasar global.

Tujuannya, Suharso menambahkan, agar Indonesia dapat bersaing dengan pasar global dan memiliki perencanaan dan pengembangan industri pertahanan dalam negeri, tidak hanya bergantung pada hasil pembelian ke negeri lain.

"Kalau negara-negara lain bisa membuktikan kemampuan mereka untuk mengembangkan rencana pengembangan industri pertahanan, kenapa kita tidak?," pungkas Suharso.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Indonesia Bakal Punya Jet Tempur Termahal Ketiga di Dunia, Apa Hebatnya?

Tentara Nasional Indonesia (TNI) hingga kini menjadi militer paling hebat setidaknya untuk kawasan Asia Tenggara. Dari segi jumlah personil hingga alutsista yang dimiliki, jauh di atas negara-negara tetangga.

Satu hal yang terus diperkuat di era kepemimpinan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto adalah kekuatan angkatan udara atau TNI-AU. Baru-baru ini, Prabowo menandatangani kesepakatan pembelian jet tempur Rafale dari Prancis.

 Tahukah kalian bahwa jet tempur incaran Indonesia ini merupakan salah satu jet tempur paling ditakuti di dunia? Dilihat dari segi teknologi dan persenjataannya, wajar jika Rafale ini kini menjadi jet tempur termahal ketiga di dunia. Hal ini seperti dikutip dari India Time.

Jet tempur Rafale dibandrol oleh Dassault selaku pembuatnya USD 115 juta atau setara Rp 1,6 triliun (dengan kurs 14.000). Rafale masih kalah mahal dari Lockheed Martin F-35B  yang dihargai USD 135,8 juta, dan Eurofighter Typhoon seharga USD 124 juta.

Lantas, apa kecanggihannya? 

3 dari 4 halaman

Kemampuan Tempur Rafale

Dikutip dari website resminya dassault-aviation.com, jet tempur Rafale memiliki kapabilitas 'Omnirole'. 

Jet tempur ini juga mampu berperan dalam misi permanen 'Peringatan Reaksi Cepat' (QRA) dalam misi pertahanan udara atau kedaulatan udara. 

Selain itu, Dassault juga membeberkan bahwa Rafale mampu melakukan proyeksi kekuatan dan penyebaran untuk misi eksternal, misi serangan dalam, dukungan udara untuk pasukan darat, dan misi pengintaian.

Rafale, menurut perusahaan dirgantara itu, bisa melakukan serangan pelatihan pilot dan tugas pencegahan nuklir.

Rafale juga diklaim baik dalam unjuk kekuatan di ketinggian rendah, kecepatan tinggi (dissuasive), atau membatalkan misi sampai detik terakhir (reversibilitas).

  

4 dari 4 halaman

Kemampuan Persenjataan

Pesawat dilengkapi mesin ganda M88-2 buatan SNECMA dan jet mampu terbang dengan kecepatan 1.389 km/jam.

Dari segi persenjataan, Dassault Rafale juga dapat membawa berbagai senjata perang. Seperti Mica, Magic, Sidewinder, ASRAAM dan rudal udara-ke-udara AMRAAM, rudal udara-ke-darat Apache, AS30L, ALARM, HARM, Maverick dan PGM100 serta rudal anti-kapal Exocet/AM39, Penguin 3 dan Harpoon anti-ship missiles.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.