Sukses

Ekonomi Dunia Penuh Ketidakpastian, Sri Mulyani Sulit Prediksi Harga Minyak Dunia

Bloomberg dan Bank Dunia memperkirakan harganya USD 86 per barel. Sementara itu, Pemerintah Indonesia memproyeksikan Indonesia crude price (ICP) 2024 pada rentang USD 75-USD 85 per barel.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, menyebutkan bahwa pemerintah masih sulit untuk memprediksi harga minyak dunia saat ini hingga tahun depan. Salah satu penyebabnya karena ekonomi dunia masih diwarnai ketidakpastian. 

Sri Mulyani menjelaskan, kondisi perekonomian dunia yang masih juga belum membaik. Bahkan beberapa lembaga keuangan internasional merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi global. Oleh karena itu, tahun ini harga minyak duniapun akan lebih sulit diprediksi.  

“Harga minyak mungkin yang agak sulit untuk diproyeksikan, dan kita lihat beberapa lembaga internasional membuat outlook-nya,” ujarnya dikutip dari Belasting.id, Senin (12/6/2023).

Sri Mulyani menyebut International Energy Agency (IEA), Bloomberg, dan Bank Dunia turut membeberkan proyeksi harga minyak mentah . IEA memperkirakan pada 2024 harga minyak brent senilai USD 74,5 per barel.

Bloomberg dan Bank Dunia memperkirakan harganya USD 86 per barel. Sementara itu, Pemerintah Indonesia memproyeksikan Indonesia crude price (ICP) 2024 pada rentang USD 75-USD 85 per barel.

Berdasarkan outlook tersebut, Menkeu menganggap pertumbuhan ekonomi dunia cenderung mengkhawatirkan. Padahal, jika pertumbuhan perekonomian dunia membaik, maka harga minyak relatif akan membaik.

“Tren dari harga minyak terakhir ini memang menggambarkan adanya kekhawatiran terhadap outlook pertumbuhan ekonomi dunia,” ungkap Sri Mulyani.

Komoditas Lain

Sri Mulyani juga menyebut penurunan proyeksi komoditas andalan lainnya. Dia mencontohkan batu bara diperkirakan USD 155 per metrik ton (MT), atau turun dari posisinya di tahun ini yang diperkirakan USD 200 per MT.

Selain itu, minyak kelapa sawit diproyeksikan USD 1.020/MT. Angka itu naik dibandingkan proyeksi 2023 yang USD 980 per MT. Menurut dia, harga CPO akan membaik ketika konsumsi ataupun permintaan global ikut membaik.

“Ini tentu perlu kita jaga, karena komoditas memang memengaruhi sisi APBN secara cukup besar, baik dari sisi penerimaan pajak, bea cukai, maupun dari penerimaan negara bukan pajak,” kata Sri Mulyani.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga Minyak Dunia Hari Ini Jeblok, Sekarang di Level USD 74,79 per Barel

Harga minyak turun lebih dari USD 1 per barel pada perdagangan Jumat untuk mencatat penurunan mingguan kedua berturut-turut. Harga minyak anjlok karena data Cina yang mengecewakan menambah keraguan tentang pertumbuhan permintaan setelah keputusan akhir pekan Arab Saudi untuk memangkas produksi.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (10/6/2023), harga minyak mentah Brent berjangka turun USD 1,17 atau 1,5% menjadi USD 74,79 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun USD 1,12 atau 1,6% menjadi USD 70,17 per barel.

Kedua patokan harga minyak dunia ini kehilangan lebih dari USD 3 pada hari Kamis setelah laporan media bahwa kesepakatan nuklir AS-Iran sudah dekat dan akan menghasilkan lebih banyak pasokan. Harga memangkas kerugian setelah kedua negara membantah laporan tersebut, berakhir sekitar satu dolar per barel lebih rendah.

“Pergerakan harga minyak pada Kamis menunjukkan betapa rapuhnya minyak,” kata analis UBS Giovanni Staunovo.

“Pemotongan Saudi sedikit mengangkat harga, dan kemudian obrolan tentang potensi pengembalian barel Iran mengalami penurunan besar. Investor jangka panjang kemungkinan berada di sela-sela sampai penurunan persediaan minyak yang lebih besar terlihat, ”katanya.

Harga minyak telah naik di awal minggu, didukung oleh janji Arab Saudi selama akhir pekan untuk memangkas lebih banyak produksi di atas pemotongan yang disepakati sebelumnya dengan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya.

 

3 dari 3 halaman

Daktor Kunci

Namun, kenaikan stok bahan bakar AS dan lemahnya data ekspor China telah membebani pasar minyak.

“Saat kita bergerak lebih dalam ke musim mengemudi musim panas di Belahan Bumi Utara, permintaan akan menjadi faktor kunci dalam menentukan apakah persediaan yang terbatas harus mendorong harga lebih tinggi, atau permintaan lemah menyebabkan harga lebih rendah,” kata Rob Haworth, Ahli Strategi Investasi Senior di Bank AS.

Beberapa analis memperkirakan harga minyak akan naik jika Federal Reserve AS menghentikan kenaikan suku bunga pada pertemuan berikutnya pada 13-14 Juni. Keputusan The Fed juga dapat mempengaruhi langkah Arab Saudi selanjutnya, kata para analis.

“Yang penting adalah bahwa meskipun ada perubahan (Saudi, AS-Iran) pada output, minyak tetap di bawah USD 80, tidak diragukan lagi banyak kekecewaan dari Saudi,” kata analis OANDA Craig Erlam.

“Apa yang terjadi selanjutnya (terhadap harga minyak dunia) mungkin tergantung pada data inflasi dan keputusan suku bunga selama beberapa minggu mendatang,” katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini