Sukses

Masuki Era Ecosystem Economy, Collaborative Marketing Penting untuk Diterapkan

Salah satu terobosan yang dapat diambil oleh sebuah perusahaan agar tetap bisa kompetitif dengan persaingan tersebut adalah collaborative marketing.

Liputan6.com, Jakarta Perkembangan digital yang terjadi kini, menuntut perusahaan untuk menciptakan terobosan yang mampu sesuai dengan ekosistem agar bisa bersaing di pasar digital. Salah satu terobosan yang dapat diambil oleh sebuah perusahaan agar tetap bisa kompetitif dengan persaingan tersebut adalah collaborative marketing

Sebagai informasi, collaborative marketing merupakan proses menyatukan sumber daya dan kekuatan marketing sebuah perusahaan dengan perusahaan lain yang memiliki tujuan sama untuk mencapai sesuatu lebih profit

Berkaitan dengan itu, VP Marketing Management sekaligus PGS VP Planning and Resource Management Direktorat Consumer Service Telkom Indonesia, Edi Kurniawan buka suara mengenai collaborative marketing yang dijalankan IndiHome dan bagaimana geliat bisnis IndiHome selama 2 hingga 3 tahun terakhir.

"Revolusi digital menuntut setiap marketer mengubah perspektifnya, tak lagi melihat pasar terbatas di dalam industri. Tapi melihatnya sebagai sebuah ekosistem yang melintas industri," katanya.

“Sebagai contoh, Gojek melihat pasarnya sebagai ekosistem. Itu sebabnya mereka bisa melebarkan sayap bisnisnya ke berbagai bidang melintas industri. Awalnya ojek online, tapi kemudian merambah ke payment, logistik, entertainment, hingga ecommerce melalui merger dengan Tokopedia," jelas Kurniawan.

Dirinya menyebut bahwa berdasarkan riset PwC, tahun 2020 sampai 2030 dikenal sebagai era "ecosystem economy". Bagi Kurniawan, penciptaan, pengembangan, dan penguasaan ekosistem menjadi faktor kunci kemenangan bersaing.

“Saat ini 7 dari 10 perusahaan terbesar di dunia (dari sisi valuasi pasar) adalah perusahaan yang beroperasi dengan model bisnis ekosistem (ecosystem company) mulai dari Apple, Microsoft, Google, Amazon, dan lain-lain,” sebutnya.

Kurniawan pun mengungkapkan bahwa di era ecosystem economy, kolaborasi digital adalah cara terhebat dan tercepat untuk menciptakan, mengembangkan, dan menguasai ekosistem.

"In the era of ecosystem economy, digital collaboration is the fastest and most impactful winning strategy," ungkapnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3 Elemen Penting dalam Digital Collaborative Mindset

Dalam mencapai Digital Collaborative Mindset, Kurniawan memaparkan bahwa terdapat tiga elemen penting yang memengaruhinya. Mulai dari Synergize Digital Capability, Broaden Digital Ecosystem, hingga Leverage Digital Brand.

"3 elemen dalam model tersebut akan mensinergikan kapabilitas digital yang dimiliki, memperluas cakupan ekosistem digital, dan memperkuat digital brand equity melalui kolaborasi dan aliansi," paparnya.

Elemen pertama adalah Synergize Digital Capability. Melalui kolaborasi digital ini, brand bisa menyinergikan kapabilitas digital yang dimiliki masing-masing mitra sehingga menghasilkan kekuatan gabungan yang jauh lebih besar.

"3 elemen dalam model tersebut akan mensinergikan kapabilitas digital yang dimiliki, memperluas cakupan ekosistem digital, dan memperkuat digital brand equity melalui kolaborasi dan aliansi," paparnya.

Elemen pertama adalah Synergize Digital Capability. Melalui kolaborasi digital ini, brand bisa menyinergikan kapabilitas digital yang dimiliki masing-masing mitra sehingga menghasilkan kekuatan gabungan yang jauh lebih besar.

Menurut Kurniawan, dengan menyatukan kapabilitas dan menyinergikannya sehingga tercipta kapabilitas gabungan yang lebih powerful dibandingkan jika dijalankan secara sendiri-sendiri. 

“Dua brand yang berkolaborasi memiliki kapabilitas unik masing-masing, lalu kekuatan unik itu dipadukan, saling mengisi dan saling melengkapi, sehingga secara bersama-sama keduanya bisa menciptakan value terbaik. Contohnya adalah kolaborasi IndiHome dan Netflix”, jelasnya.

Elemen penting yang kedua adalah Broaden Digital Ecosystem. Mindset ini menekankan bahwa kolaborasi dilakukan untuk memperluas ekosistem dan pasar. 

Kurniawan menjelaskan, ketika dua brand berkolaborasi, maka masing-masing ekosistemnya disatukan sehingga kolam pasarnya membesar. Hal itu akan membentuk setiap brand memiliki ekosistem dan pasarnya masing-masing.

"Kolaborasi akan me-leverage kekuatan masing-masing ekosistem dan pada gilirannya akan memperluas jangkauan pasar keduanya. Contohnya adalah proses merger atau bergabungnya Gojek dan Tokopedia yang saling mengamplifikasi ekosistemnya," jelas Kurniawan.

Dan elemen penting yang ketiga adalah Leverage Digital Brand. Kurniawan memaparkan bahwa melalui kolaborasi digital, dua atau lebih brand yang berkolaborasi akan mampu mendongkrak brand equity secara awareness, image, maupun perceived quality.

“Contoh yang bisa kita lihat adalah kerja sama Disney dan Hotstar, Disney merupakan perusahaan konglomerasi dan mendongkrak perusahaan Hotstar asal India untuk distribusi konten di kawasan Asia. Produknya Disney+Hotstar hadir di Indonesia," paparnya.

3 dari 4 halaman

Geliat IndiHome di Bisnis, Strategi Marketing, dan Brand

Suksesnya IndiHome dalam menjalankan digital collaborative marketing, berdampak pada aspek bisnis yang kian tumbuh positif. Salah satunya terlihat dari berhasilnya IndiHome melakukan penetrasi pasar hingga mencakup 501 kota dan kabupaten di Indonesia atau sekitar 97,5 persen.

Hal itu dilakukan IndiHome guna mencapai kedaulatan teknologi dan literasi digital dengan menghadirkan layanan fixed dan seluler secara masif di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T). 

"Dampaknya, seluruh lapisan masyarakat Indonesia memiliki kesempatan yang sama terhadap akses informasi serta menjadi lokomotif digitalisasi bangsa guna menggerakkan perekonomian digital Indonesia," kata Kurniawan.

"Bukan hanya itu, dampak secara bisnis juga sangat signifikan. Di akhir 2022, pelanggan IndiHome telah mencapai 9.2 Juta pelanggan, yang berdampak pada performansi bisnis perusahaan," tambahnya.

Selain itu, secara strategi marketing, IndiHome telah berhasil mencapai banyak pencapaian yang positif. IndiHome berhasil meraih pertumbuhan pendapatan dan jumlah pelanggan yang signifikan. 

“Peningkatan pangsa pasar di berbagai segmen pasar sebesar 80 persen, serta pengembangan berbagai produk dan layanan inovatif, seperti layanan internet cepat, dan layanan televisi berlangganan," sebut Kurniawan.

"Di tahun 2022, IndiHome berhasil mendapatkan penghargaan dan rekognisi hingga 37 awards dan penghargaan dari berbagai media, institusi, baik nasional maupun internasional," imbuhnya.

Sementara itu, secara product development dan brand, IndiHome banyak melakukan perombakan di customer experience, pengembangan produk, dan fokus pada pengembangan layanan.

Kurniawan membeberkan hal itu dilakukan melalui pengembangan produk loyalitas pelanggan Higher Speed Same Price (HSSP), end-to-end sales operation, pengembangan brand melalui 3C (Connectivity, Creativity, dan Charity), dan orkestrasi digital marketing melalui Digital Marketing Operation (DMO).

"Inovasi dan transformasi ini telah berhasil meningkatkan efisiensi operasional, dan performansi IndiHome dan memperkuat posisi perusahaan dalam industri telekomunikasi baik secara sentimen, citra, dan performansi melalui quality of service," bebernya.

4 dari 4 halaman

Empowering Society

Kurniawan juga menjelaskan bahwa di tahun 2021, IndiHome melakukan brand transformation dan merubah strategi komunikasi yang berbasiskan product superiority, menjadi Brand Superiority.

"Message yang ingin disampaikan dalam visi brand IndiHome adalah Empowering Society, bagaimana suatu brand IndiHome bisa menjadi enabler masyarakat dan society bisa mencapai potensi terbesarnya," jelasnya.

Dari transformasi brand tersebut, IndiHome semakin berperan dalam pengembangan berbagai komunitas di Indonesia. Komunitas tersebut seperti 3 Kampung Digital, 1 Pesantren digital, komunitas gamers, komunitas pengembangan atlet badminton muda, Dukungan konektivitas terhadap 6000 Pasien dan 2500 Nakes.

Tak hanya itu, ada pula 45.000 Pelanggan yang menggunakan paket pelajar dan pengajar, 700 Atlet muda yang mengikuti seleksi badminton academy, 12.000 Santri dan santriwati yang mendapatkan akses belajar podcast, berkolaborasi dengan 635 content creator, 6000 blogger, dan 1500 masyarakat yang mendapatkan sertifikat di program Just on IndiHome.

Profil Edi Kurniawan

Kini, Edie Kurniawan menjabat sebagai VP Marketing Management sekaligus PGS VP Planning and Resource Management Direktorat Consumer Service Telkom Indonesia. Pria yang lahir pada tanggal 5 Agustus 1973 ini telah berkarir di Telkom selama 26 tahun. Kurniawan pun memiliki latar belakang pendidikan di bidang teknik elektro, marketing management dan sistem informasi untuk pasca sarjananya.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.