Sukses

Pasokan Ketat, Harga Minyak Dunia Cetak Rekor di USD 85 per Barel

Baik harga minyak mentah Brent dan WTI mencapai level tertinggi sejak akhir April untuk sesi ketiga berturut-turut pada perdagangan hari Senin.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia menguat ke level tertinggi dalam tiga bulan pada perdagangan Senin dan mencatatkan kenaikan bulanan terbaik sejak januari 2022. Kenaikan harga minyak dunia ini didukung oleh tanda-tanda pasokan di dunia bakal mengetat dan juga peningkatan permintaan di sisa tahun ini.

Mengutip CNBC, Selasa (1/8/2023), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober diperdagangkan naik USD 1,02 atau 1,2%, dan menetap di USD 85,43 per barel. Sedangkan untuk harga minyak mentah Brent pengiriman September, yang berakhir pada penyelesaian pada hari Senin, naik 0,7% dan ditutup pada USD 85,56 per barel.

Untuk harga mintak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 1,22 atau 1,5%, menjadi USD 81,80 per barel.

Baik harga minyak Brent dan WTI mencapai level tertinggi sejak akhir April untuk sesi ketiga berturut-turut pada perdagangan hari Senin, setelah membukukan kenaikan mingguan kelima berturut-turut pada hari Jumat.

Ada beberapa sentimen yang mendorong kenaikan harga minyak dunia ini. Pertama karena Arab Saudi diperkirakan akan memperpanjang pengurangan produksi minyak sukarela sebesar 1 juta barel per hari (bpd) untuk satu bulan lagi termasuk September.

Produksi minyak mentah Saudi turun 860.000 barel per hari (bpd) pada Juli. sementara survei Reuters memperlihatkan bahwa total produksi dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC turun 840 ribu bpd.

"Harga minyak mentah menyelesaikan bulan cukup solid dengan catatan tinggi karena prospek permintaan tetap mengesankan dan tidak ada yang meragukan OPEC+ akan menjaga pasar ini tetap ketat," kata analis OANDA Edward Moya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Persediaan Minyak Mentah

Persediaan minyak mentah juga mulai turun di tempat lain, terutama di AS, di mana pemerintah telah mulai mengisi ulang Cadangan Minyak Strategis dari level terendah dalam beberapa dekade.

Lima analis yang disurvei oleh Reuters pada hari Senin memperkirakan rata-rata persediaan minyak mentah AS turun sekitar 900.000 barel dalam seminggu hingga 28 Juli.

"Setelah akhir rilis SPR dan kekhawatiran resesi dan pengurasan likuiditas karena kekhawatiran stabilitas bank, yang menyebabkan pasar mengabaikan tekanan pasokan yang membayangi, defisit pasokan yang akan datang menjadi terlalu besar untuk diabaikan," kata analis Price Futures Group Phil Flynn.

Goldman Sachs memperkirakan bahwa permintaan minyak global naik ke rekor 102,8 juta barel per hari pada Juli dan merevisi naik permintaan 2023 sekitar 550.000 barel per hari karena perkiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat di India dan AS, mengimbangi penurunan konsumsi China.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini