Sukses

Dapat Rejeki Tak Terduga, Ekonomi Indonesia Mampu Bertahan di Tengah Tekanan Global

Dalam laporan Indonesia Economic Prospect per Juni 2023, Bank Dunia mempertahankan ramalan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 4,9 persen untuk tahun ini dan 5 persen di 2024 dan 2025.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Satu Kahkonen melihat bahwa ekonomi Indonesia berhasil bertahan di tengah penurunan ekonomi global, terutama di negara negara Barat.

Ekonomi global tetap genting. Pertumbuhan global diperkirakan akan melambat tahun ini dan terus melemah di tahun depan," ujar Kahkonen dalam acara peluncuran Indonesia Economic Prospects, Senin (26/6/2023).

Namun dalam lingkungan global yang penuh tantangan ini, ekonomi Indonesia berada dalam titik terang, katanya.

"Perekonomian tetap stabil. Pertumbuhan telah bangkit kembali dan didukung oleh rejeki tak terduga dari komoditas serta konsumsi swasta," jelas Satu Kahkonen.

Namun demikian, terdapat indikasi bahwa fase pemulihan pasca pandemi akan segera berakhir, dan permintaan domestik memang kembali normal, baik di bagian investasi maupun indikator lainnya.

Dalam laporan Indonesia Economic Prospect per Juni 2023, Bank Dunia mempertahankan ramalan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 4,9 persen untuk tahun ini dan 5,0 persen di 2024 dan 2025 mendatang.

Seperti diketahui, bank sentral di berbagai negara mempertahankan kebijakan moneter yang ketat karena inflasi tetap tinggi di banyak negara.

Baru-baru ini, dunia juga menyaksikan tekanan sektor perbankan di AS dan Eropa.

"Dan itu lebih jauh lagi pada kondisi kredit global. Kondisi kebijakan moneter yang pasang surut ini ditambah dengan risiko sektor perbankan terhadap lemahnya pertumbuhan global," beber Satu Kahkonen.

"Jadi risiko global tetap signifikan tahun ini," tambahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jokowi: 96 Negara Sudah Jadi Pasien IMF

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap sudah ada 96 negara yang sudah menjadi 'pasien' IMF atau Dana Moneter Internasional. Ini menunjukkan kondisi ekonomi global sedang tidak dalam keadaan baik.

Dia mengatakan hal itu didapat setelah bertemu dengan Managing Director IMF Kristalina Georgieva. Menurutnya, ini jadi ciri mengejar cita-cita Indonesia Emas 2045 bukan jalan yang mudah.

"Kita tahu situasi global tidak mendukung, situasi ekonomi dunia tak mendukung, saat di Jepang, di Hiroshima di (forum) G7 saya bertemu dengan managing director IMF, Kristallina Georgieva, beliau sampaikan yang menjadi pasien IMF sudah 96 negara, 96 negara," ujar dia dalam Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan Intern (Rakornaswasin) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), di Kantor BPKP, Jakarta, Rabu (14/6/2023).

Menurutnya kondisi ini menjadi tanda lebih buruk dari kondisi krisis tahun 1998 lalu. Saat itu disebut hanya ada 10 negara yang menjadi pasien IMF.

"Dulu 98 berapa sih? 10 aja nggak ada udah geger semuanya. 96 negara ini. Menunjukkan situasi dunia sekarang ini betul-betul pada situasi yang sulit," ujarnya.

Disamping itu, kabar mengenai Eropa yang masuk jurang resesi juga semakin menandakan kalau kondisi ekonomi global tidak baik.

"Mungkin 1-2 minggu kemarin kita baca di Eropa secara teknikal sudah masuk resesi. Informasi yang jelek-jelek seperti itu," ujarnya.

"Maka setiap rupiah yang kita belanjakan dari APBN APBD BUMN semua harus produktif. Karena cari uang, sulit entah itu lewat pajak, PNBP, royalti, dividen, tidak mudah. Sekarang ini tidak mudah," sambungnya.

 

3 dari 3 halaman

Kejar Indonesia Emas

Jokowi juga menyebut ini bagian dari tantangan mengejar visi Indonesia Emas 2045 mendatang. Maka, diperlukan fokus pada peningkatan produktivitas.

"Saat ini pemerintah sedang fokus melakukan peningkatan produktivitas, utamanya menuju Indonesia emas 2045. Bukan barang mudah, angkanya sudah ada tapi tantangannya juga tidak gampang," kata dia.

Untuk melaksanakan ini, dia meminta adanya pengawasan yang dilakukan. Artinya, ada peran BPKP pada aspek ini.

"Sekali lagi untuk wujudkan Indonesia emas 2045 tidak mudah, inilah pentingnya peran pengawasan, sangat penting perannya," ungkap Jokowi.

   

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini