Sukses

Pendapatan Premi Asuransi Turun per Semester I-2023, Cuma Rp 150,8 Triliun

OJK melaporkan pada Semeseter I 2023 pendapatan premi asuransi turun sebesar 4,74 persen secara tahunan (yoy).

Liputan6.com, Jakarta Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ogi Prastomiyono, melaporkan pada Semeseter I 2023 pendapatan premi asuransi turun sebesar 4,74 persen secara tahunan (yoy).

Secara akumulasi nominal, pendapatan premi asuransi semester I-2023 baik premi asuransi konvensional dan syariah mencapai Rp 150,8 triliun.

Menurut Ogi, salah satu kontributor penyebab penurunan tersebut adalah asuransi jiwa, lantaran trennya masih mengalami penurunan.

"Premi asuransi jiwa turun 9,94 persen yoy, Rp86,0 triliun per Juni 2023," kata Ogi dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulan Juli 2023 secara virtual, Kamis (3/8/2023).

Normalisasi Premi

Ogi menjelaskan penurunan akumulasi premi asuransi jiwa disebabkan oleh normalisasi premi di lini usaha PAYDI. Di sisi lain, akumulasi premi asuransi umum tumbuh positif 4,02 persen yoy menjadi Rp 64,06 triliun.

Sementara itu, pertumbuhan piutang pembiayaan cukup tinggi sebesar 16,37 persen yoy pada Juni 2023 menjadi sebesar Rp444,52 triliun, didukung pembiayaan modal kerja dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 32,52 persen yoy dan 17,57 persen yoy.

Disisi lain, OJK mencatat, profil risiko Perusahaan Pembiayaan masih terjaga dengan rasio non performing financing (NPF) tercatat sebesar 2,67 persen.

Sedangkan sektor dana pensiun tercatat mengalami pertumbuhan aset sebesar 7,22 persen yoy dengan nilai aset sebesar Rp358,66 triliun.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

OJK Jamin Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Indonesia Terjaga

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga dan resilien didukung oleh permodalan yang solid dan likuiditas yang memadai.

"Komisioner bulanan OJK pada tanggal 26 Juli 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga dan resilien," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam Konferensi Pers RDK Bulanan Juli 2023, Kamis (3/8/2023).

Disamping itu, Komisioner Dewan OJK menilai stabilitas keuangan nasional masih dibayangi oleh perkembangan perekonomian Global. Lantaran, perkembangan perekonomian global masih menunjukkan divergensi pemulihan.

Misalnya, pertumbuhan ekonomi Amerika jauh lebih baik dari ekspektasi sebelumnya, yaitu pada triwulan II 2023 mencatat pertumbuhan sebesar 2,4 persen, dibanding dengan proyeksi The Fed sebesar 1 persen sepanjang 2023 dan dengan tingkat inflasi yang juga terus menurun.

Disisi lain, momentum pemulihan perekonomian di Tiongkok dan Eropa saat ini cenderung melemah dengan tekanan deflasi mulai terlihat di Tiongkok. Sementara tekanan inflasi di Eropa masih persisten tinggi.

Kinerja Ekonomi Global

Namun demikian, secara umum kinerja ekonomi global masih lebih baik dari perkiraan awal IMF. Dimana IMF meningkatkan proyeksi pertumbuhan perekonomian Global di tahun 2023 menjadi 2,7 persen dari proyeksi semula di bulan April sebesar 2,6 persen.

 

3 dari 3 halaman

Pasar Keuangan Global

Sementara itu, OJK juga menyoroti terkait pasar keuangan global. Kata Mahendra, pasar memperkirakan siklus peningkatan suku bunga kebijakan di Amerika serikat telah mendekati akhir saat The Fed menaikkan Fed fund rate (FFR) sebesar 25 basis poin pada Federal Open Market Committee (FOMC) meeting pada 2023.

"Hal ini mendorong penguatan pasar keuangan Global baik di pasar saham, pasar surat utang, maupun pasar nilai tukar yang juga disertai mulai terjadinya inflow ke mayoritas pasar keuangan emerging market," ujarnya.

Lebih lanjut, di dalam negeri sendiri kinerja perekonomian nasional terpantau positif terutama pada dunia usaha yang terlihat dari peningkatan surplus neraca perdagangan, kembali meningkatnya PMI manufaktur Juni 2023 menjadi 53,3, serta peningkatan utilitas kapasitas industri.

"Namun demikian, potensi peningkatan kinerja sektor rumah tangga dan sisi permintaan secara umum masih perlu didorong terlihat dari berlanjutnya tren penurunan inflasi di moderasi perjuangan ritel dan optimisme konsumen," pungkasnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini