Sukses

Andalkan Laut, Indonesia dan OECD Susun Peta Ekonomi Biru

Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa memaparkan, Indonesia memiliki 95 persen penduduk di 100 kilometer dari garis pantai, dan 40 juta masyarakat pedesaan bergantung pada kelautan untuk makanan dan penghidupan.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia tengah bersiap untuk segera menjadi anggota Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi, atau Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menegaskan, OECD Development of Guidance of Sustainable Ocean Economy akan menjadi panduan implementasi ekonomi biru di Indonesia.

"Inisiatif ini, dengan prinsip menciptakan nilai tambah dan lapangan kerja berkualitas, akan memastikan jalur yang inklusif dan berkelanjutan menuju pembangunan ekonomi biru," kata Menteri Suharso dalam keterangan tertulis, Minggu (8/10/2023).

Suharso memaparkan, Indonesia memiliki 95 persen penduduk di 100 kilometer dari garis pantai, dan 40 juta masyarakat pedesaan bergantung pada kelautan untuk makanan dan penghidupan.

Ekonomi biru mempekerjakan 7 juta orang, dan 40 persen perdagangan laut global melewati jalur yang melintasi Indonesia. Nilai tahunan perekonomian kelautan Indonesia mencapai lebih dari USD 280 miliar, dengan pembangunan kelautan dan manufaktur sebagai dua sektor utama.

Menurut Suharso, perekonomian biru Indonesia tumbuh 10,5 persen per tahun pada 2012-2022, melampaui pertumbuhan nasional sebesar 5 persen. Produksi perikanan laut nasional mengalami surplus perdagangan sebesar USD 4,12 miliar pada 2018, menunjukkan permintaan besar dari pasar internasional.

"Indonesia perlu meningkatkan kontribusi industri maritim terhadap PDB nasional yang mencapai 2,04 persen, dibandingkan tingkat pertumbuhan PDB nasional sebesar 3,69 persen pada 2021," imbuhnya.

Keseimbangan

Strategi pengembangan ekonomi biru di Indonesia meliputi peluncuran National Blue Agenda Action Partnership, kemitraan dengan Stanford University dalam Blue Food Assessment, hingga Indonesia Blue Economy Roadmap

Dengan enam sektor utama, antara lain, transportasi dan logistik maritim, perikanan dan pertanian laut, pariwisata bahari, energi terbarukan kelautan, bioteknologi kelautan, dan pengelolaan tata ruang pesisir.

"Indonesia Blue Economy Roadmap menguraikan komitmen kita untuk menyeimbangkan pertumbuhan sosial ekonomi dengan kelestarian lingkungan," kata Suharso.

Ia menilai, sebagai pemegang Keketuaan ASEAN 2023, Indonesia berhasil menjadikan ASEAN Blue Economy Framework sebagai acuan berbagi analisis data, keahlian teknis, pendanaan dan sumber daya, serta peningkatan kapasitas dan transfer pengetahuan ekonomi biru.

"OECD untuk bergerak bersama kami dalam memajukan inisiatif Ekonomi Biru Indonesia dan ASEAN Blue Economy Framework pada 2024. Kita dapat bekerja sama menuju nilai-nilai kelautan yang lebih berkelanjutan, sejahtera, dan adil demi masa depan dunia, Indonesia, kawasan ASEAN, dan sekitarnya," tuturnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

OECD Pangkas Pertumbuhan Ekonomi ASEAN 2023 Jadi 4,2 Persen

Organisation for Economic Co-operation and Development atau OECD meramal pertumbuhan ekonomi di negara anggota ASEAN akan menghadapi hambatan di sisa tahun 2023.

"Kami memperkirakan (ekonomi ASEAN) akan melemah, menyentuh 4,2 persen tahun ini, namun diperkirakan akan membaik menjadi 4,7 persen pada 2024 mendatang," ungkap Director of OECD Development Centre, Ragnheiður Elín Árnadóttir dalam ASEAN Business & Invesment Summit, Minggu (3/9/2023).

Sebelumnya, OECD pada bulan Maret meramal ekonomi ASEAN akan tumbuh sebesar 4,6 persen di 2023. Ini menandai penurunan pertumbuhan ekonomi hingga 0,4 persen dari prediksi sebelumnya.

 "Negara-negara berkembang di Asia akan menghadapi tantangan dalam menghadapi penurunan permintaan eksternal yang terus berlanjut, karena ekspor mengalami kontraksi di tengah perlambatan yang berkepanjangan di negara-negara maju," bebernya.

3 dari 3 halaman

Tetap Optimis

Namun, kabar baiknya, masih ada harapan untuk optimis.

Ragnheiður mengatakan, pembaruan prediksi OECD untuk ekonomi ASEAN di 2023 menyoroti pertumbuhan permintaan regional dan domestik yang didukung oleh kepercayaan konsumen yang tinggi dan meningkatnya kelas menengah.

"Permintaan domestik, khususnya konsumsi swasta yang kuat, akan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di wilayah ini. Dan permintaan regional akan tetap kuat didukung oleh perluasan tujuan ekspor ke pasar-pasar di wilayah tersebut," jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.