Sukses

Program PENA Kemensos Bantu 3,5 Ribu Keluarga Penyandang Disabilitas Keluar dari Kemiskinan

Angka 3.500 hanya merujuk pada keluarga penyandang disabilitas, sedangkan secara umum, keluarga yang kini sudah keluar dari kemiskinan totalnya mencapai 21.333.

Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari 3.500 keluarga penyandang disabilitas berhasil keluar dari garis kemiskinan usai mendapat bantuan sosial (bansos). Keluar dari kemiskinan berarti sudah tidak lagi menjadi penerima bansos.

Angka 3.500 hanya merujuk pada keluarga penyandang disabilitas, sedangkan secara umum, keluarga yang kini sudah keluar dari kemiskinan totalnya mencapai 21.333.

“Perkembangan dimulai di akhir 2022 dan telah menggraduasi (mengeluarkan) 21.333 keluarga dari kemiskinan yang artinya tidak lagi menjadi penerima bantuan sosial. Mereka yang keluar dari kemiskinan termasuk lebih dari 3.500 keluarga dari penyandang disabilitas,” mengutip keterangan pers Kementerian Sosial (Kemensos), Sabtu (13/4/2024).

Ini merupakan keberhasilan dari Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Pahlawan Ekonomi Nusantara - PENA). Capaian ini disampaikan Menteri Sosial Tri Rismaharini dalam pertemuan bilateral di Perancis.

Pertemuan dilakukan usai Forum Infrastruktur Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) pada Rabu sore waktu Perancis, 10 April 2024. Dalam forum ini, Risma menjadi pembicara pertama di sesi Plenary dan sesi Diskusi di hari kedua.

Setelahnya, Risma mengadakan pertemuan bilateral dengan Direktur Pusat Pengembangan OECD Ragnheidur Elin Arnadottir (Ragga) serta Direktur Urusan Tenaga Kerja dan Sosial OECD Stefano Scarpetta. Pertemuan tersebut berlangsung selama lebih dari satu jam.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kontribusi Positif dalam Kegiatan OECD

Pertemuan dibuka oleh Direktur Ragga dengan memperkenalkan Mensos Risma kepada Direktur Stefano dan tim.

Direktur Ragga menjelaskan bahwa Mensos Risma telah berkontribusi positif dalam banyak kegiatan Pusat Pengembangan OECD secara daring maupun secara langsung di Paris maupun di Kosta Rika.

Kontribusi yang dimaksud terkait dengan inklusi sosial, startup yang berdampak sosial, global value chain, sampai dengan infrastruktur.

3 dari 4 halaman

Komunikasi Berkelanjutan Antara OECD dan Indonesia

Sementara, Direktur Stefano menyampaikan perkembangan proses Indonesia untuk menjadi anggota OECD serta pentingnya mencapai standar dan konsistensi penerapannya.

Dengan keanggotaan ini, Stefano berharap akan terjalin komunikasi yang berkelanjutan antara OECD dan Indonesia.

Di samping itu, Risma lebih menekankan pada kemungkinan dukungan OECD terhadap program-program Kemensos dalam jangka pendek.

4 dari 4 halaman

Usul Ubah Bansos Jadi Pemberdayaan

Direktur Ragga pun sempat menyampaikan konteks mengubah pendekatan pemberian bantuan sosial menjadi pemberdayaan.

Ia sadar hal ini pasti tidak mudah bagi Indonesia karena harus mentransformasikan pola pikir, tapi di waktu bersamaan hal ini dinilai sebagai upaya yang sangat menarik.

Sebagai anggota OECD, lanjut Ragga, nantinya Indonesia akan mempunyai banyak sekutu untuk meningkatkan skala penanganan masalah seperti pemberdayaan PENA dan contoh-contoh penanganan terbaik yang dapat diterapkan dalam konteks ke-Indonesia-an. Bahkan, pengalaman Indonesia ini bisa pula menjadi contoh bagi anggota-anggota OECD nantinya.

Mengakhiri aktivitasnya di OECD, Risma memberikan cindera mata untuk Direktur Stefano serta Direktur Ragga dan staf. 

Terakhir, Rangga menyampaikan akan segera menyelenggarakan aktivitas bersama di Bali, Indonesia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.