Sukses

Harga Minyak Tersandung Aksi Ambil Untung

Harga minyak dunia memangkas kenaikan di akhir sesi setelah kedua kontrak naik lebih dari USD 1 per barel.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah dunia susut karena investor mengambil keuntungan menyusul kenaikan harga sebelumnya. Kali ini, penyebab turunnya harga minyak dunia karena pasokan minyak mentah AS yang lebih ketat dan janji China untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonominya.

Melansir laman CNBC, Kamis (20/7/2023), harga minyak berjangka Brent turun 17 sen menjadi USD 79,46 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 40 sen menjadi USD 75,35 per barel.

Harga minyak memangkas kenaikan di akhir sesi setelah kedua kontrak naik lebih dari USD 1 per barel. "Pelaku pasar mengambil keuntungan dari harga yang lebih tinggi dan mengambil keuntungan," kata Phil Flynn, Analis di Price Futures Group.

Kekuatan dalam indeks dolar AS juga membebani harga minyak. Greenback yang lebih kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain.

Membatasi kerugian, persediaan minyak mentah AS turun 708.000 barel pada minggu lalu menjadi 457,4 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat ada penurunan 2,4 juta barel. Ini mengacu data Administrasi Informasi Energi.

Data menunjukkan persediaan di cadangan minyak strategis naik untuk pertama kalinya sejak Januari 2021, karena AS mencoba untuk mengisi kembali cadangan menyusul penurunan rekor tahun lalu.

“Ini adalah akhir dari sebuah era,” kata Flynn. “Kami diingatkan bahwa rilis SPR telah berakhir, dan pasar akan berada pada pijakan yang jauh lebih kokoh.”

Dalam langkah yang dapat meningkatkan permintaan minyak, perencana ekonomi utama China berjanji untuk meluncurkan kebijakan untuk "memulihkan dan memperluas" konsumsi di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kondisi Ekonomi

AS melaporkan data yang menunjukkan penjualan ritel naik kurang dari yang diharapkan pada bulan Juni mendorong pandangan bahwa Federal Reserve akan berhenti menaikkan suku bunga.

Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman dan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi serta mengurangi permintaan minyak.

Tanda positif lainnya, anggota dewan gubernur Bank Sentral Eropa Klaas Knot menyarankan bahwa kenaikan suku bunga di luar pertemuan ECB minggu depan "sama sekali bukan kepastian."

“Pedagang mulai menjadi jauh lebih optimis karena inflasi mereda. ... Setiap peningkatan data inflasi juga berarti peningkatan permintaan minyak,” kata Naeem Aslam dari Zaye Capital Markets.

Rusia akan mengurangi ekspor minyak sebesar 2,1 juta metrik ton pada kuartal ketiga, sejalan dengan rencana pemotongan ekspor sukarela sebesar 500.000 barel per hari pada Agustus, menurut kementerian energi negara itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini