Sukses

6 Dampak Jika Amerika Serikat Gagal Bayar Utang

Amerika Serikat jika gagal bayar utang akan berdampak terhadap ekonomi Amerika Serikat dan stabilitas keuangan global.

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat menilai, batas pembayaran utang Amerika Serikat (AS) jatuh pada Juni dan September sehingga kongres dinilai harus menaikkan plafon utang sebelum pemerintah AS kehabisan utang untuk membayar utangnya.

Jika tidak, Amerika Serikat akan mengambil risiko gagal bayar yang belum pernah terjadi sebelumnya.  Bicara mengenai plafon utang AS yang jadi sorotan ini adalah jumlah uang yang diizinkan Departemen Keuangan Amerika Serikat untuk dipinjam guna membayar tagihan negara.

Kewajiban itu termasuk jaminan sosial, perawatan kesehatan, pengembalian pajak, gaji militer dan pembayaran bunga atas utang nasional. Plafon saat ini adalah sekitar USD 31,4 triliun. AS mencapai batas pinjaman itu pada Januari. Adapun gagal bayar akan terjadi jika pemerintah Amerika Serikat kehabisan uang untuk memenuhi kewajibannya.

“Tidak seperti banyak rumah tangga, pemerintah bergantung pada utang untuk mendanai kewajibannya. Dan seperti banyak rumah tangga tidak memiliki pendapatan yang cukup untuk membiayai pengeluarannya,” ujar Analis Bankrate, Mark Hamrick, kepada CNBC.

Penasihat Ekonom Gedung Putih menuturkan, plafon utang tidak akan menjadi masalah jika pendapatan AS hasil pajak melebihi biayanya. Namun, Amerika Serikat belum menjalankan surplus tahunan sejak 2001 dan telah meminjam untuk mendanai operasi pemerintah setiap tahun sejak saat itu.

Perdebatan antara Parlemen dan Gedung Putih

Di sisi lain, Anggota parlemen dari Partai Republik dan Gedung Putih telah berselisih tentang menaikkan plafon utang. Hal ini seiring ketua parlemen Kevin McCarthy telah mengesahkan undang-undang yang akan menaikkan batas utang sambil memangkas pengeluaran.

Gedung Putih mengatakan hanya akan menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU)  yang menaikkan pagu utang tanpa syarat. Kedua belah pihak telah jelas melihat gagal bayar akan menjadi becana besar bagi ekonomi AS, demikian dikutip dari  laman USNews.com, ditulis Sabtu (6/5/2023).

Kepada Kongres, awal 2023, Menteri Keuangan AS Janet Yellen menuturkan, “kegagalan untuk memenuhi kewajiban pemerintah akan menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada ekonomi AS, mata pencaharian warga AS, dan stabilitas keuangan global.

Ekonom Gedung Putih menuturkan, sejauh mana kerusakan akan bergantung pada apakah pemerintah AS benar-benar gagal membayar utangnya, tetapi itu dapat mempertanyakan supremasi AS dalam tatanan ekonomi dunia.  Jika AS gagal bayar, itu akan mengirimkan beberapa kejutan negatif melalui AS dan ekonomi global. Dewan penasihat ekonomi menuturkan, gagal bayar yang berlarut-larut akan menyebabkan resesi.

Berikut sejumlah kemungkinan dampak jika Amerika Serikat (AS) gagal bayar utang dikutip dari USNews.com:

1.Layanan Pemerintah Dipangkas

Jika AS gagal bayar utang atau melewati tenggat waktu, pemerintah akan memiliki keputusan yang sulit untuk diambil. Undang-Undang akan mewajibkan AS untuk melanjutkan pembayaran untuk program seperti jaminan sosial dan perawatan kesehatan. Sementara pada saat yang sama menolak kemampuan pemerintah untuk meminjam untuk membayarnya.

