Sukses

Aqua: Pelopor Air Minum Dalam Kemasan di Indonesia hingga Dampak Diakuisisi Danone

PT Aqua Golden Mississippi Tbk didirikan oleh Tirto Utomo yang memiliki merek air minum dalam kemasan AQUA. Kemudian Aqua diakuisisi oleh Danone, dan kini dampaknya menjadi pemegang saham terbesar.

Liputan6.com, Jakarta - Mendengar kata air minum dalam kemasan, merek Aqua tampaknya sudah terpatri di pikiran. Merek air minum dalam kemasan dari PT Aqua Golden Missisippi ini pun sudah dikenal oleh masyarakat.

Seperti air yang terus mengalir, pepatah ini juga berlaku untuk Aqua. Hingga kini Aqua tetap menemani masyarakat Indonesia meski pemegang saham mayoritas dari Aqua ini telah dimiliki Danone, produsen makanan dan minuman yang berkantor pusat di Prancis.

Sebelum diakuisisi grup Danone, merek dagang Aqua ini didirikan oleh Tirto Utomo pada 1973. Ia mendirikan PT Golden Mississippi sebagai pelopor perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) pertama di Indonesia, demikian mengutip dari laman Aqua.

Pabrik pertama didirikan di Ponduk Ungu, Bekasi, Jawa Barat. Perseroan makin berkembang termasuk dalam produknya. Perseroan memproduksi pertama Aqua dalam bentuk kemasan botol Aqua yang diluncurkan pada 1974. Botol kaca itu berukuran 950 ml dari pabrik di Bekasi dengan harga per botol Rp 75.

Kemudian perseroan mendirikan pabrik Aqua kedua di Pandaan, Jawa Timur pada 1984. Pendirian pabrik ini bertujuan agar dapat lebih mendekatkan diri pada konsumen yang berada di wilayah tersebut.

PT Aqua Golden Mississippi Tbk menggelar penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) pada 1990. Perseroan catatkan saham perdana dengan memakai kode saham AQUA. Saham tersebut bergerak di sektor consumer goods industry dengan sub sektor food and beverages.

Perseroan kemudian mengembangkan produk Aqua dalam bentuk kemasan PET 220 ml pada 1985.  Selanjutnya pada 1995, grup Aqua menjadi produsen air mineral pertama yang menerapkan sistem produksi in line di  pabrik Mekarsari.

Produksi in line ini adalah sistem di mana pemprosesan air dan pembuatan kemasan Aqua dilakukan bersamaan. Sistem produksi in line ini memungkinkan botol Aqua yang baru dibuat dapat segera diisi air bersih pada akhir atau ujung proses produksi sehingga proses produksi menjadi lebih higienis karena minim campur tangan manusia.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Diakuisisi Danone

Pada 1998 terjadi aliansi strategis antara PT Tirta Investama dengan Danone melalui Danone Asia Holding Pte Ltd sebagai minority shareholder. Kemudian PT Tirta Investama, PT Aqua Golden Mississippidan PT Tirta Sibayakindo sepakat untuk bersinergi sebagai grup AQUA. Dengan demikian, saham Aqua diakuisisi oleh Danone dan masih sebagai pemegang saham minoritas, dan Tirto Utomo masih memegang saham di Aqua melalui PT Tirta Investama.

Seiring akuisisi tersebut, pada 2020, grup Aqua mencantumkan logo Danone pada seluruh produk Aqua.

Setahun kemudian tepatnya pada 2002, Danone menjadi pemegang saham mayoritas grup Aqua seiring meningkatkan kepemilikan saham di PT Tirta Investama.

Seiring tambahan kepemilikan saham tersebut berdampak terhadap jumlah kepemilikan saham. Mengutip laman academia, Danone menambahkan kepemilikan saham Tirta Investama dari 40 persen menjadi 74 persen. Pada tahun yang sama, Aqua juga menghadirkan kemasan botol kaca baru 380 ml.

Selanjutnya pada 2003, grup Aqua meresmikan pabrik baru di Klaten pada awal 2003. Pabrik Klatenmenjadi pabrik ke-13 grup Aqua. Pada 2003, grup Aqua juga inisiasikan pengintegrasian proses kerja perusahaan melalui penerapan System Application and Products for Data Processing dan Human Resources Information System atau HRIS.

3 dari 3 halaman

Delisting dari BEI

Sebelumnya pada 2001 dan 2005, perseroan berencana melakukan delisting atau penghapusan pencatatan saham di BEI setelah diakuisis grup Danone. Namun, rencana itu tidak disetujui oleh pemilik saham publik perusahaan. Demikian mengutip dari berbagai sumber.

Rencana delisting itu pun akhir terealisasi pada 2011.Sebelumnya perseroan mengumumkan rencana untuk go private atau menjadi perusahaan tertutup pada 2010. Perseroan melakukan voluntary delisting atau penghapusan saham secara sukarela.

Manajemen Aqua pun menawarkan Rp 500.000 per saham untuk setiap saham yang dimiliki publik seiring rencana go private. Harga itu harga penawaran yang terdapat dalam pernyataan penawaran tender pada 29 Oktober 2010. PT Tirta Investama selaku pemegang saham untuk membeli saham yang diajukan oleh pemegang saham minoritas dengan harga Rp 500.000.

Harga penawaran Rp 500.000 per saham setara dengan harga premium 104,25 persen. Hal ini berarti harga Rp 500.000 itu 104,25 persen lebih tinggi dari harga perdagangan tertinggi atas saham Aqua pada 90 hari terakhir sebelum 20 Agustus 2010.

Selain itu, harga tersebut juga 124,76 persen lebih tinggi dari hasil penilaian harga wajar saham berdasarkan penilai independen yaitu sebesar Rp 222.460 per saham, dengan nilai nominal saham Rp 1.000 per saham.

Adapun delisting saham AQUA efektif pada Jumat, 1 April 2011.

Selanjutnya pada 2013, pabrik Aqua Solok resmi beroperasi. Grup Aqua pun telah mencapai 40 tahun dengan meluncurkan logo baru.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini