Sukses

Ghana Bangkrut, IMF Kucurkan Pinjaman Rp 46,2 Triliun

Bantuan dari IMF ini akan digunakan untuk mengeluarkan Ghana dari krisis keuangan yang dampaknya sangat luas. Saat ini banyak perusahaan konstruksi memberhentikan pekerjanya, sehingga memperburuk masalah pengangguran di negara tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan Ghana pada dasarnya telah masuk ke dalam jurang kebangkrutan karena tidak bisa membayar utang dari sejumlah lembaga internasional.

Dikutip dari africa.com, Senin (25/9/2023), Pemerintahan Presiden Nana Akufo-Addo, tidak memiliki pilihan lain untuk pinjaman sebesar USD 3 miliar atau setara Rp 46,2 triliun (estimasi kurs Rp 15.400 per dolar AS) dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).

Bantuan dari IMF ini akan digunakan untuk mengeluarkan Ghana dari krisis keuangan yang dampaknya sangat luas. Saat ini banyak perusahaan konstruksi memberhentikan pekerjanya, sehingga memperburuk masalah pengangguran di negara tersebut.

Kepala eksekutif asosiasi perusahaan konstruksi Ghana, Emmanuel Cherry baru-baru ini mengungkapkan bahwa pemerintah belum melakukan pembayaran kepada kontraktor berjumlah sekitar USD 1,3 miliar. Angka tersebut belum termasuk bunga.

Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa pemerintah Ghana berutang kepada produsen listrik swasta sebesar USD 1,58 miliar dan berada dalam bahaya pemadaman listrik yang sangat luas.

“Pemerintah pada dasarnya bangkrut. Ini adalah kali ke-17 Ghana terpaksa menggunakan dana tersebut sejak memperoleh kemerdekaan pada tahun 1957.”

Dengan persetujuan pinjaman tersebut, IMF telah membuat berbagai macam rencana penyelamatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah utang Ghana, membatasi pengeluaran, meningkatkan pendapatan, dan melindungi populasi yang paling rentan sambil bernegosiasi dengan kreditor asing.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ghana Takjub Indonesia Mampu Sediakan Vaksin Sendiri untuk Imunisasi

Sebelumnya, Delegasi Ghana dalam kunjungan studi banding ternyata takjub melihat Indonesia mampu menyediakan vaksin atau antigen sendiri untuk imunisasi rutin nasional. Kapasitas produksi vaksin dalam negeri milik Bio Farma pun menjadi sasaran pembelajaran para delegasi Ghana.

Direktur Pengelolaan Imunisasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Prima Yosephine Berliana mengungkapkan, delegasi Ghana ingin mempelajari Indonesia soal bagaimana memproduksi vaksin mandiri.

Kemudian mereka juga berfokus bagaimana vaksin itu bisa didistribusikan ke seluruh Indonesia, bahkan sampai ke pelosok. Terlebih lagi, kondisi geografis Indonesia termasuk negara kepulauan. 

“Mereka ingin belajar dari kita dan mereka sudah dapat pembelajaran banyak dari kita. Mereka sebetulnya agak sedikit takjub gitu ya, bagaimana Indonesia yang sebesar ini bisa menyediakan sendiri vaksinnya,” ungkap Prima saat ditemui Health Liputan6.com di sela-sela kunjungan delegasi Ghana di Bio Farma, Bandung, Jawa Barat pada Rabu, 17 Mei 2023.

“Dan sebagian besar vaksin itu mandiri, artinya itu produk dalam negeri kita dan bisa melayani masyarakat di banyak pulau dan kita kontrol dari pusat."

3 dari 3 halaman

Apresiasi Indonesia Tambah Antigen Baru

Tak hanya soal produksi vaksin dalam negeri, delegasi Ghana juga mengapresiasi Indonesia yang bisa menambah jenis vaksin atau antigen baru untuk imunisasi saat pandemi COVID-19. 

"Mereka terkesan, apresiasi kepada kita di saat pandemi, kita juga masih bisa menambah antigen baru. Kalau di mereka sendiri (di Ghana) baru ada 10 jenis antigen vaksin imunisasi, tapi sekarang kita udah 14 antigen," terang Prima.

Seperti diketahui, mulai tahun 2022, Kemenkes RI sudah melakukan penambahan jumlah imunisasi rutin wajib di Indonesia, dari 11 vaksin menjadi 14 vaksin.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.