Bahkan dengan pemotongan terbesar yang dapat dibayangkan untuk pengeluaran bebas dalam negeri, pemerintah harus memprioritaskan pengeluaran dan kemungkinan menghentikan banyak program.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2.Suku Bunga Lebih Tinggi

Pasar obligasi telah melihat imbal hasil yang anjlok pada utang jangka pendek seperti imbal hasil surat utang pemerintah AS bertenor satu bulan karena risiko gagal bayar meningkat. Aksi jual obligasi pemerintah AS akan membuat suku bunga menjadi tidak stabil secara keseluruhan, menurut ekonom. Hal itu bisa berarti tingkat hipotek yang lebih tinggi dan biaya pinjaman untuk semua orang. Selain itu, meningkatkan inflasi dan semakin menyeret ekonomi saat ini dalam perlambatan. Bahkan jika gagal bayar hanya sementara, itu bisa berarti biaya pinjaman lebih tinggi bagi pemerintah semakin memperburuk situasi fiskal negara.

3.Kepanikan Pasar

Ekonom khawatir ketika suku bunga meroket dan pemegang obligasi memangkas kepemilikannya. Hal itu dapat menciptakan kepanikan pasar yang serupa dengan jatuhnya pasar saham pada 2008, tetapi mungkin lebih buruk. USNews.com melaporkan tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi, pemerintah AS tidak pernah gagal bayar, dan ketidakpastian akan memicu keresahan pasar.

3 dari 4 halaman

4. Memicu Penarikan Dana di Pasar Uang

Sejumlah analis khawatir ancaman gagal bayar akan menyebabkan penarikan dana di pasar uang. Penarikan seperti itu menjadi faktor utama yang bebani pasar saham pada 2008.

Jika dana besar atau pemegang dana besar hentikan penebusa, seperti yang terjadi pada saat itu, akan memperburuk kepanikan dan mungkin haruskan pemerintah turun tangan untuk menstabilkan pasar. Telah terjadi peralihan besar-besaran ke pasar uang dari deposito bank menyusul kegagalan Sillicon Valley Bank pada pertengahan Maret 2023.

5.Ketidakstabilan Politik

Kebuntuan atas plafon utang muncul saat bidang kepresidenan mulai terbentuk 2024 dan saat anggota parlemen yang rentan untuk kembali terpilih berusaha menenangkan basis.

Namun, kedua belah pihak tampaknya sudah memakai strategi pengiriman pesan yang menargetkan taktik pihak lain, memperdalam jurang perpecahan politik di negara tersebut. Sementara Partai Demokrat menuduh Partai Republik menahan “sandera” ekonomi dan mengusulkan pemangkasan dana untuk program yang menguntungkan yang paling rentan.

Di sisi lain, meningkatkan plafon utang tanpa pemangkasan pengeluaran akan menjadi tidak bertanggung jawab. Meski demikian, semua pihak tampaknya setuju kalau membuat negara gagal bayar tidak akan menjadi kepentingan publik.

4 dari 4 halaman

6.Efek Jangka Panjang

Bahkan jika Kongres pada akhirnya menyelesaikan kebuntuan fiskal, gagal bayar dapat menyebabkan lembaga pemeringkat menurunkan peringkat utang Amerika Serikat secara permanen, dan kebuntuan tersebut dapat berdampak lama pada kedudukan ekonomi Amerika Serikat di dunia, serta status dolar Amerika Serikat sebagai mata uang cadangan dunia.

Dolar AS berada di bawah tekanan baru-baru ini, sebagian besar sebagai akibat dari kenaikan suku bunga the Federal Reserve dan penataan kembali geopolitik yang berasal dari invasi Rusia ke Ukraina.

Investor asing yang memegang utang AS dan mereka dapat memilih untuk menjual, memberikan tekanan lebih lanjut pada pasar obligasi.

Meski pengamat menilai risiko gagal bayar masih rendah sekitar 10 persen, hal itu masih menjadi perhatian serius. Secara lebih luas, setiap tekanan lebih lanjut pada ekonomi akan menjadi masalah pada saat mayoritas ekonom prediksi resesi 2023 sebagai akibat dari suku bunga yang lebih tinggi dan standar pinjaman yang lebih ketat dari bank setelah krisis di sektor tersebut.

Setelah shutdown pada 2011, ekonom menemukan Departemen Keuangan AS membayar USD 1,3 miliar untuk biaya pinjaman lebih tinggi karena Kongres berdebat selama delapan bulan menjelang penyelesaian masalah tersebut. Suku bunga lebih rendah saat itu menunjukkan biaya kali ini bisa lebih tinggi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.